Kepada yth.Bapak Joko Widodo,
Presiden RI 2019-2024.
Re: Meluruskan Pernyataan Soal Telah Bekerja Cukup Baik
Tadi malam saya mendapat tautan. Isinya rekaman pidato Bapak berjudul "Presiden Jokowi: Keseimbangan dan Optimisme, Strategi Penanganan Covid-19" yang berdurasi 7:55 menit itu. Tentang perkembangan pandemi Covid-19 yang sedang kita hadapi. Juga penjelasan mengenai kerja yang dilakukan pemerintahan yang Bapak pimpin.
Saya bukan ingin berpolemik. Sebab ingin mematuhi himbauan yang Bapak sampaikan di sana. Agar saat ini kita tak melakukannya. Tapi saya hanya ingin meluruskan sejumlah pernyataan yang Bapak sampaikan.
Sebab berkemungkinan berdasarkan pemahaman yang keliru. Entah karena penjelasan yang disampaikan para pembantu Bapak tak utuh. Atau mungkin pula disebabkan Bapak terburu-buru menyimpulkannya sendiri. Sebab, sebagai presiden dan kepala negara, Bapak pasti sangat sibuk menjalankan amanah yang kami serahkan. Apalagi di tengah situasi pandemi seperti sekarang.
+++
Kekeliruan pertama dan paling utama adalah ketika Bapak menyebutkan jumlah kasus positif maupun angka meninggal dunia di negara kita yang relatif lebih kecil. Tentunya jika dibandingkan negara-negara yang jumlah penduduknya sepadan dengan Indonesia.
Saya setuju terhadap himbauan Bapak pada pidato tersebut. Membandingkan Indonesia sepatutnya kepada negara-negara demikian. Oleh karena itu, untuk mendasari kritik yang disampaikan melalui surat ini, saya menggunakan data dari negara-negara yang jumlah penduduknya menyerupai kita. Seluruhnya saya unduh dari situs worldometer.info yang memuat informasi statistik covid-19 di seluruh dunia.
Izinkan saya menggunakan 4 negara lain yang jumlah penduduknya sepadan, sebagai pembanding. Yakni, India, USA, Pakistan, dan Brazil. Saya juga menyertakan statistik rata-rata dunia sebagai acuannya.
+++
Dari 5 negara tersebut (per 3 Oktober 2020), jika dilihat dari jumlah penduduknya, Indonesia berada di urutan ketiga terbanyak. Di bawah India dan Amerika. Tapi masih di atas Pakistan dan Brazil.
Berdasarkan jumlah tes yang dilakukan, Indonesia adalah yang terendah. Yakni 13 tes per 1000 penduduk. Paling banyak dilakukan USA (331).
Tapi jika kita memperhatikan jumlah yang dinyatakan positif setelah dilakukan tes, rasio pada keempat negara (kecuali Brazilia yang mencatat 27,3%) hampir sama. Yakni pada kisaran 6,9 - 8,7 persen. Rasio ini tentu berkorelasi terhadap jumlah pasien yang dinyatakan positif tertular viruscorona pada negara masing-masing. Artinya, semakin besar jumlah tes yang dilakukan, maka jumlah penduduk yang dinyatakan tertular juga meningkat.
Jumlah tes di Indonesia yang memang paling kecil dibanding keempat negara lain, tentu berpengaruh terhadap jumlah yang resmi diketahui positif terpapar viruscorona. Itulah sebabnya rasio mereka yang dinyatakan positif, angka kematian, hingga jumlah yang masih dalam perawatan (pasien aktif) untuk setiap sejuta penduduk di negara kita, berada pada urutan terendah. Begitupun, Pakistan yang memiliki rasio jumlah tes lebih tinggi dibanding Indonesia, nyatanya memiliki angka kematian dan pasien aktif yang jauh lebih rendah dibanding kita.
Maksud saya, pak, berdasarkan angka-angka tersebut, jika jumlah tes yang kita lakukan lebih besar, maka kemungkinan besar jumlah yang positif terpapar dan harus dirawat, juga meningkat secara berbanding lurus. Perkiraan tersebut didasari rasio positif yang ditemukan pada setiap 1000 tes yang dilakukan pada masing-masing negara (kecuali Brazil).
+++
Walaupun jumlah tes kita masih terlampau kecil -- jika dibandingkan dengan kemampuan negara-negara lain yang jumlah penduduknya sepadan seperti yang Bapak katakan -- nyatanya tingkat kematian kita sangat tinggi, pak. Yakni 3,7% yang jauh di atas rata-rata dunia (3 persen). Sebab, angka selisih 0,7% berarti 23% lebih tinggi.
Tingkat kematian Indonesia juga jauh lebih tinggi dibanding keempat negara yang kita anggap sepadan lainnya. Semoga Bapak berkenan melihat bagian dari tabel berjudul Fatality Rate yang saya lampirkan di sini.
Dengan demikian, wajar pulalah jika rasio jumlah kematian terhadap pasien yang keluar dari rumah sakit (discharge) di negara kita, paling tinggi dibanding yang lain. Kita saat ini mencatat sebesar 4,7% (sementara 95,3% sisanya dinyatakan sembuh). Jauh di atas rata-rata dunia yang sebesar 3,8 persen. Bahkan di atas USA yang melakukan tes sangat masif (hampir 1/3 jumlah penduduk mereka). Apalagi jika dibandingkan negara-negara berkembang lain yang kita padankan pada penjelasan ini.
Maka tidaklah mengherankan jika tingkat kesembuhan yang kita capai saat ini masih tergolong buruk (75,1%). Meskipun beberapa hari terakhir ini sudah tercatat sedikit di atas rata-rata dunia (74,4%). Tapi angka tersebut sesungguhnya tidak menggembirakan. Sebab Bapak bisa melihat jika tingkat kesembuhan India (84,1%), Pakistan (95,1%), maupun Brazilia (86,7%) yang jauh di atas kita. Hanya Amerika (63,3%) yang memiliki tingkat kesembuhan lebih rendah dibanding Indonesia.
+++
Saya merasa perlu menjelaskan ini. Agar di tengah masyarakat tidak berkembang pemahaman yang keliru. Atas penjelasan dan angka-angka yang Bapak sampaikan. Karena bagi sebagian kalangan, sebagaimana yang kita amati sehari-hari, keberagaman pemahaman tentang profil, karakter, pola, dan resiko penularan viruscorona ini, mempengaruhi tingkat kedisiplinan mereka menjalankan protokol kesehatan yang dianjurkan. Euforia yang terbersit secara implisit dari penjelasan Bapak, saya khawatirkan tak kondusif terhadap himbauan menegakkan 3M yang justru menjadi pesan utama lain pada pidato Bapak di sana.
Dengan kata lain, meskipun mengakui Bapak dan jajaran sudah bekerja keras, bagaimana pun saya harus mengatakan, bahwa apa yang telah dilakukan sesungguhnya jauh dari memadai untuk disebut 'cukup baik'. Sebagaimana yang berulang kali Bapak tekankan dalam pidato pada video tersebut.
Semakin banyaknya korban yang terpapar bahkan meninggal dunia dari kalangan dekat kita -- kerabat, teman, tetangga, dan seterusnya -- merupakan indikasi betapa jumlah kemampuan tes yang mampu dilakukan sekarang, masih sangat tidak memadai. Ditambah pula dalam hal pengelolaan untuk menertibkan masyarakat menegakkan protokol kesehatan.
Hipotesa itu mungkin lebih mudah dibuktikan kebenarannya jika sistem pendataan penanganan Covid-19 ini dilakukan jauh lebih baik dibanding yang ada sekarang. Mungkin masyarakat akan lumayan sependapat untuk mengakui kerja Bapak beserta jajaran telah lebih baik, meski kemajuan yang kita saksikan hanya dalam hal pendataan tersebut. Sayangnya, memang tidak demikian, pak.
Saya menyampaikan hal ini demi kebaikan kita bersama. Karena pandemi akibat virus misterius dan menakutkan ini, memang hanya dapat kita hadapi secara bersama-sama pula.
Terima kasih banyak.
Semoga Bapak berkenan.
Mardhani, Jilal -- 4 Oktober 2020
