Mohon tunggu...
Jilal Mardhani
Jilal Mardhani Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati

“Dalam kehidupan ini, selalu ada hal-hal masa lampau yang perlu kita ikhlaskan kepergiannya.”

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Surat untuk Presiden RI 2019-2024, soal Pernyataan Telah Bekerja Cukup Baik

4 Oktober 2020   16:21 Diperbarui: 4 Oktober 2020   16:27 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berdasarkan jumlah tes yang dilakukan, Indonesia adalah yang terendah. Yakni 13 tes per 1000 penduduk. Paling banyak dilakukan USA (331).

Tapi jika kita memperhatikan jumlah yang dinyatakan positif setelah dilakukan tes, rasio pada keempat negara (kecuali Brazilia yang mencatat 27,3%) hampir sama. Yakni pada kisaran 6,9 - 8,7 persen. Rasio ini tentu berkorelasi terhadap jumlah pasien yang dinyatakan positif tertular viruscorona pada negara masing-masing. Artinya, semakin besar jumlah tes yang dilakukan, maka jumlah penduduk yang dinyatakan tertular juga meningkat.

Jumlah tes di Indonesia yang memang paling kecil dibanding keempat negara lain, tentu berpengaruh terhadap jumlah yang resmi diketahui positif terpapar viruscorona. Itulah sebabnya rasio mereka yang dinyatakan positif, angka kematian, hingga jumlah yang masih dalam perawatan (pasien aktif) untuk setiap sejuta penduduk di negara kita, berada pada urutan terendah. Begitupun, Pakistan yang memiliki rasio jumlah tes lebih tinggi dibanding Indonesia, nyatanya memiliki angka kematian dan pasien aktif yang jauh lebih rendah dibanding kita.

Maksud saya, pak, berdasarkan angka-angka tersebut, jika jumlah tes yang kita lakukan lebih besar, maka kemungkinan besar jumlah yang positif terpapar dan harus dirawat, juga meningkat secara berbanding lurus. Perkiraan tersebut didasari rasio positif yang ditemukan pada setiap 1000 tes yang dilakukan pada masing-masing negara (kecuali Brazil).

+++

Walaupun jumlah tes kita masih terlampau kecil -- jika dibandingkan dengan kemampuan negara-negara lain yang jumlah penduduknya sepadan seperti yang Bapak katakan -- nyatanya tingkat kematian kita sangat tinggi, pak. Yakni 3,7% yang jauh di atas rata-rata dunia (3 persen). Sebab, angka selisih 0,7% berarti 23% lebih tinggi.

Tingkat kematian Indonesia juga jauh lebih tinggi dibanding keempat negara yang kita anggap sepadan lainnya. Semoga Bapak berkenan melihat bagian dari tabel berjudul Fatality Rate yang saya lampirkan di sini.

Dengan demikian, wajar pulalah jika rasio jumlah kematian terhadap pasien yang keluar dari rumah sakit (discharge) di negara kita, paling tinggi dibanding yang lain. Kita saat ini mencatat sebesar 4,7% (sementara 95,3% sisanya dinyatakan sembuh). Jauh di atas rata-rata dunia yang sebesar 3,8 persen. Bahkan di atas USA yang melakukan tes sangat masif (hampir 1/3 jumlah penduduk mereka). Apalagi jika dibandingkan negara-negara berkembang lain yang kita padankan pada penjelasan ini.

Maka tidaklah mengherankan jika tingkat kesembuhan yang kita capai saat ini masih tergolong buruk (75,1%). Meskipun beberapa hari terakhir ini sudah tercatat sedikit di atas rata-rata dunia (74,4%). Tapi angka tersebut sesungguhnya tidak menggembirakan. Sebab Bapak bisa melihat jika tingkat kesembuhan India (84,1%), Pakistan (95,1%), maupun Brazilia (86,7%) yang jauh di atas kita. Hanya Amerika (63,3%) yang memiliki tingkat kesembuhan lebih rendah dibanding Indonesia.

+++

Saya merasa perlu menjelaskan ini. Agar di tengah masyarakat tidak berkembang pemahaman yang keliru. Atas penjelasan dan angka-angka yang Bapak sampaikan. Karena bagi sebagian kalangan, sebagaimana yang kita amati sehari-hari, keberagaman pemahaman tentang profil, karakter, pola, dan resiko penularan viruscorona ini, mempengaruhi tingkat kedisiplinan mereka menjalankan protokol kesehatan yang dianjurkan. Euforia yang terbersit secara implisit dari penjelasan Bapak, saya khawatirkan tak kondusif terhadap himbauan menegakkan 3M yang justru menjadi pesan utama lain pada pidato Bapak di sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun