e-government di seluruh Indonesia. Keberhasilan Ciburial bukan hanya tentang satu desa; itu adalah mercusuar. Ini menunjukkan potensi komunikasi partisipatif yang efektif ketika kondisi yang tepat (pemerintah daerah yang proaktif, adopsi platform populer, komitmen terhadap interaksi dua arah) terpenuhi. Ini menawarkan model yang dapat diskalakan, tetapi juga secara implisit menggarisbawahi hambatan sistemik (kesenjangan digital, kurangnya literasi, resistensi) yang mencegah replikasi luas di seluruh nusantara. Hal ini menjadikan Ciburial bukan hanya contoh, tetapi tolok ukur untuk apa yang mungkin terjadi ketika prinsip "partisipasi" benar-benar dianut.
"Dosa" PR Pemerintah: Antikritik dan Merendahkan Warganet
Kontraskan keberhasilan partisipasi dengan "dosa" fatal PR pemerintah: praktik memblokir komentar kritis dan menganggap warganet sebagai "pembangkang." Ini adalah bentuk komunikasi satu arah yang merusak kepercayaan dan menghambat dialog yang sehat. Peristiwa seperti kritik terhadap komunikasi pemerintah terkait polemik RUU TNI, di mana komentar pejabat dianggap merendahkan dan mengancam rakyat, memperburuk hubungan antara pemerintah dan publik. Jika hal serupa terjadi dalam jangka waktu panjang, dapat memperburuk hubungan antara pemerintah dan publik.
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, secara tegas meminta humas pemerintah untuk tidak "antikritik," karena kritik dianggap menyehatkan dan berfungsi sebagai alat perbaikan. Ia menekankan pentingnya menanggapi kritik dengan baik dan menghindari bahasa yang kaku. Upaya membatasi aliran informasi secara sengaja adalah tantangan komunikasi publik yang serius. Praktik-praktik ini tidak hanya menghambat komunikasi yang efektif, tetapi juga mengancam fondasi demokrasi digital, di mana kebebasan berpendapat dan akses informasi adalah hak dasar warga negara. Hal ini menciptakan lingkungan ketidakpercayaan dan apatisme. Mengabaikan, meremehkan, atau memblokir kritik akan menghancurkan kepercayaan dan memperburuk hubungan antara pemerintah dan publik.
PENUTUP
Masa depan PR pemerintah Indonesia tidak lagi dapat bergantung pada metode "zaman old" yang kaku, satu arah, dan takut kritik. Kesenjangan digital, baik dalam kapasitas SDM maupun infrastruktur, serta resistensi terhadap perubahan, menuntut transformasi yang mendalam dan holistik. Tanpa revitalisasi yang sungguh-sungguh, PR pemerintah akan "mati suri," kehilangan kemampuan untuk terhubung dengan masyarakat di era yang serba cepat dan transparan ini.
Revitalisasi PR pemerintah adalah investasi krusial dalam membangun kepercayaan publik, memperkuat demokrasi digital, dan memastikan keberlanjutan pembangunan. Ini adalah bagian integral dari reformasi birokrasi secara keseluruhan, yang bertujuan untuk mewujudkan pemerintahan yang lebih efisien, inklusif, dan akuntabel. Tujuan akhir dari revitalisasi PR melampaui efisiensi komunikasi semata; ini adalah tentang memperkuat fondasi demokrasi dan pembangunan nasional. PR yang efektif diposisikan sebagai keharusan strategis untuk masa depan bangsa, bukan hanya peningkatan operasional.
Seruan untuk bertindak ini tidak hanya tentang apa yang harus dilakukan, tetapi juga siapa yang perlu melakukannya dan mengapa hal itu mendesak, menekankan tanggung jawab bersama dan risiko tinggi yang terlibat. Ini bergerak dari penilaian diagnostik ke peta jalan preskriptif, menyoroti upaya kolektif yang diperlukan. Pendekatan multi-pemangku kepentingan terhadap seruan untuk bertindak ini menyoroti bahwa transformasi digital dalam PR pemerintah adalah upaya kolektif masyarakat, bukan semata-mata upaya pemerintah. Ini membutuhkan pergeseran fundamental dalam kontrak sosial seputar informasi, transparansi, dan partisipasi, di mana semua pihak memiliki peran untuk bermain dalam memupuk demokrasi digital yang sehat.
Dengan komitmen yang kuat dan tindakan nyata, PR pemerintah dapat bertransformasi menjadi jembatan vital antara negara dan warganya, membangun kepercayaan yang kokoh, memperkuat partisipasi publik, dan pada akhirnya, mendorong Indonesia menuju masa depan yang lebih maju, transparan, dan demokratis.
#ReformasiBirokrasi #DemokrasiDigital #RevitalisasiPR
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI