Pernahkah kamu membayangkan sebuah Hari Buruh yang sunyi?
Tanpa orasi.
Tanpa spanduk.
Tanpa massa berpeluh yang turun ke jalan demi menyuarakan harapan akan keadilan.
Di tahun 2025, bayangan ini bukan lagi skenario fiksi ilmiah, melainkan kenyataan yang mulai terasa menggigit.
Teknologi yang melaju tanpa ampun, dan dunia yang terus bergolak oleh perang dagang, telah melahirkan generasi pekerja yang bukan hanya kehilangan pekerjaan, tapi juga makna dari eksistensinya.
Hari ini, bukan hanya para buruh yang bertanya-tanya soal masa depan, tapi kita semua.
Menurut laporan World Economic Forum 2025, sebanyak 40% perusahaan global sedang merencanakan pemangkasan tenaga kerja demi efisiensi lewat otomatisasi dan teknologi kecerdasan buatan.
Bahkan, prediksi yang lebih mencengangkan menyebutkan bahwa hingga 300 juta pekerjaan berisiko lenyap akibat AI dalam waktu dekat.
Di sektor teknologi yang ironisnya menjadi pionir perubahan ini, lebih dari 22.000 pekerja telah dirumahkan hanya dalam beberapa bulan awal tahun.
Yang lebih menyakitkan: banyak dari perusahaan tersebut justru meningkatkan anggaran untuk pengembangan AI, tak lama setelah melakukan gelombang PHK.