Mohon tunggu...
Jhosef Nanda
Jhosef Nanda Mohon Tunggu... Relawan - Pekerja sosial

Menulis itu kemerdekaan, menjadi humanis itu keharusan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Bagaimana Bercita-cita di Era Disrupsi?

10 Februari 2022   13:24 Diperbarui: 11 Februari 2022   06:13 1244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
  ilustrasi anak-anak sedang menggunakan produk teknologi mutakhir | Sumber: pexels.com

Ilustrasi luwes | Sumber: pexels.com 
Ilustrasi luwes | Sumber: pexels.com 

Penulis membagikan prinsip sederhana, bahwa konsisten dalam menggapai mimpi di era disrupsi adalah konsisten yang luwes. Artinya, selama proses menggapai cita-cita seseorang tidak boleh kaku. Ia harus perhatikan apakah jenis pekerjaan atau profesi yang diidamkan tersebut masih eksis di masa depan. Juga, perlu diselidiki apakah profesi yang dicita-citakan tersebut dipengaruhi oleh disrupsi teknologi di masa sekarang. 

Hal ini penting, jangan sampai upaya keras untuk menggapai mimpi tersebut akan sia-sia ketika seseorang hanya menggunakan prinsip konsisten yang tradisional. Perlahan, kita harus beralih kepada prinsip konsisten yang luwes.

Bertindak Humanis

Pada poin terakhir ini, penulis berbagi tentang kekuatiran di era disrupsi sekarang dan juga mendatang. Pekerjaan yang sudah lenyap tidaklah sedikit akibat disrupsi. Inilah yang menyebabkan kekuatiran banyak orang. Mereka bertanya-tanya, apakah pekerjaan sekarang ini masih bertahan hingga masa mendatang?

 Ilustrasi humanity | Sumber: pexels.com 
 Ilustrasi humanity | Sumber: pexels.com 

Penulis yakin bahwa pekerjaan yang menyentuh aspek-aspek yang paling manusiawi tidak akan pernah tergantikan dengan teknologi. Manusia memiliki unsur yang tidak bisa digantikan dengan mesin, seperti rasa dan emosi. Untuk itulah sejak dini, siapapun perlu dilatih untuk humanis. 

Menguasai teknologi boleh-boleh saja, tapi sentuhan-sentuhan hangat penuh cinta kepada sesama harus dilatih sejak anak-anak. Sehingga apapun cita-cita seseorang, jika dalam proses menggapainya pribadi tersebut bertindak humanis maka lingkungan akan banyak memberi cukup banyak ruang kepadanya. 

Sekali lagi, sentuhan rasa dan emosi tidak mungkin bisa digantikan oleh mesin dengan teknologi apapun.

Refleksi

Demikianlah bagi penulis bercita-cita itu gratis. Kita bebas bercita-cita setinggi langit manapun. Hanya saja kita perlu berhenti sejenak, berpikir bagaimana menyiapkan roket yang tepat menuju kepada cita-cita kita masing-masing. Hal tersebut penting dilakukan agar roket kita tidak terhantam oleh hujan batu meteor di angkasa, langit-langit disrupsi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun