Namun, hal itu menjadi kesempatan yang baik bagi orang tua untuk memberi nasihat kepada anak. Kesempatan itu juga bisa digunakan untuk mendorong semangat belajar, menjaga kesehatan, kemandirian, dan tanggung jawab.
Semua pekerjaan rumah yang disampaikannya kepada ibu guru tersebut memang pernah dilakukannya, tetapi tidak semuanya rutin setiap hari. Sejak usia lima tahun, dia sudah dilatih menyapu, mencuci piring, dan pekerjaan lainnya.
Ketika duduk di kelas satu SD, dia memiliki pekerjaan rutin di rumah, yaitu mencuci piring, merapikan tempat tidur sendiri, menyapu, dan melipat pakaian sendiri. Memasuki kelas dua, pekerjaannya ditambah dengan mencuci dan menyetrika seragam sekolahnya.
Pekerjaan rumah tersebut menjadi kewajibannya setiap hari, ditambah dengan pekerjaan tambahan seperti menyapu, mengepel, memasak nasi dan telur dadar, dan sebagainya. Memang kalau dibuat daftarnya, pekerjaan rumah sepertinya tidak ada habis-habisnya. Banyak sekali.
Dalam beberapa pekerjaan, awalnya si anak merasa kesulitan untuk mengerjakannya seperti menyetrika baju. Tetapi lama kelamaan, pekerjaan itu terasa biasa. Tidak ada lagi protes dan alasan untuk tidak mengerjakannya.
Saya dan istri sama-sama anak pertama dan sejak kecil juga sudah terbiasa melakukan pekerjaan yang sama dengan anak kami. Pengalaman itu menjadi salah satu dasar ketika mendidik anak untuk bisa belajar mandiri dan bertanggung jawab dengan hal kecil seperti pekerjaan rumah.
Selain itu, kami juga memiliki pemahaman yang sama bahwa pendidikan itu harus dimulai dari rumah sejak dini. Anak-anak dengan usia dini perlu dilatih untuk menjadi generasi berkarakter sehingga mendarah daging hingga di usia tua.
Meskipun demikian, pekerjaan rumah tersebut tidak menjadi halangan/alasan bagi si anak untuk mengerjakan tugas yang diberikan sekolah. Apalagi pada masa sekarang, tugas rumah yang diberikan oleh guru kepada siswa tergolong sedikit. Hal ini berbeda dengan masa tahun 1990an ketika saya duduk di bangku SD.
Sebenarnya anak saya merasa keberatan dengan pekerjaan rumah (PR) yang diberikan oleh gurunya bukan karena dia tidak memiliki waktu. Bukan juga karena terlalu banyak pekerjaan yang kami berikan bagi dia.
Akan tetapi, dia sudah memiliki tugas dari tempat kursus/les yang menuntutnya mengerjakan soal-soal setiap hari. Kami juga menugaskannya untuk membaca buku satu halaman dan menjawab soal-soal matematika setiap hari. Untuk mengerjakan pekerjaan tersebut, paling tidak dia membutuhkan waktu minimal 45 menit setiap hari.