Pekerjaan memetik kelapa yang tinggi pohonnya di atas 10 meter, dilakukan oleh pemanjat kelapa.Â
Pemanjatan kelapa juga berbeda antara daerah yang satu dengan yang lain. Penduduk di Kecamatan Bokat, Kabupaten Buol, Sulawesi Tengah, memetik buah kelapa dengan cara memanjat menggunakan tali sebagai pijakan.Â
Sementara di banyak daerah, biasanya batang kelapa dibuat cerukan untuk menopang kaki.
Pada 2020, saya menyaksikan pemetikan kelapa di beberapa desa di Kecamatan Bokat. Umumnya pemilik pohon kelapa mempekerjakan pemanjat kelapa dengan memberikan upah berdasarkan jumlah pohon yang dipanjat.
Pemanjat kelapa menerima Rp. 4.000 -- Rp. 5.000 untuk setiap pohon yang dipanen. Biasanya pekerja ini bisa memanjat pohon kelapa sekitar 35 hingga 50 pohon dalam satu hari.
Bila dibandingkan dengan daerah lain, upah tersebut tergolong murah. Namun, upah pemanjatan kelapa tergantung dari  harga kelapa maupun kopra.
Di Bokat, kita bisa menemukan pemanjat kelapa hampir di semua desa. Umumnya pemanjat adalah laki-laki yang belajar memanjat dari ayah maupun keluarganya.
Pada suatu pagi, saya bertemu dengan Mardi (58 tahun), pemanjat kelapa dari Desa Bukamog. Dia sudah menekuni pekerjaan tersebut  lebih dari 20 tahun.
Ayahnya dulu juga seorang pemanjat kelapa. Mardi belajar memanjat pohon kelapa dari ayahnya.
Meskipun usianya sudah tua, dia tetap memanjat pohon kelapa setiap hari di beberapa desa seperti Desa Bongo, Doulan, dan Bukamog.