Mohon tunggu...
Jhon Rivel Purba
Jhon Rivel Purba Mohon Tunggu... ASN Peneliti di BRIN

Hidup sederhana dan merdeka

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Mereka yang Terlupakan, Kehidupan Pemanjat Kelapa

31 Juli 2025   15:15 Diperbarui: 31 Juli 2025   15:26 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mardi (58 Tahun) sedang memanjat kelapa di Bokat, Kabupaten Buol, Sulawesi Tengah (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2020)

Beberapa bulan ini, harga kelapa mengalami kenaikan. Tidak hanya di kota, kenaikan harga kelapa juga dirasakan oleh penduduk desa terutama di daerah penghasil kelapa.

Di Depok misalnya, harga sebutir kelapa untuk santan berkisar antara Rp 10.000 hingga 18.000, tergantung ukurannya. Di Manado, sebagai daerah penghasil kelapa, harga sebutir kelapa untuk santan berkisar Rp 7.000 hingga Rp 10.000.

Kenaikan harga kelapa tentu disambut gembira oleh petani atau pemilik kebun kelapa.

Sebagai tanaman sosial yang diusahakan oleh rakyat, perubahan harga tentu memengaruhi kehidupan rakyat.

Namun, seringkali kita hanya melihat bahwa kenaikan harga kelapa ini dikaitkan dengan kehidupan petani/pemilik kebun kelapa.

Padahal, ada sosok penting yang berjasa menghadirkan kelapa dari atas pohon ke tangan konsumen. Mereka adalah pemanjat atau pemetik buah kelapa.

Bisa dikatakan, pekerjaan memanjat kelapa merupakan pekerjaan paling sulit dalam proses produksi. Tidak semua orang bisa mengerjakan hal ini, termasuk mereka pemilik kebun kelapa.

Pemanjat/Pemetik Kelapa

Panen kelapa merupakan momen yang ditunggu-tunggu oleh pemilik kebun. Pada panen tahun-tahun pertama, proses pemetikan buah kelapa tentu mudah. Akan tetapi, jika buah yang akan dipetik makin tinggi, maka dibutuhkan tangga.

Ketika pemetikan dengan menggunakan tangga tidak bisa menjangkau buah kelapa, maka cara terakhir adalah memanjatnya. Masalahnya, memanjat kelapa bukanlah pekerjaan mudah, tetapi sulit dan beresiko.

Pekerjaan memetik kelapa yang tinggi pohonnya di atas 10 meter, dilakukan oleh pemanjat kelapa. 

Pemanjatan kelapa juga berbeda antara daerah yang satu dengan yang lain. Penduduk di Kecamatan Bokat, Kabupaten Buol, Sulawesi Tengah, memetik buah kelapa dengan cara memanjat menggunakan tali sebagai pijakan. 

Sementara di banyak daerah, biasanya batang kelapa dibuat cerukan untuk menopang kaki.

Pada 2020, saya menyaksikan pemetikan kelapa di beberapa desa di Kecamatan Bokat. Umumnya pemilik pohon kelapa mempekerjakan pemanjat kelapa dengan memberikan upah berdasarkan jumlah pohon yang dipanjat.

Pemanjat kelapa menerima Rp. 4.000 -- Rp. 5.000 untuk setiap pohon yang dipanen. Biasanya pekerja ini bisa memanjat pohon kelapa sekitar 35 hingga 50 pohon dalam satu hari.

Bila dibandingkan dengan daerah lain, upah tersebut tergolong murah. Namun, upah pemanjatan kelapa tergantung dari  harga kelapa maupun kopra.

Di Bokat, kita bisa menemukan pemanjat kelapa hampir di semua desa. Umumnya pemanjat adalah laki-laki yang belajar memanjat dari ayah maupun keluarganya.

Pada suatu pagi, saya bertemu dengan Mardi (58 tahun), pemanjat kelapa dari Desa Bukamog. Dia sudah menekuni pekerjaan tersebut  lebih dari 20 tahun.

Penulis bersama Mardi (58 Tahun), pemanjat kelapa, di Desa Bukamog (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2020)
Penulis bersama Mardi (58 Tahun), pemanjat kelapa, di Desa Bukamog (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2020)

Ayahnya dulu juga seorang pemanjat kelapa. Mardi belajar memanjat pohon kelapa dari ayahnya.

Meskipun usianya sudah tua, dia tetap memanjat pohon kelapa setiap hari di beberapa desa seperti Desa Bongo, Doulan, dan Bukamog.

Setelah memanjat kelapa sekitar sebulan pada musim panen, Mardi menunggu dua bulan berikutnya musim panen. Masa dua bulan menunggu panen kelapa, dia bekerja di ladangnya.

Sebagai pemanjat kelapa, Mardi memiliki rekan lain yang semuanya berusia di atas 40 tahun. Mereka juga belajar memanjat kelapa karena mengikuti jejak ayahnya.

Salim (54 tahun), pemanjat kelapa dari Desa Tang, juga sudah memanjat kelapa lebih dari 20 tahun. Sewaktu masih muda, dia dilarang orang tuanya memanjat kelapa, meskipun orang tuanya sebagai pemanjat kelapa.

Namun setelah berkeluarga, Salim memanjat kelapa karena tuntutan ekonomi  keluarga. Sewaktu muda, dia bisa memanjat 40 hingga 50 pohon kelapa. Permintaan memanjat kelapa bukan hanya datang dari desanya, tetapi juga dari desa lain.

Pemanjatan kelapa dilakukan setiap hari kecuali hari Jumat. Sama dengan Mardi, Salim juga memiliki pekerjaan sebagai petani sambil menunggu musim panen kelapa.

Penulis bersama Salim (54 Tahun), pemanjat kelapa, di Desa Tang (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2020)
Penulis bersama Salim (54 Tahun), pemanjat kelapa, di Desa Tang (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2020)

Pemanjatan Kelapa

Pemanjatan kelapa biasanya dilakukan pada pagi hari antara Pukul 05.00 hingga Pukul 10.00 pagi. Pada bulan puasa, beberapa pemanjat kelapa bekerja pada Pukul 02.00 hingga 04.00. Pemanjat dibantu oleh orang lain dari bawah pohon untuk menyenter kelapa yang akan dipetik.

Pemanjat kelapa biasanya bekerja  sekitar tiga sampai lima jam dalam satu hari. Sebelum memulai aktivitas pemetikan, mereka menyiapkan perlengkapan seperti peda atau parang, apid dudub (alas dada), dan tomikat (tali pengikat).

Mereka menggunakan alas dada untuk melindungi tubuh (dada) akibat gesekan dengan pohon kelapa.

Sebelum berangkat ke kebun, pemanjat kelapa juga memastikan bahwa parang yang akan digunakan sudah tajam.

Ketika tiba di perkebunan kelapa, pemanjat biasanya memerhatikan pohon yang akan dipanjat. Dari bawah pohon kelapa, pemanjat sudah mengetahui kelapa yang akan dipetik.

Mereka bisa membedakan kelapa tua dan muda berdasarkan kulitnya. Kelapa tua kulitnya kering, dan bersuara nyaring ketika dipukul. 

Biasanya aktivitas pemetikan buah kelapa dipantau secara langsung oleh pemilik kebun. Jika buah kelapa yang akan dipetik hanya sedikit, pemanjat akan menanyakan kepada si pemilik kelapa apakah dipanjat atau tidak.

Jika kelapa yang akan dipanjat hanya menghasilkan buah di bawah 10 butir, maka akan merugikan petani. Sebab, biaya pemetikan dipatok berdasarkan jumlah pohon yang dipanjat, bukan dari jumlah buah yang dihasilkan.

Menurut pengakuan pemanjat kelapa, pohon yang paling sulit dipanjat adalah pohon kelapa yang masih pendek dimana pelepahnya berada di bawah buah kelapa.

Ketika memetik buah kelapa, pemanjat juga wajib membersihkan pohon kelapa dari  daun-daun dan kuncup bunga yang mati, serta dari serangga yang merusak tanaman kelapa.

Sekali lagi, pekerjaan sebagai pemanjat kelapa bukanlah pekerjaan yang mudah. Tidak semua orang bisa melakukan pekerjaan yang penuh resiko ini.

Menurut pengakuan beberapa penduduk di Bokat, sebagian pemanjat kelapa telah meninggal dunia karena jatuh saat memanjat kelapa. Maka, tidak sedikit orang tua yang melarang anak-anaknya bekerja sebagai pemanjat kelapa.

Bahkan pemanjat kelapa sekali pun tidak menginginkan/mengijinkan anaknya menjadi pemanjat kelapa. Bagi mereka, pekerjaan yang penuh resiko ini merupakan pilihan terkahir.

           

Penutup 

Pemanjat kelapa memiliki peran penting dalam proses produksi kelapa. Namun, pekerjaan ini seringkali dianggap sebelah mata atau tidak menjanjikan. Di sisi lain, mereka sangat dibutuhkan, terutama oleh pemilik kebun kelapa.

Tingginya harga kelapa dan kopra pada saat ini, tentu semakin membutuhkan tenaga pemanjat kelapa. Pertanyaannya, apakah kehidupan pemanjat kelapa semakin sejahtera?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun