Secara alami, Monyet ekor panjang yang dianggap satwa liar berbahaya ada yang sudah mengenal plastik sebelumnya. Lho kok bisa ? Monyet ekor panjang yang diambil dari hutan diajak main ke kota, diajak menggunakan pakaian polyester (berbahan plastik), diajak minum dari tumbler, disugukan fast foot dengan disuapi, terkadang ada yang menggunakan ‘gincu’ untuk menari dan menghibur. Semua itu hanya untuk memuaskan makhluk dengan akal sehat berbentuk manusia. Langkah selanjutnya  hadir beberapa orang yang peduli merampasnya dari orang lain, merawatnya dan mengajarkan nya berperilaku alami, mengajaknya berkumpul kembali bersama teman sejawatnya dalam tempat bernama pusat rehabilitasi. Proses panjang dan mulai melepaskannya kembali ke alam. Apakah dia akan berperilaku normal selayaknya salah satu ekosistem hutan? Tentu tidak seutuhnya. Monyet ekor panjang yang sudah di ajak bermain ke kota lalu kembali ke hutan akan ‘denial’ untuk menerima kenyataan yang ada.
Si abu-abu dalam dekapan tutup botol bukan lagi tanggung jawab pelaku konservasi atau pemerintah, tapi tanggung jawab bersama. Hal ini bisa diawali dengan :
- Memasukan Pendidikan konservasi sebagai kurikulum belajar pada setiap jenjang Pendidikan SD/SMP/SMA. Hal ini tentu akan membuka jendela dunia tentang pentingnya peningkatan kesadaran tentang konservasi dari dasar. Anak memiliki peran memberikan cerita atau edukasi konservasi kemasan yang diterima di sekolah ke orang tua atau keluarga nya jika ia melihat ada pelanggaran.
- Gunakan penghitungan reuse, reduce dan recycle dalam penggunakan bahan plastik rumah tangga, pilah dan pilih, buang pada tempatnya. Hal ini berpengaruh pada habitat monyet ekor panjangg di pesisir pantai atau sungai. Perlu adanya kesepahaman dalam pengolahan sampah dari tingkat rumah tangga hingga desa.
- Sebagai generasi muda yang melek terhadap pesat perkembangan teknologi, laporkan jika terdapat indikasi jual beli satwa melalui platform media sosial. Tentu cara ini sedikit sulit, tapi saat ini pada laman penegak hukum sudah disediakan link pengaduan (ajukan beserta bukti)
- Tawar terhadap adanya keinginan membeli produk dari monyet ekor panjang. Rasa hambar dan tidak berselera terhadap adanya produk olahan dari monyet ekor panjang contohnya aksesoris taring gigi monyet, minyak monyet ekor panjang untuk berbagai penyakit, dan lainya. Hal ini untuk membantu mengurangi permintaaan pasar akan hal ekstrim tersebut.
- Hindari merampas habitat hutan untuk pembukaan lahan masif pertanian, perkebunan, dan pembangunan dalam hutan. Hal ini akan membuat monyet ekor panjang secara berskala akan merusak tanaman, akan turun ‘demo’ ke rumah masyarakat dan pusat-pusat keramaian, dan akan merebut apa saja yang terlihat oleh mata mereka.
- MBerpartisipasi aktif dalam mengkampanyekan aksi konservasi monyet ekor panjang melalui tulisan, melalui visual audio di berbagai kemudahan platform teknologi yang tersedia. Tidak membeli dan tidak menonton konten berbau ‘perpelocoan’ monyet ekor panjang  sudah bagian dari kampanye versi dini.
Sama halnya dengan satwa liar lain, monyet ekor panjang merupakan bagian penting ekosistem yang bertugas penuh atas rantai makanannya sendiri. Hutan membutuhkannya untuk melanjutkan perputaran kehidupan. Hutan dan monyet ekor panjang tidak membutuhkan manusia, tapi mengapa manusia merusak hutan dan mengkudeta monyet ekor panjang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya?
Jika kita tidak bisa menciptakan maka cara paling mudah mari kita adalah melestarikan. Jaga Monyet ekor panjang, jaga kehidupan. Salam lestari- salam konservasi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI