Mohon tunggu...
Jessica ViadeAgustin
Jessica ViadeAgustin Mohon Tunggu... pemerhati lingkungan

saya memiliki hobi berpetualang dan suka menulis hasil perjalanan saya. saya memiliki kepribadian yang ceria dan mudah berteman dengan orang lain. saya suka jika berada di hutan dan melkukan interaksi dengan satwa dan tumbuhan di hutan.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Si Abu-abu dalam Dekapan Tutup Botol

11 September 2025   10:30 Diperbarui: 11 September 2025   13:30 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(bayi monyet ekor panjang sedang minum susu di induknya (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2025)

Monyet ekor Panjang memiliki nama mendunia sebagai Macaca fascicularis dengan rambut di sekitar tubuh yang berwarna abu-abu atau coklat kemerahan. Monyet ekor Panjang mempunyai cambang di bagian pipi, ekor panjang dibalur rambut pendek minimalis. Pada umumnya, monyet ekor panjang memiliki anak yang berwarna hitam rambutnya. Sebagai satwa primata yang hidup sosial berkelompok dan saling berinteraksi, monyet ekor panjang menunjukan adanya kartakteristik morfologi dan perilaku yang berbeda. Berdasarkan penelitian dalam Jurnal Pendidikan dan Sains Biologi, monyet ekor panjang jantan dan betina memiliki karakteristik yang berbeda. Monyet jantan memiliki tubuh lebih besar dan panjang, memiliki alat vital berupa penis, terdapat rambut menyerupai kumis pada pipi, kepala lebih bulat dan ekor lebih panjang, pergerakan lebih tinggi  dengan grooming, berkelahi dan mendominasi dalam kelompok. Monyet betina memiliki tubuh lebih rambing (kecuali sedang bunting), memiliki rambut menyerupai janggut pada bagian dagu, memiliki kelenjar susu, aktivitas yang mendominasi pada betina yakni duduk, menggendong anak. Monyet ekor panjang memiliki kantong pipi sebagai ciri khas unik tersendiri.

Monyet ekor panjang jantan dan monyet ekot panjang betina (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2025)
Monyet ekor panjang jantan dan monyet ekot panjang betina (Sumber: Dokumentasi pribadi, 2025)

Satwa liar abu-abu ini  yang tertera pada data IUCN Red List berstatus terancam punah (Endangeret) yang disebabkan adanya penurunan populasi secara signifikan akibat perburuan dan habitat yang berpindah penguasa secara buatan (dari awalnya habitat milik monyet, sekarang di jarah manusia yang tidak bertanggung jawab). Dari status nasional monyet ekor panjang belum ditetapkan sebagai satwa dilindungi secara nasional  karena pengendalian pemanfaatan spesies monyet diatur dalam mekanisme kuota perdagangan.

Fakta unik tentang monyet ekor panjang yang dikutip dari WWF Indonesia, menjadikan aktivitas grooming sebagai ekspresi kasih sayang dan ikatan sosial, termasuk golongan omnivora (pemakan segala) dengan vokalisasi (bersuara) yang unik dan peran ekologis sebagai penyebar biji selain dari feses bisa dari muntahan juga (makanan yang terletak di kantong pipi). Monyet ekor panjang hidup arboreal (hidup di atas pohon), dan menggunakan kedua kaki tangan untuk bergerak.

Monyet ekor panjang dengan aktivitas bersama kelompok (Sumber: Dokumentasi pribadi,2025)
Monyet ekor panjang dengan aktivitas bersama kelompok (Sumber: Dokumentasi pribadi,2025)

Si abu-abu yang ‘dianggap’ menjadi konflik ini berasal dari ketidauan manusia yang ingin mendominasi dalam mengambil habitatnya. Karena keunikan dan keindahannya, ia diambil untuk di jadikan ‘teman tidur dan bermain’ di rumah. Karena rumahnya dijarah mulai dari pohon tidur dan ruang beraktivitasnya di kosongkan oleh keserakahan beberapa orang, ia terpaksa menjadi satwa liar yang terestrial (hidup di tanah). Karena makanan nya diambil secara serentak saat merusak rumahnya, ia terpaksa turun mengais sisa-sisa tumpukan material mengandung Polistirena (plastik) untuk sedikit harapan makanan. Lantas, siapa yang mau bertanggung jawab? Beberapa orang yang menjarah rumah monyet atau beberapa orang yang berusaha mengembalikannya ke alam ?

Keberadaan monyet ekor panjang yang pesat pertumbuhannya hadir dengan beberapa perpektif dari beberapa orang. Petani yang memiliki lahan dekat dengan hutan akan menganggap monyet sebagai ‘hama’ yang akan merusak, Pemburu dengan alasan ekonomi akan mengganggap monyet sebagai ‘dana cepat’untuk mencari nafkah, Kurator dengan selera unik nya akan merasa bahwa monyet wajib ada sebagai salah satu koleksi nya, dan beberapa orang yang terbilang ‘unik’ lebih dari monyet itu sendiri menjadikan monyet sebagai bahan konsumsi ekstrim di atas meja makan, mengidolakan monyet sebagai ‘obat’ keperkasaan jika air rebusan tulangnya di minum, dan masih banyak sudut pandang ‘tak masuk logika’ dengan alasan tertentu lainnya.

 Apakah salah jika si abu-abu ini marah? Bagaimana jika memang mereka hanya semata mempertahankan diri dari berbagai perpektif orang lain. Katanya monyet ekor panjang omnivora dengan dominan makanan dari alam (biji, buah, daun, serangga) lalu mengapa ‘kerupuk’ nya tutup botol plastik? Mengapa daunnya berubah jadi bungkusan makanan instan?. Katanya monyet ekor panjang hidup arboreal, mengapa ia lebih banyak terlihat di tanah sambil menyortir beberapa benda asing yang tak seharusnya menjadi mainnya.

Monyet ekor panjang makan sampah(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2025)
Monyet ekor panjang makan sampah(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2025)

Permasalahan ini berasal dari hulu dan berdampak pada hilir. Perilaku konsumtif manusia dalam menggunakan bahan-bahan tidak mudah terurai (sampah) memberikan pengaruh besar bagi keberadaan satwa liar seperti monyet ekor panjang. Sampah yang dibuang ke sungai dan akan bermuara ke laut lalu menepi di pinggiran pesisir pasir yang berbatasan dengan hutan membuat monyet ekor panjang ‘penasaran’ sehingga memilih turun untuk melihat dan mulai timbul ketergantungan. Hutan yang seharusnya menjadi tempat hidup terakhir monyet ekor ekor panjang dalam berkembangbiak terus kedatangan ‘tamu tak diundang’ mengambil anaknya, mengambil ibunya, mengambil anggota keluarganya.

Secara alami, Monyet ekor panjang yang dianggap satwa liar berbahaya ada yang sudah mengenal plastik sebelumnya. Lho kok bisa ? Monyet ekor panjang yang diambil dari hutan diajak main ke kota, diajak menggunakan pakaian polyester (berbahan plastik), diajak minum dari tumbler, disugukan fast foot dengan disuapi, terkadang ada yang menggunakan ‘gincu’ untuk menari dan menghibur. Semua itu hanya untuk memuaskan makhluk dengan akal sehat berbentuk manusia. Langkah selanjutnya  hadir beberapa orang yang peduli merampasnya dari orang lain, merawatnya dan mengajarkan nya berperilaku alami, mengajaknya berkumpul kembali bersama teman sejawatnya dalam tempat bernama pusat rehabilitasi. Proses panjang dan mulai melepaskannya kembali ke alam. Apakah dia akan berperilaku normal selayaknya salah satu ekosistem hutan? Tentu tidak seutuhnya. Monyet ekor panjang yang sudah di ajak bermain ke kota lalu kembali ke hutan akan ‘denial’ untuk menerima kenyataan yang ada.

Si abu-abu dalam dekapan tutup botol bukan lagi tanggung jawab pelaku konservasi atau pemerintah, tapi tanggung jawab bersama. Hal ini bisa diawali dengan :

  • Memasukan Pendidikan konservasi sebagai kurikulum belajar pada setiap jenjang Pendidikan SD/SMP/SMA. Hal ini tentu akan membuka jendela dunia tentang pentingnya peningkatan kesadaran tentang konservasi dari dasar. Anak memiliki peran memberikan cerita atau edukasi konservasi kemasan yang diterima di sekolah ke orang tua atau keluarga nya jika ia melihat ada pelanggaran.
  • Gunakan penghitungan reuse, reduce dan recycle dalam penggunakan bahan plastik rumah tangga, pilah dan pilih, buang pada tempatnya. Hal ini berpengaruh pada habitat monyet ekor panjangg di pesisir pantai atau sungai. Perlu adanya kesepahaman dalam pengolahan sampah dari tingkat rumah tangga hingga desa.
  • Sebagai generasi muda yang melek terhadap pesat perkembangan teknologi, laporkan jika terdapat indikasi jual beli satwa melalui platform media sosial. Tentu cara ini sedikit sulit, tapi saat ini pada laman penegak hukum sudah disediakan link pengaduan (ajukan beserta bukti)
  • Tawar terhadap adanya keinginan membeli produk dari monyet ekor panjang. Rasa hambar dan tidak berselera terhadap adanya produk olahan dari monyet ekor panjang contohnya aksesoris taring gigi monyet, minyak monyet ekor panjang untuk berbagai penyakit, dan lainya. Hal ini untuk membantu mengurangi permintaaan pasar akan hal ekstrim tersebut.
  • Hindari merampas habitat hutan untuk pembukaan lahan masif pertanian, perkebunan, dan pembangunan dalam hutan. Hal ini akan membuat monyet ekor panjang secara berskala akan merusak tanaman, akan turun ‘demo’ ke rumah masyarakat dan pusat-pusat keramaian, dan akan merebut apa saja yang terlihat oleh mata mereka.
  • MBerpartisipasi aktif dalam mengkampanyekan aksi konservasi monyet ekor panjang melalui tulisan, melalui visual audio di berbagai kemudahan platform teknologi yang tersedia. Tidak membeli dan tidak menonton konten berbau ‘perpelocoan’ monyet ekor panjang  sudah bagian dari kampanye versi dini.

Sama halnya dengan satwa liar lain, monyet ekor panjang merupakan bagian penting ekosistem yang bertugas penuh atas rantai makanannya sendiri. Hutan membutuhkannya untuk melanjutkan perputaran kehidupan. Hutan dan monyet ekor panjang tidak membutuhkan manusia, tapi mengapa manusia merusak hutan dan mengkudeta monyet ekor panjang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya?

Monyet ekor panjang di alam (Sumber : Dokumentasi pribadi,2025)
Monyet ekor panjang di alam (Sumber : Dokumentasi pribadi,2025)

Jika kita tidak bisa menciptakan maka cara paling mudah mari kita adalah melestarikan. Jaga Monyet ekor panjang, jaga kehidupan. Salam lestari- salam konservasi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun