Mohon tunggu...
YEREMIAS JENA
YEREMIAS JENA Mohon Tunggu... Dosen - ut est scribere

Akademisi dan penulis. Dosen purna waktu di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kutukan Salib

4 Februari 2019   09:34 Diperbarui: 4 Februari 2019   09:48 891
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suana aksi massa di Kota Solo yang menolak ornamen menyerupai salib. Sumber: http://vito.id/2019/01/21/ormas-keagamaan-protes-ornamen-proyek-jalan-mirip-salib-di-solo/

Meskipun demikian, menurut cara berpikir Paulus, orang Kristiani tidak boleh berhenti mewartakan atau memberi kesaksian mengenai Kristus. Reaksi positif dan negatif tetap saja ada. 

Pewartaan mengenai Kristus akan tetap menimbulkan sikap pro dan kontra. Dan itu tidak apa-apa. Bahkan kalau pun terjadi bahwa mereka yang bersikap kontra kemudian melakukan kekerasan terhadap pewartaan itu, hal ini pun tidak akan menyurutkan orang Kristen mewartakan Salib Kristus.

Problem Dirumuskan Kembali

Mengikuti logika yang dibangun dalam "penafsiran dari dalam" itu, tampak bahwa penolakan terhadap salib dan permusuhan terhadap orang Kristen tidak hanya menjadi hal yang lumrah, tetapi sudah menjadi bagian integral dari eksistensi agama itu sendiri. 

Sederhananya, jangan merasa heran bahwa ada kelompok orang menolak agama Kristen dan simbol-simbolnya, karena dari awal agama ini memang telah menimbulkan penolakan.

Dalam konteks sikap permusuhan terhadap Salib dan orang Kristen di Indonesia, apakah dapat disimpulkan secara simplistis, bahwa penolakan terhadap Salib dan eksistensi Kekristenan sudah menjadi bagian dari kekristenan itu sendiri? Jadi, tidak usah dirisaukan dan tidak usah ditanggapi? 

Saya sendiri berpendapat bahwa dalam konteks pemotongan Salib di Yogyakarta dan protes terhadap ornamen menyerupai Salib di Solo, jawaban semacam hanya akan berimplikasi pada pembenaran tindakan kekerasan terhadap agama Kristen. 

Meskipun pada akhirnya refleksi teologis kita mesti mengarah ke sana, kita perlu merumuskan tanggapan yang lebih inklusif.

Dalam arti itu, saya sependapat dengan beberapa pembaca berita-berita online, bahwa aksi premanisme dan pemaksaan kehendak atas nama agama apapun harus dihentikan di Republik ini.  

Sudah saatnya kita membiasakan diri untuk menyelesaikan berbagai persoalan hidup bersama secara dialog dan secara musyawarah dan mufakat. Dan sudah saatnya pula kita membiasakan diri memahami fenomena sosial secara luas, bukan malah mengenakan kacamata epistemic yang terlalu sempit dan fundamentalis.

Disorientasi Historis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun