Mohon tunggu...
YEREMIAS JENA
YEREMIAS JENA Mohon Tunggu... Dosen - ut est scribere

Akademisi dan penulis. Dosen purna waktu di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kutukan Salib

4 Februari 2019   09:34 Diperbarui: 4 Februari 2019   09:48 891
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suana aksi massa di Kota Solo yang menolak ornamen menyerupai salib. Sumber: http://vito.id/2019/01/21/ormas-keagamaan-protes-ornamen-proyek-jalan-mirip-salib-di-solo/

Saya lalu teringat pada kata-kata Edith Stein, seorang filsuf perempuan Jerman keturunan Yahudi yang menjadi korban keganasan tantara Nazi. Di Hari Raya Salib Suci, tanggal 14 September 1939, Edith Stein mengatakan dengan lantang:

"Hail, Cross, our only hope!"...At the end of the cycle of ecclesiastical feasts, the Cross greets us through the Heart of the Saviour.And now, as the church year draws toward an end, it is raised high before us and is to hold us spellbound, until the Easter Alleluia summons us anew to forget the earth for a while and to rejoice in the marriage of the Lamb.[...] More than ever the Cross is a sign of contradiction. The followers of the Antichrist show it far more dishonour than did the Persians who stole it.They desecrate the images of the Cross, and they make every effort to tear the Cross out of the hearts of Christians.All too often they have succeeded even with those who, like us, once vowed to bear Christ's Cross after him.Therefore, the Savior today looks at us, solemnly probing us, and asks each one of us: Will you remain faithful to the Crucified? Consider carefully!The world is in flames, the battle between Christ and the Antichrist has broken into the open.If you decide for Christ, it could cost you your life. Carefully consider what you promise.[...] The arms of the Crucified are spread out to draw you to his heart. He wants your life in order to give you his.Ave Crux, Spes unica!

Dalam pemahaman Edith Stein, kelompok yang menolak Kristus dan salib-Nya adalah "pembenci Kristus" alias anti-Kristus . Kelompok ini tidak tidak harus mereka yang beragama non-Kristiani, tetapi bahkan orang Kristen sendiri yang pernah dibaptis dan pernah berjanji untuk setia pada janji baptisnya, tetapi lalu "murtad" dan menanggalkan kekristenannya -- dengan berbagai alasan. 

Tentu sebuah tafsiran yang masih harus dikritisi, tetapi setidaknya ini salah satu narasi yang dikembangkan sebagai reaksi terhadap para pembenci Kristus dan salib-Nya. 

Kebencian pada salib itu, menurut Edith Stein, bahkan melebihi perilaku orang Persia yang merampas dan membawa Salib keluar dari Yerusalem. (Sebagai catatan, pada tahun 614 M, tantara Persia menaklukkan Syria dan Palestina, menguasai Yerusalem dan kemudian membawa pergi Salib yang dipercaya sebagai kayu palang yang digunakan tantara Romawi ketika menghukum mati Yesus. 

Saya sendiri melihat bahwa kata-kata Edith Stein ini menggemakan ramalan Simeon. Pada waktu itu, Simeon sedang bertugas di Bait Allah di Yerusalem. Mengikuti adat dan tradisi orang Yahudi, sesudah sunat, orang tua Yesus, yakni Maria dan Yosef, datang ke Bait Allah untuk mempersembahkan Yesus. 

Ketika keluarga kecil dari Nazareth itu masuk ke pelataran rumah Tuhan, Simeon dan Hana telah menanti di sana. Simon diliputi sukacita mendalam ketika melihat bayi Yesus yang digendong ibunya. 

Dari mulut Simeon kemudian terucap nubuat ini, "Sesungguhnya Anak ini ... menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan" (Luk 2:32). Ya, anak kecil bernama Yesus itu akan menimbulkan perbantanan di mana-mana. Kebenaran yang akan Dia ajarkan ditolak masyarakat yang lebih suka tinggal dalam kegelapan dan dosa.

Ramalan Simeon ini sedikit nyata dalam pengalaman Paulus. Sebagaimana dikisahkan dalam Kisah Para Rasul bab 28:1-31 dan kesaksian Paulus dalam banyak tulisannya, orang-orang yang belum mengenal Kristus dan orang Kristen tidak hanya menolak kelompok ini yang mereka sebut mashab, tetapi sekaligus juga Salib itu sendiri. 

Di ayat 22, para pemuka Yahudi di Roma meminta Paulus menjelaskan mengapa terjadi penolakan terhadap mashab ini (maksudnya orang Kristen) di banyak tempat. Dan jawaban Paulus terhadap pertanyaan ini sangatlah jelas. 

Reaksi terhadap pemberitaan mengenai Kristus selalu bersifat positif dan negatif. Positif artinya orang yang melihat kehidupan orang Kristiani dan mendengar pewartaan mereka, akan menerima Yesus sebagai juru selamat mereka. 

Sebaliknya, yang negatif berarti orang-orang itu, meskipun melihat, mereka tetap tidak menanggap dan meskipun mendengar, mereka akan tetap tertutup telinganya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun