Mohon tunggu...
YEREMIAS JENA
YEREMIAS JENA Mohon Tunggu... Dosen - ut est scribere

Akademisi dan penulis. Dosen purna waktu di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Perihal Menjadi Pendidik

20 Desember 2012   23:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:17 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Bagaimana mewujudkan peran pendidik sebagai pengajar ilmu sekaligus agen pembentuk watak dan perilaku? Bagaimana seharusnya menjalankan peran pendidik yang sanggup menghasilkan peserta didik yang pandai tetapi juga yang memiliki hubungan yang baik dan harmonis dengan dirinya dan dengan sesama?

Seorang pendidik hanya bisa disebut sebagai “hebat” jika dia adalah seorang pelatih (coach) dan model. Kita belajar dari sejarah bahwa semua guru yang besar selalu membawakan topik mereka secara hidup, selalu merujuknya kepada kejadian-kejadian saat ini dan bagaimana pengetahuan akan materi yang mereka ajarkan dapat memampukan peserta didik untuk memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai dunia tempat mereka tinggal. Seluruh proses pendidikan, dengan demikian, tidak bisa mengabaikan begitu saja relevansi antara pengetahuan dan kehidupan saat ini.

Sebagai pendidik dengan latar belakang humaniora (filsafat), penulis punya pengalaman sederhana yang dapat mengilustrasikan peran pendidik sebagai pelatih. Ketika mengajarkan topik “mengarang dengan baik” dalam mata kuliah logika, misalnya, peran pendidik sebagai “pelatih” (coach) itu sangat penting kedudukannya. Penulis tidak hanya mengajar teori mengarang, tetapi langsung melatih teknik mengarang berdasarkan pengalaman penulis selaku pendidik dan penulis. Jika ditambah dengan usaha memosisikan diri sebagai model perilaku, penulis berharap peran sebagai pendidik yang menumbuhkan pengetahuan dan mendorong perubahan perilaku kiranya dapat direalisasikan.

Pendidik yang menginspirasi adalah mereka yang mendorong, memotivasi, dan menginspirasi melalui motivasi-motivasi intrinsik. Para peserta didik dengan senang hati memilih untuk betah di sekolah/kampus setelah kegiatan belajar, mengerjakan atau menulis esai-esai yang tidak akan pernah dinilai, dan melahap bacaan-bacaan tambahan. Pendidik yang baik adalah sosok yang melukis gambar yang besar dan mengarahkan peserta didiknya kepada sumber-sumber yang dibutuhkan untuk melukis gambar yang besar itu.

Umumnya dikatakan bahwa pendidik yang inspirasional adalah pribadi apa adanya? Kecerdasan, pengetahuan, berbagai ketrampilan atau watak-watak lainnya yang disebutkan di atas memang dimiliki oleh para pendidik yang demikian. Satu hal yang tidak boleh dilupakan, adalah bahwa pendidik yang inspirasional itu memiliki guru atau pendidik juga yang menginspirasi. Artinya, mereka memiliki model guru ideal yang patut diguguh dan ditiru. Sebagai pendidik, penulis punya seorang model pendidik. Dialah Yohanes Bosco, seorang pendidik ulung dalam Gereja Katolik. Dia adalah pendidik yang bergairah, yang hasrat terbesarnya adalah membawa anak-anak kepada kepintaran dan keselamatan kekal. Kepintaran agar bisa hidup, bekerja dan memuaskan kebutuhan duniawinya. Tetapi juga keselamatan karena tuntutan jiwa akan keselamatan kekal. Pada diri Don Boscolah penulis belajar menjadi pendidik, bahwa yang menentukan keberhasilan pendidikan bukan terletak pada sejauh mana kita mentransfer pengetahuan, tetapi sejauh mana anak-anak merasa diterima dan dikasihi. Dari titik inilah seharusnya kita belajar untuk menjadi pendidik yang menggairahkan.[]


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun