Momen comeback itu begitu berharga. Saya belajar bahwa selama waktu belum habis, kegagalan pun belum final. Harapan bisa datang kapan saja bagi mereka yang tidak menyerah.
Semi Final: Kekalahan yang MengajarkanÂ
Selasa sore, semifinal melawan SMA Muhammadiyah menanti. Lawan ini dikenal tangguh. Kami sempat pesimis, tapi mencoba menenangkan diri dengan prinsip: "bola itu bulat, apapun bisa terjadi."
Sayangnya, babak pertama benar-benar berat. Kami tertinggal 0--2. Banyak yang sudah pasrah. Namun pelatih menegaskan: "Pertandingannya sudah selesai belum?" Kami menjawab, "Belum!" Dari situ, semangat bangkit lagi.
Di babak kedua, kami berhasil menyamakan kedudukan 2--2. Namun, kebugaran kami menurun. Satu demi satu kesalahan muncul. Akhirnya kami kalah 2--4. Seusai pertandingan, suasana di basecamp begitu muram. Ada amarah, kecewa, bahkan saling menyalahkan. Tapi sekali lagi, coach kami mengingatkan "Jangan menyerah, masih ada perebutan juara tiga." Itu mengajarkan saya bahwa meskipun gagal, selalu ada kesempatan lain untuk bangkit.
Kamis, 25 September, kami bertemu SMA Al Azhar Kelapa Gading. Pertandingan sengit berakhir dengan skor 2--2, memaksa adu penalti. Deg-degan luar biasa. Setiap tendangan seperti taruhannya besar sekali.
Namun, hasil tak berpihak pada kami. Penalti berakhir dengan kekalahan. Kami hanya bisa menatap kosong, air mata jatuh, perasaan gagal menghantui. Tapi di tengah kesedihan itu, suporter ALASKAÂ masih setia bernyanyi. Mereka tidak peduli kami menang atau kalah. Bagi mereka, yang penting kami sudah memberikan yang terbaik. Dukungan itu membuat kami sadar, hasil akhir hanyalah bagian kecil, yang utama adalah proses dan perjuangan.
Nilai-Nilai yang tumbuh :
Dari seluruh perjalanan ini, saya belajar bahwa CC Cup bukan sekadar tentang menang atau kalah. Ada banyak nilai hidup yang tumbuh dari lapangan mini soccer: