Mohon tunggu...
Jeremiah Putera Rajagukguk
Jeremiah Putera Rajagukguk Mohon Tunggu... Pelajar

Pelajar magis

Selanjutnya

Tutup

Bola

Belajar Daya Juang dari lapangan Mini Soccer Canisius College Cup

4 Oktober 2025   09:58 Diperbarui: 4 Oktober 2025   09:58 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Canisius College Cup XL

Canisius College Cup (CC Cup) XL 2025 kembali hadir dengan semangat luar biasa. Ajang tahunan yang mempertemukan lebih dari 200 sekolah dan didukung oleh lebih dari 500 panitia ini bukan sekadar kompetisi olahraga. CC Cup adalah panggung besar bagi para pelajar untuk menampilkan potensi terbaik, menguji daya juang, serta menumbuhkan karakter. Dari sepak bola, basket, badminton,voli, dan masih banyak lagi pertandingan. Setiap pertandingan membawa cerita tersendiri dan membawa nilai sendiri bagi yang mengikutinya. CC Cup adalah sebuah peristiwa besar yang menghadirkan euforia sekaligus menjadi ruang pembelajaran hidup.

Dan bagi saya pribadi, perjalanan saya dalam mengiktui lomba di cabang mini soccer menjadi pengalaman yang tak hanya penuh emosi, tetapi juga sarat dengan nilai hidup yang bermakna. Dari cup ini saya belajar tentang arti perjuangan, kerja sama, dan nilai hidup yang tak ternilai. Apa yang saya alami bukan sekadar tentang skor akhir, tetapi tentang bagaimana kami, anak-anak muda, ditempa dalam proses untuk tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik.Awal perjalanan dari techinical meeting, dan muncul rasa pesimis

Segalanya dimulai pada technical meeting hari Kamis, 18 September 2025. Ruangan penuh oleh perwakilan sekolah, pelatih, dan ofisial yang mendengarkan aturan pertandingan. Saat itu, kami mengetahui bahwa di fase grup kami harus menghadapi SMAN 117 dan PSKD 2. Dua nama besar yang langsung membuat kami menghela napas panjang.

Kami tahu SMAN 117 punya kualitas bermain yang sangat baik. Mereka sering tampil di berbagai turnamen, terbiasa bermain dengan disiplin, dan punya pemain-pemain yang terlatih. Sementara PSKD 2 juga tidak bisa diremehkan. Tahun lalu mereka ikut serta, bahkan hanya kalah lewat adu penalti. Seketika muncul rasa pesimis dalam hati kami. Namun, di balik keraguan itu ada keyakinan kecil bahwa tidak ada yang mustahil selama bola masih bergulir.

Hari Pertama: Kemenangan dengan Rasa Kurang Puas 

Hari Minggu, 21 September, tibalah pertandingan pertama melawan SMAN 117. Suasana lapangan meriah. Sorakan penonton, yel-yel suporter, dan instruksi pelatih bercampur menjadi satu. Pertandingan berjalan cepat. Kami sempat kesulitan, tapi akhirnya berhasil menang dengan skor 5--2.

Aneh rasanya: meski menang, saya merasa tidak puas. Permainan saya pribadi terasa buruk, banyak kesalahan yang seharusnya bisa dihindari. Malam itu, saya merenung. Kemenangan tidak boleh membuat lengah. Justru dari rasa tidak puas itulah muncul tekad ,besok harus lebih baik lagi, harus punya daya juang yang lebih besar.

Hari Kedua: Comeback Bersejarah

Selasa, 23 September, kami menghadapi PSKD 2. Pertandingan ini berlangsung menegangkan sejak awal. Babak pertama berakhir dengan skor 0--1, kami tertinggal. Di pinggir lapangan, para suporter berteriak tak henti, mencoba mengangkat semangat kami.

Di ruang istirahat, pelatih mengingatkan: "Pertandingan belum selesai. Satu babak lagi, tunjukkan daya juang kalian." Kata-kata itu menjadi bahan bakar.

Babak kedua dimulai, kami menyerang habis-habisan. Gol penyama kedudukan akhirnya tercipta. Stadion mini bergemuruh. Rasa lelah seakan hilang, tergantikan keyakinan bahwa kemenangan mungkin diraih. Dan benar, kami berhasil mencetak gol kedua. Skor 2--1 bertahan hingga akhir. Kami resmi jadi juara grup.

Momen comeback itu begitu berharga. Saya belajar bahwa selama waktu belum habis, kegagalan pun belum final. Harapan bisa datang kapan saja bagi mereka yang tidak menyerah.


Semi Final: Kekalahan yang Mengajarkan 

Selasa sore, semifinal melawan SMA Muhammadiyah menanti. Lawan ini dikenal tangguh. Kami sempat pesimis, tapi mencoba menenangkan diri dengan prinsip: "bola itu bulat, apapun bisa terjadi."

Sayangnya, babak pertama benar-benar berat. Kami tertinggal 0--2. Banyak yang sudah pasrah. Namun pelatih menegaskan: "Pertandingannya sudah selesai belum?" Kami menjawab, "Belum!" Dari situ, semangat bangkit lagi.

Di babak kedua, kami berhasil menyamakan kedudukan 2--2. Namun, kebugaran kami menurun. Satu demi satu kesalahan muncul. Akhirnya kami kalah 2--4. Seusai pertandingan, suasana di basecamp begitu muram. Ada amarah, kecewa, bahkan saling menyalahkan. Tapi sekali lagi, coach kami mengingatkan "Jangan menyerah, masih ada perebutan juara tiga." Itu mengajarkan saya bahwa meskipun gagal, selalu ada kesempatan lain untuk bangkit.

Jangan Menyerah
Jangan Menyerah
Perebutan Juara Tiga: Alaska melawan Alazka

Kamis, 25 September, kami bertemu SMA Al Azhar Kelapa Gading. Pertandingan sengit berakhir dengan skor 2--2, memaksa adu penalti. Deg-degan luar biasa. Setiap tendangan seperti taruhannya besar sekali.

Namun, hasil tak berpihak pada kami. Penalti berakhir dengan kekalahan. Kami hanya bisa menatap kosong, air mata jatuh, perasaan gagal menghantui. Tapi di tengah kesedihan itu, suporter ALASKA masih setia bernyanyi. Mereka tidak peduli kami menang atau kalah. Bagi mereka, yang penting kami sudah memberikan yang terbaik. Dukungan itu membuat kami sadar, hasil akhir hanyalah bagian kecil, yang utama adalah proses dan perjuangan.

Nilai-Nilai yang tumbuh :
Dari seluruh perjalanan ini, saya belajar bahwa CC Cup bukan sekadar tentang menang atau kalah. Ada banyak nilai hidup yang tumbuh dari lapangan mini soccer:

Alaska
Alaska
  • Disiplin & Tanggung Jawab: hadir tepat waktu, berlatih dengan sungguh-sungguh, dan memikul peran masing-masing.

  • Pelayanan: bermain bukan hanya demi diri sendiri, tetapi juga demi tim, sekolah, dan suporter.

  • Kolaborasi: kerja sama tim, saling percaya, dan saling menutupi kelemahan jadi kunci setiap pertandingan.

  • Keberanian & Kejujuran: berani menghadapi lawan kuat dan jujur pada kekurangan diri sendiri.

  • Magis: setiap pertandingan memberi kesempatan untuk jadi lebih baik, meski hanya sedikit, tetapi selalu ada progres.

Bagi saya, CC Cup adalah kawah candradimuka yang menempa anak muda. Dari lapangan mini soccer, saya belajar bahwa kekalahan bukanlah akhir, melainkan pelajaran berharga. Bahwa kemenangan sejati bukan hanya tentang skor, tetapi tentang bagaimana kita berjuang, saling menguatkan, dan tumbuh bersama.

Di balik sorak-sorai penonton, keringat di lapangan, dan air mata setelah kalah, ada satu hal yang pasti, anak muda bisa membangun karakter lewat olahraga. Dan itulah hadiah terbesar yang saya bawa pulang dari CC Cup XL 2025.

ad maiorem dei gloriam.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun