Mohon tunggu...
Jentar Samosir
Jentar Samosir Mohon Tunggu... Human Resources - Propesional Literasi sekolah

Solusi pemecahan masalah jika kita rajin membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Perpustakaan Sekolah Layak Mendapatkan Perhatian"Menumbuhkan Budaya Baca"

13 Agustus 2020   18:50 Diperbarui: 24 Agustus 2020   18:20 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Artinya, penyelenggaraan perpustakaan sekolah harus sejalan dengan visi dan misi sekolah dengan mengadakan bahan perpustakaan bermutu yang sesuai dengan kurikulum, menyelenggarakan kegiatan yang berkaitan dengan bidang studi, dan kegiatan penunjang lain, misalnya yang berkaitan dengan peristiwa penting yang diperingati di sekolah .

Perpustakaan merupakan salah satu sarana dalam menunjang proses belajar dan mengajar di sekolah. Perpustakaan sekolah dewasa ini bukan saja hanya merupakan unit kerja yang menyediakan bacaan guna menambah pengetahuan dan wawasan bagi murid, melainkan bagian integral dari pembelajaran. 

Artinya, penyelenggaraan perpustakaan sekolah harus sejalan dengan visi dan misi sekolah dengan mengadakan bahan perpustakaan bermutu yang sesuai dengan kurikulum, menyelenggarakan kegiatan yang berkaitan dengan bidang studi, dan kegiatan penunjang lain, misalnya yang berkaitan dengan peristiwa penting yang diperingati di sekolah .Sesungguhnya perpustakaan yang ada dilingkungan sekolah menjadi pemicu untuk meningkatkan gaya hidup siswa untuk meningkatkan budaya minat baca berkunjung keperpustakaan.

Belum Tersedianya SDM Pustakawan

Pada akhirnya, sekalipun pengelolaan perpustakaan sekolah umumnya dipegang guru, bukan pustakawan. Salah satu akibatnya, perpustakaan tidak berkembang menjadi bagian dari proses pembelajaran karena guru terbebani. Guru juga minim pengetahuan dan latihan kepustakaan.  oleh sebab itu banyak  perpustakaan tidak berkembang optimal, sehingga pemanfaatannya kegiatan di perpustakaan terbatas membaca karna kurangnya aktivitas yang dijalankan.

Dengan membanjirnya informasi dalam skala global, perpustakaan sekolah diharapkan tidak hanya menyediakan buku bacaan saja namun juga perlu menyediakan sumber informasi lainnya, seperti bahan audio-visual dan multimedia, serta akses informasi ke Internet. Akses ke Internet ini diperlukan untuk menambah dan melengkapi pengetahuan bagi siswa dari sumber informasi lainnya yang tidak dimiliki oleh perpustakaan sekolah. 

Menyikapi hal ini pustakawan sekolah dan guru perlu mengajarkan kepada murid untuk dapat mengenali berbagai jenis informasi yang diperlukan dan menelusurinya melalui sumber informasi tersebut di atas. Untuk itu diperlukan program pengetahuan tentang literasi informasi di sekolah. Dengan mengikuti program semacam itu murid diarahkan untuk memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah melalui informasi yang diperolehnya. Kemampuan ini juga kelak akan bermanfaat di kemudian hari dalam meniti perjalanan kariernya.

Namun demikian, kenyataan di lapangan berbeda jauh dari kondisi ideal tersebut di atas. Sebuah sumber menyebutkan bahwa hanya sekitar 5% dari 200 ribu sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiah (MI) yang memiliki perpustakaan. Sebagian besar SD dan MI itu belum memiliki pustakawan. Bahkan dari 10 ribu SD dan MI itu kurang dari 10% yang dikelola para pustakawan. Pengelolaan perpustakaan lebih banyak diserahkan pada para guru. Dedy Rahmananta, sebagai mantan Kepala Perpustakaan Nasional pada waktu itu, mengatakan bahwa guru sudah memiliki kesibukan utama sendiri sebagai pengajar.

Hal tersebut mengakibatkan pengelolaan perpustakaan yang dirangkap oleh guru menjadi tidak maksimal, akhirnya  terbengkalai dan perpustakaan sekolah pun tidak berkembang. Dedy juga menjelaskan bahwa kepala sekolah atau guru sering mengklaim sekolah mereka telah memiliki perpustakaan. Tetapi, faktanya yang dimaksud perpustakaan oleh mereka hanya sebuah ruang kosong dan satu lemari kaca berisi buku-buku. Itu pun lemari bukunya dikunci rapat-rapat. Padahal, sebuah perpustakaan harus memenuhi standar sebagai perpustakaan. Paling tidak perpustakaan memiliki sarana dan prasarana dan juga pustakawan serta dana khusus untuk mengelolanya.

Jadi, pada umumnya Perpustakaan Sekolah Dasar belum dikelola secara baik dan belum sesuai dengan kebutuhan penelusuran informasi yang cepat dan akurat. 

Banyak hal yang seharusnya dibenahi dan ditanggulangi seperti ketenagaan, koleksi, manajemen, sarana, dan prasarananya. .keberadaan tenaga pengelola perpustakaan merupakan salah satu mata rantai yang penting dalam melaksanakan rangkaian tugas perpustakaan  sekolah, dalam menyediakan, mengolah dan menyebarkan informasi yang dibutuhkan oleh pemustaka, para siswa, guru dan masyarakat. "Untuk meningkatkan minat baca dan meraih keberhasilan perpustakaan sekolah dibutuhkan tenaga-tenaga yang profesional, perpustakaan akan menjadi lebih hidup dan dinamis dalam mentransfer akibat derasnya arus informasi di era globalisasi, yang saat ini harus lebih siap mengikuti perkembangan tehnologi arus informasi yang tak terbendung dan pemustaka sudah menuju ke area yang lebih praktis mencari bahan referensi pustaka sesuai kebutuhan artinya perpustakaan pelayanan konvensional akan tertinggal dan minat belajar kepustakaan akan menjadi sepi .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun