Mohon tunggu...
Jeniffer Gracellia
Jeniffer Gracellia Mohon Tunggu... Lainnya - A lifelong learner

Menulis dari Kota Khatulistiwa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tradisi Membuat Bakcang ala Keluarga Saya dan Mandi di Sungai Kapuas

14 Juni 2021   12:00 Diperbarui: 15 Juni 2021   11:15 1627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Proses membuat bakcang ala keluargaku | Foto milik pribadi

Dalam menyiapkan lauk yang nanti menjadi isi bakcang, sebelumnya harus ditumis dahulu. Mula-mula beras ketan ditumis dengan bawang putih. Setelah itu, lauk seperti daging babi, kacang tanah, telur puyuh, dan jamur shitake ditumis masing-masing dengan berbagai bumbu dan rempah-rempah. Daun bambu untuk membungkus bakcang juga harus direbus dan dibersihkan. 

Bakcang yang sudah selesai dibuat dan siap dinikmati di Hari Bakcang | Foto milik pribadi
Bakcang yang sudah selesai dibuat dan siap dinikmati di Hari Bakcang | Foto milik pribadi

Membungkus bakcang pun tidak mudah, tidak heran banyak yang tidak mahir dan gagal melakukannya. Daun bambu dibentuk menjadi segi empat dan diisi dengan beras ketan dan lauk, kemudian diikat dengan kencang menggunakan tali rafia. 

Bakcang kemudian direbus. Bakcang harus diikat dengan erat, jika tidak bakcang akan bocor isinya. Setelah matang, bakcang kemudian dinikmati bersama anggota keluarga saya.

Tradisi mandi tengah hari di tepian Sungai Kapuas yang tidak seramai dulu lagi (14/06/21) | Foto milik pribadi
Tradisi mandi tengah hari di tepian Sungai Kapuas yang tidak seramai dulu lagi (14/06/21) | Foto milik pribadi

Mandi di Sungai Kapuas

Biasanya hari ini, dari jam 11 hingga 12 siang, tepian hingga di tengah-tengah Sungai Kapuas ramai dipenuhi oleh masyarakat mulai dari anak-anak hingga orang tua sekalipun. Biasanya masyarakat berkumpul di sekitar Pelabuhan Pelampong. 

Selain memakan bakcang, hari ini juga dirayakan dengan tradisi Mandi Tengah Hari di sungai. Tradisi ini dipercaya untuk membuang kesialan dan mengundang berkah. Masyarakat juga banyak membawa pulang air sungai pada tanggal 05 bulan 05 karena dipercaya dapat menyembuhkan segala penyakit. 

Menambah keseruan, biasanya pemadam kebakaran swasta Kota Pontianak juga ikut menyemprotkan air sungai ke masyarakat dengan mesin pompa air. Setelah lelah mandi dan berenang di Sungai Kapuas, masyarakat biasanya akan menyantap bakcang sebagai bekal makan siang. 

Namun karena semakin bertambahnya kasus positif Covid-19 di Kota Pontianak, tahun lalu maupun tahun ini Sungai Kapuas tidak ramai seperti dulu lagi. Biasanya berbagai komunitas masyarakat Tionghoa akan menyelenggarakan acara di Sungai Kapuas, tetapi sudah dua tahun ditiadakan karena khawatir penularan di tengah kerumunan masyarakat.

Namun ketika saya pergi ke tepian Sungai Kapuas tengah hari ini, masih ada puluhan masyarakat yang masih menjalani tradisi ini. Di tengah terik matahari Pontianak, mereka mandi, berenang, dan bermain air menyambut Festival Peh Cun. 

Warga yang ikut menonton mereka yang sedang mandi dan berenang di tepian Sungai Kapuas | Foto milik pribadi
Warga yang ikut menonton mereka yang sedang mandi dan berenang di tepian Sungai Kapuas | Foto milik pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun