Mohon tunggu...
Jeniffer Gracellia
Jeniffer Gracellia Mohon Tunggu... Lainnya - A lifelong learner

Menulis dari Kota Khatulistiwa

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Dua Manfaat yang Hanya Ditemukan dari Buku Genre Fiksi Sejarah yang Istimewa

4 Juni 2021   16:35 Diperbarui: 4 Juni 2021   19:33 1173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi buku bergenre fiksi sejarah | Foto milik pribadi

Setiap orang pasti memiliki preferensinya masing-masing, dari cara berpakaian, makanan, musik, hingga buku bacaan. Membahas buku bacaan, preferensi masing-masing pembacanya biasanya dibedakan dengan berbagai genre kesukaannya.

Apa genre buku bacaan kesukaan Anda? Kalau saya, genre bacaan kesukaan saya adalah fiksi sejarah.

Tentu setiap buku bacaan, mau genre apapun itu, memberikan manfaat kepada pembacanya. Namun menurut saya, fiksi sejarah memiliki manfaat yang tidak dapat ditemukan di genre lainnya, yang membuat buku-buku fiksi sejarah sangat menarik sekaligus bermanfaat.

Banyak yang bingung, sebenarnya apa itu fiksi sejarah? Bagaimana cara membedakannya dengan buku sejarah ataupun dengan buku fiksi lainnya? Serta apa manfaat dari membaca buku fiksi sejarah?

Fiksi sejarah adalah sebuah genre karya sastra di mana alurnya ceritanya berlatarbelakang waktu atau kejadian di masa lampau. 

Penulis fiksi sejarah juga kerap membahas, memposisikan karakter fiksi buatannya dalam suatu keadaan sosial, adat istiadat, atau penjelasan lainnya yang terjadi pada periode waktu tersebut.

Walaupun fiksi sejarah adalah karya fiksi, keotentikan dan keakuratan sejarah sangatlah penting. Buku fiksi sejarah yang dianggap 'gagal' adalah buku yang sejarahnya tidak akurat, bahkan hingga ke bagian yang sederhana seperti pakaian.

Kemudian, di mana 'fiksi' dari fiksi sejarah? Hal tersebut terletak dari tokoh yang diceritakan. Dengan tokoh fiksi yang diciptakan oleh penulis, pembaca diajak mengeksplorasi sebuah periode sejarah sekaligus memahami bagaimana orang-orang tersebut hidup pada lingkungan mereka. Walaupun begitu, banyak tokoh fiksi sejarah yang terinspirasi dan dilatarbelakangi oleh figur-figur nyata.

Salah satu buku bergenre fiksi sejarah Indonesia pada masa Orde Baru,
Salah satu buku bergenre fiksi sejarah Indonesia pada masa Orde Baru, "Laut Bercerita" karya Leila S. Chudori | Foto milik pribadi

Mudahnya, kita ambil contoh dari salah satu buku bergenre fiksi sejarah yang sedang ramai beberapa waktu ini. Buku tersebut berjudul "Laut Bercerita" karya Leila. S. Chudori.

Buku ini menceritakan sekelompok mahasiswa yang aktif mengkritisi pemerintah Indonesia pada masa Orde Baru, tepatnya sekitar tahun 1990 hingga 1998. 

Chudori juga menceritakan pameran utama yang bernama Biru Laut ditangkap oleh Pasukan Elang, disiksa dan dipenjara sampai akhirnya dibunuh.

Selain itu, Chudori juga menceritakan tentang keluarga yang ditinggalkan oleh para mahasiswa yang bertahun-tahun tidak ditemukan. 

Bagaimana keluarga mereka terus melakukan demontrasi di depan kantor presiden setiap hari Kamis, menuntut pertanggung jawaban pemerintah.

Terdengar sangat familiar, yah? Karena memang "Laut Bercerita" di-setting pada periode akhir masa Orde Baru yang nyata terjadi di Indonesia. Bagaimana para mahasiswa yang sekaligus menjadi aktivis berdiskusi, menyelenggarakan demonstrasi, hingga kabur dan ditangkap oleh aparat keamanan memang dialami oleh sekelompok masyarakat kita.

Inilah adalah salah satu manfaat dari buku fiksi sejarah. Pembacanya dapat mengetahui, memahami, dan mempelajari kejadian sejarah yang benar-benar terjadi namun pada saat yang bersamaan juga terhibur dengan fiksi karangan penulis. Hal ini tentu sangat bermanfaat, bagaimana mempelajari sejarah sama seperti mempelajari agar tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Aksi Kamisan yang diikuti oleh keluarga korban yang belum pulang dan aktivis HAM | Foto diambil dari Kompas
Aksi Kamisan yang diikuti oleh keluarga korban yang belum pulang dan aktivis HAM | Foto diambil dari Kompas

Sosok Laut Biru yang diceritakan di buku "Laut Bercerita" karya Leila S. Chudori terinspirasi dari Bapak Nezar Patria, seorang wartawan, aktivis, sekaligus penyair yang merupakan salah satu dari 23 korban penculikan aktivis pada masa Orde Baru.

Cerita Laut Biru terasa nyata, karena memang apa yang Laut Biru dialami berdasarkan pengalaman Bapak Nezar Patria dan teman-temannya. Bagaimana mereka mengalami penyiksaan dari hari ke hari karena gugatannya.

Jika Bapak Nezar Patria akhirnya dibebaskan, Laut Biru memiliki akhir yang berbeda guna mewakilkan cerita 13 orang aktivis yang hingga sekarang belum pulang.

Salah satu titik penting dari buku "Laut Bercerita" adalah bagaimana keluarga yang ditinggalkan terus hidup dalam kegelapan dan ketidakpastian. 

Chudori terinspirasi dari keluarga yang ditinggalkan oleh 13 korban penculikan aktivis, yang membentuk Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) hingga sekarang giat melakukan Aksi Kamisan di depan Istana Negara.  

Terus, mengapa kita tidak membaca buku sejarah saja? Perlu diakui, ketika membaca buku sejarah kita terkadang harus menghadapi kebosanan. Banyak tanggal-tanggal penting ataupun tokoh-tokoh yang tidak familiar.

Menurut saya kebosanan itu terjadi karena manusia memang fokus pada hasil akhir, pada ending sebuah buku. "Sudah ketahuan ini endingnya, akhirnya pasti ada demonstrasi di depan kampus kemudian Bapak Presiden mengundurkan diri," ujar saya dulu.

Dari sini lah 'fiksi' itu bermanfaat, ketika tumpahan ide penulis sukses membuat pembacanya tetap nempel dengan sebuah kejadian sejarah seperti cicak di dinding. Walaupun kita sudah mengetahui faktanya, kita terus terdorong untuk mencari arti dan makna dari kehidupan tokoh yang diceritakan. Terbentuk sebuah hubungan emosional antara pembaca dengan sang tokoh fiksi dengan peristiwa yang terjadi di masa lalu.

Lewat fiksi sejarah, kita tahu, merasa ikut mengalami, mengenal motif, emosi, dan perjalanan di dalam realitas historis para tokoh sejarah yang sebenarnya.

Salah satu hal yang kerap saya pikirkan ketika membaca fiksi sejarah adalah: ternyata tokoh-tokoh hebat dalam sejarah tidak jauh berbeda dengan saya, seorang manusia biasa. Sama seperti saya, ternyata Bapak Nezar Patria juga merasakan ketakutan.

Penulis novel biasanya menambahkan berbagai bumbu cerita yang menarik, seperti cerita romantis antara Laut Biru dan kekasihnya atau pengkhianat diantara pertemanan Laut Biru.  

Sekali merengkuh dayung dayung, dua tiga pulau terlampaui. Sekali membaca buku fiksi sejarah, Anda dapat dihibur oleh tulisan fiksi sekaligus mempelajari sejarah.  

"The Underground Railroad" karya Colson Whitehead, fiksi sejarah yang menceritakan seorang budak etnis Afrika-Amerika | Foto milik pribadi

Manfaat selanjutnya yang saya dapatkan dari buku fiksi sejarah adalah mesin waktu. Ratusan halaman buku tersebut menjadi mesin waktu. 

Jutaan buku fiksi sejarah siap membawa Anda berkeliling menjelajahi ruang dan aktu, dari tahun 1998 di Indonesia ataupun 1820 di Amerika Serikat.

Buku berjudul "The Undergound Railroad" karya Colson Whitehead membawa saya melintasi waktu dan ruang, menuju Amerika di tahun 1820 dimana banyak etnis Afrika-Amerika diperjualbelikan atau diculik menjadi budak di ladang kapas dan jagung. Pada periode itu, beberapa negara bagian di Amerika Serikat masih mengizinkan perbudakan.

Buku ini sukses menyerap saya hidup-hidup, ke dalam kehidupan pameran utama bernama Cora yang berusaha melarikan diri menuju kehidupan yang bebas dari perbudakan, melalui Underground Railroad. 

Underground Railroad adalah jaringan rute rahasia kereta api bawah tanah sekaligus rumah penampungan yang membawa etnis Afrika-Amerika melarikan diri ke negara yang melarang perbudakan.

Ia mengalami siksaan ketika menjadi budak, kehidupannya yang terus melarikan diri dari perbudakan dan orang-orang yang ingin membunuhnya hanya karena ia seorang etnis Afrika-Amerika. Lewat buku ini saya merasakan, betapa banyak dari mereka yang mengejar kebebasan walaupun nyawa taruhannya.

Itulah dua manfaat yang menurut saya hanya dapat ditemukan dari buku fiksi sejarah yang menarik. Jika Anda belum pernah membaca buku fiksi sejarah, lain kali berikanlah kesempatan. 

Mungkin Anda juga bisa merasakan hubungan emosional antara pembaca dengan tokoh fiksi, sekaligus mempelajari sejarah. Jalan-jalan melintasi ruang dan waktu lewat setiap lembaran buku. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun