Mohon tunggu...
Jeniffer Gracellia
Jeniffer Gracellia Mohon Tunggu... Lainnya - A lifelong learner

Menulis dari Kota Khatulistiwa

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Menerapkan Metode Tunjuk-Sebut ala Masinis ke Dalam Hidup Kita

20 Mei 2021   20:55 Diperbarui: 21 Mei 2021   12:56 5014
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang masinis MRT Jakarta yang sedang melakukan tunjuk-sebut | Foto diambil dari Twitter/@mrtjakarta

Untuk memastikan ulang, asisten Hori akan menyebut kembali status rambu-rambut tersebut guna memastikan apa yang dilihat oleh Hori itu benar. 

Pada tahun 1913, sistem ini diresmikan sebagai kebijakan resmi perusahaan kereta api Jepang. Namun saat itu dikenal sebagai kanko oto, atau diterjemahkan menjadi sebut-jawab.

Kemudian pada tahun 1925 barulah diperkenalkan shisa kanko, atau tunjuk-sebut, yang menjadi peraturan wajib seluruh perusahaan transportasi di Jepang.

Bukti manfaat dari metode tunjuk-sebut

Kebiasaan Hori yang dijadikan sebagai peraturan wajib di sistem perkeretaapian terbaik di dunia tentu bukanlah tanpa sebab. 

Metode ini sukses mengaktifkan ko-aksi dan ko-reaksi antara otak, mata, tangan, mulut, dan telinga. Dengan ini, tingkat kesadaran dari kebiasaan bawah sadar para masinis akan meningkat.

Pada tahun 1994, penelitian dari Railway Techinical Research Insitute (perusahaan riset dari Jepang yang fokus dalam kereta api dan pengoperasiannya) menemukan bahwa metode tunjuk-sebut telah mengurangi kesalahan para masinis dan pekerja di stasiun kereta api hingga 85%. Sistem ini juga memangkas angka kecelakan sebesar 30%.

Bayangkan saja, hanya karena tindakan sederhana seperti menujuk dan menyebut berapa banyak kesalahan, kecelakaan, hingga kematian yang berhasil dihalangi.

Metode tunjuk-sembut ini juga diaplikasikan di sistem kereta bawah tanah The Metropolitan Transportation Authority (MTA) di New York. Namun ada pengubahan sedikit dimana hanya dilakukan tunjuk saja, tanpa sebut. Dalam 2 tahun, metode ini berhasil mengurangi kesalahan pengoperasian sebesar 57%.

Masinis Indonesia juga harus berteriak

Indonesia juga ikut mengaplikasikan metode dengan menerbitkan Peraturan Perjalanan Kereta Api Dengan Sistem Persinyalan Listrik dan Blok Otomatik di Daerah Jabotabek pada Februari 1993 Pasal 42 dengan nama “Marka Masinis Berteriak”.

Dengan peraturan ini, masinis harus berteriak sesuai dengan sinyal di marka yang ia lihat. Masinis harus berteriak keras-keras kepada dirinya sendiri, kemudian asistennya harus mengulangi teriakan itu. Teriakan tersebut antara lain adalah “Berhenti”, “Awas”, dan “Aman”.

Metode ini juga diterapkan oleh Kereta Api Indonesia (KAI) dan anak perusahannya (KAI Commuter dan KAI Bandara) pada tahun 2015. Metode ini juga diaplikasikan ke operasi kereta api lain seperti MRT Jakarta dan LRT Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun