Pada 24 September 2015, terjadi tubrukan antara 2 KRL di Stasiun Juanda, Jakarta. Dikutip dari Detik (25/5/15), Asisten Manajer Humas PT KCJ Adli Hakim menyatakan bahwa masinis dan asisten masinis seharusnya menerapkan metode tunjuk-sebut untuk menghindari kelalaian.
Namun dari kejadian tersebut, ditemukan bahwa asisten masinis yang sedang memegang kemudi saat itu terganggu penglihatannya oleh papan penghalang matahari, papan rute, dan ram pengaman kaca depan. 42 penumpang harus dilarikan ke rumah sakit karena kejadian ini.
Sudah seharusnya metode yang bermanfaat ini digalakkan di seluruh pengoperasian kereta api di Indonesia guna mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan ataupun kecelakaan seperti tubrukan tersebut.
Menerapkan metode tunjuk-sebut ke dalam kehidupan sehari-hari
Seperti yang penulis tuliskan di awal artikel ini, metode ini juga dapat diterapkan ke dalam kehidupan kita. Dalam keseharian kita, banyak tindakan yang sudah menjadi kebiasaan dan bisa kita lakukan tanpa perlu kesadaran kita.
Ketika akan pergi kerja, kita akan mengambil tas, mematikan lampu, mengambil kunci motor, kemudian mengunci pintu rumah. Saking seringnya kita lakukan, alam bawah sadar kita seakan-akan sudah hafal akan kebiasaan ini.
Namun sebenarnya semakin otomatis perilaku kita, semakin kecil kemungkinan kita melakukannya dengan sadar.
Kita kerap mengandaikan, hari ini kita pasti mengunci pintu rumah seperti kemarin. Padahal bisa saja hari ini kita lalai karena terburu-buru ataupun tidak fokus.
Di sinilah mengapa metode tunjuk-sebut sangat bermanfaat. Sama seperti para masinis, dengan menujuk dan menyebutkan kita dapat meningkatkan tingkat kesadaran kebiasaan kita ke tingkat yang lebih sadar.
Metode ini akan meningkatkan kondisi pikiran dan konsentrasi dengan koordinasi antara otak, mata, telinga, mulut, dan tangan kita.
“Saya sudah mematikan lampu. Saya sudah membawa dompet. Saya sudah mematikan kompor,” kira-kira begitulah jika kita menerapkan metode ini dalam kehidupan sehari-hari kita.