Mohon tunggu...
jefry Daik
jefry Daik Mohon Tunggu... Guru - seorang laki - laki kelahiran tahun 1987

pernah menjadi guru pernah menjadi penjual kue pernah menjadi penjual tahu pernah menjadi penjual Nasi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kucing Hitam di Depan Pintu

26 September 2020   11:47 Diperbarui: 26 September 2020   11:59 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semenjak kami pulang ke rumah dari liburan ke Eropa, perasaan kami merasa terganggu dengan kemunculan seekor kucing hitam. Awalnya ia masuk dari celah pagar, melata ke bubungan atap, lalu masuk ke dapur kami. Sesekali kami biarkan dia.  Mengira ia mencari tikus di kolong lemari. Tapi matanya yang tajam memandang kami seolah enggan di usik.

Lama -- kelamaan dia naik ke meja, membuka tudung saji dengan dua kaki depannya lalu menjatuhkan tutupan lodeh dan ikan di sana. Kami pikir mungkin ia mencium bau ikan. Tapi tidak... keesokan harinya dia menuju ke atas kompor gas, dan membuka sendiri periuk nasi yang tertutup rapat. Dan tutupnya jatuh berkolontangan di lantai. Pukul 02.00 Pagi.

Aku terbangun dengan kepala nyut -- nyutan dan menuruni tangga. pusing dan samar karena hanya ada lampu dinding berwarna kuning yang masih menyala suram.  Lalu menyaksikan kucing itu kaget dengan kehadiranku lantas meloncat dan kabur ke bawah lubang pintu. Nasi tercecer di lantai karena periuk jatuh terbalik.

"Kucing Setan!" Teriakku marah."Besok kalau kau masuk akan ku bunuh kau,"

Meskipun tubuh ini lemas karena masih mengantuk, terpaksa aku membersihkan makanan yang jatuh tadi.

"aku akan tutup semua lubang dirumah ini besok!" batinku sambil menahan murka,"kita lihat kau mau masuk dari mana,"

Tiba -- tiba bunyi erekan daun pintu terbuka disampingku.  Putriku Sasya keluar dari kamar mandi lalu bersuara

"Mah....Buat apa malam -- malam begini?"

"Ah! Kamu, Sasya! Kaget aku!" ucapku sambil mengelus dada

"kamu sendiri kenapa belum tidur?"

"Nggak Bisa mah...insomania mah..."katanya sambil merogoh hp dari saku piyama.

"Sebaiknya kamu masuk kamar dan tidur. Besok kamu ada kelas kan?"

"Cuma online ko mah...Don't Worry. Isikan aku pulsa data ya mah..."

"Makanya jangan terlalu boros. Baru juga minggu lalu di isi. Dady belum transfer. Kita harusnya bisa irit"

"ah....mamah. sebal deh,"

"sana tidur!"

"Mamah nggak asyik!" comel Sasya sambil berlalu dengan membanting -- banting kaki.

Sebenarnya aku mau memasang wifi. Tapi ini terlalu beresiko. Selain mahal, dari mana iuran tiap bulan dapat kubayar . Liburan kemarin saja sudah habis berapa. Belum Swab kemarin. Sewa penginapan untuk karantina sampai ATM limit. Padahal tidak ada tanda kalau kita pergi ke Eropa. Tas, Kek, sepatu, kek. Boro -- boro belanja. Visa keburu kelewat masa tenggang. Lengkaplah sudah kenistaan ini.

"Maaaaahhh!"

Suara Sasya berteriak mengejutkan ku lagi. Ini anak hobynya buat jantung orangtua copot, apa?

"Sasyaaaaaa!!!sudah malam! Ayo Tidur!!"

"Ku...kucing mah...di jendelaaaaaa Mamah.... Sini dong...Hurry!!"

Aku berlari dengan membawa sapu ke kamarnya lalu mendobrak pintu

Sasya merapat ke tembok disamping meja rias sambil menutup matanya dengan telapak tangan. Handphone-nya jatuh ke lantai.

"dimana, Sya?"

"i...itu. Di jendela"

Tirai jendela nampak menari -- nari dan ada bayangan hitam menunggu didepan sana. Dengan langkah perlahan aku mengendap -- endap ke hadapan jendela dan mengintip ke balik kaca.

"HUS!!"

Kucing hitam itu melompat turun ke tanah lalu berhenti sejenak dan menatapku dengan matanya yang memantulkan cahaya. 

"Udah pergi ya,mah? Oh...It so weird."

"Kamu ini. Makanya jendela itu dikunci rapat. Kebiasaan. Kalau tadi pencuri bagaimana?"

"Habis Panas banget mah di sini. Beda sama di tempat Dady"Sasya merajuk ke lenganku

"Mah.. tidur sama aku, ya....Please!"

"Cuci kaki sana, ganti celanamu. Bau pesing tau! Sudah tua kok masih ngompol,"

"I was upset, really Scared tadi, Mah,"

"sudah jangan banyak alasan! Sana ganti baju. Biar mama Ngepel lantainya"

Kucing sialan! Mau menambah pekerjaan rumah tanggaku. Awas kamu,Ya!

Suatu malam pada saat bulan purnama dan kami sedang menonton TV di ruang tamu aku mendengar bunyi --bunyi aneh di pintu depan. Karena penasaran aku mengintip dari jendela. Kucing itu bersandar di pintu sambil menjilati tangannya dan berdiri mematung memandang bulan. Bulu kuduk ku segera berdiri

"HUS!HUS!Ngapain kau disitu? Awas sana!"

Kucing itu memutar lehernya dan dengan mata bulatnya ia menatapku tajam

"Aku tidak masuk ke rumahmu. Aku Cuma duduk disini. Apa ada masalah?"

Wah!! Kurang ajar. Kucingnya bisa bicara. Atau aku yang berhalusinasi?

"Bulan sangat indah...dari sini,"

"kamu? Kamu siapa?! Siapa yang mengirimmu? Apa kamu setan?"

Kucing itu membalikkan tubuhnya lalu melangkah pergi dengan santai.

"Mom...what are you talking about? And sama siapa? Masak sih kalau ada tamu nggak disuruh masuk. Malah bicara dari jendela." 

Tau -- tau Sasya sudah berdiri dibelakangku.

Aku terdiam sejenak. Oke.. Ini tidak mungkin. Ini hanya perasaanku saja. Tidak mungkin kucing itu berbicara.

"Tidak! Tidak ada apa -- apa."

Dengan penasaran aku kembali ke ruang tamu dan menonton TV. Pikiranku malah kemana -- mana, tak ingin berdiam diri.

Aku mengambil air dengan sedikit garam, kucampur ke dalam air tersebut lalu ku siram ditempat kucing itu duduk.

"Biar mampus kamu, sama yang suruh kamu!"

Dua hari kemudian Sasya mulai merengek. Ingin jalan -- jalan, bosan dirumah terus

"Kamu tidak tahu kalau kita lagi karantina?"

"tapi kemarin di hotel 'kan udah! Masak kita karantina lagi dirumah,sih! Aku bosen mah..."

"memangnya kamu mau jalan -- jalan kemana? Semua toko ditutup. Mall dan bioskop sepi. Ini lagi PSBB, kan sayang. Susahnya dimana untuk tetap dirumah?

"memang siapa yang mau ke toko dan bioskop?" ucap Sasya cemberut,"ke mana aja yang penting jangan disini mulu. Bosen tau. Ketemunya mamah terus. Nggak ada barang baru gitu,"

"Anak durhaka! Mama dibilang barang lama? TIdak! Kamu tetap dirumah!"

"Ugh, Sebel deh! Mama nggak asyik. Coba Dady ada disini. Pasti kita udah di Dufan"

"memangnya usia kamu berapa pengen main perosotan dan bianglala?"

"Ah mamah... parah banget deh... ayolah mah...,Please!"

"sekali tidak ya tetap tidak!"

Kata -- kataku cukup tegas. Situasi diluar sana nampaknya benar -- benar berbahaya. Bagaimana kalau mereka pulang dan membawa virus?

"kalau hasil sudah keluar dan kita negative baru kita bisa kemana -- mana,"

"dan kalau kita positif tapi kita nggak kemana -- mana....kan rugi mah..."

"dasar! Otakmu itu. Otak psikopat!"

Burung -- burung berkicau diluar sana. Aku dan Sasya masuk kembali ke dalam rumah. Walau bibir sasya sepanjang jembatan Ampera.

Aku benar - benar mengabaikannya yang merajuk tak henti lantas Karena haus aku membuka kulkas

Isinya kosong.

Sayur, buah, roti, mentega, wortel, jahe bahkan jeruk nipis sudah tidak ada.

"jadi kita makan apa hari ini?"gumamku tak percaya dengan isi kulkasku hari ini.

Aku menuju ke kamar dan mencari handsanitizer, masker serta sarung tangan

Saat aku menuruni tangga Sasya sudah berpakaian lengkap sambil tersenyum lebar selebar topi yang dikenakannya.

"Mau kemana kamu?"

"Mama mau keluar kan?"

"siapa yang bilang?"

"hehehehehe,mama nggak bisa bohong. Itu. Ada masker ada sarung tangan... ikut ya...,"

"Belum di ajak saja kamu sudah lengkap begitu. Percuma kan kalau mama mengajak."

"Oke...Jadi kita akan cuci mata,"sahut Sasya gembira.

"Kita mau ke pasar."

"Bahaya loh mah ke pasar tradisional, mendingan ke Supermarket. Disana juga jualan segala macam kebutuhan yang paling murah sampai yang paling mahal. Mulai dari pasta gigi sampai gigi palsu. dari cabe, wortel sampe sayur kol....,"

Tanpa Henti Sasya sudah berceloteh ria

"Ia , ia Jeng.  Mau berangkat atau mau kampanye isi pasar disini?"

"Asyiikkkkk!!"

Dengan tingkah lucunya dia bersenandung sambil memasang face field yang berwarna pink.

Aku memanaskan mesin mobil sambil mengecek rem, lampu sen, bahkan kacanya. Oke... semuanya aman.

"Hello World Lets Get the happier!!"

Aku menyentuh pedal gas dengan kaki dan DUG!

Rasanya mobilku menginjak sesuatu.

Ah... Mungkin Botol atau kayu di kolong mobil.

***

Sasya masuk belakangan ke dalam mobil. Menenteng plastik berisi cemilannya. Seluruh belanjaan sudah ditaruh dibagasi.

"Mah...ada darah mah di bumper mobil kita, mah...ewegh... amis banget," katanya heboh

"mungkin air ikan dari pasar tadi,"

"But...kita kan tadi ke Supermarket mah...bukan ke pasar"

"sudah kamu jangan berpikir yang aneh -- aneh. Pakai sabuk pengaman kamu, kita akan keluar"

Aku mengemudikan mobil melewati perempatan lalu Sasya mulai bersuara

"Mah... sebaiknya kita singgah untuk cuci mobil deh mah...sekalian kita ganti oli. Sudah 3 bulan kita nggak pernah treat ini mobil mah. After the Journey, remember?"

"Lampu merahnya sudah selesai. Biarkan mama konsentrasi menyetir dulu, Sya!"

"Mah... awas ada kucing didepan! Itu di depan jalan! Warnanya hitam"

Terlambat!

Aku sudah menginjak pedal gas ku dan tak sempat mengerem. 

Dug! Sesuatu rasanya tertabrak dan terguling ke sisi jalanan

"I Hate Kitten! " Teriakku frustasi

Sasya menatapku dan bergidik takut.

"Mah... are you okay?"

TIba -- tiba badanku berbulu semua dan mukaku mengeriput. Tubuhku mengecil dan cakar keluar dari ujung jariku.

"Maah!!!!" Sasya berteriak panic," Mamah.. Mamah... mamah kenapa?"

Kaki ku memendek, mobil tiba -- tiba berhenti.

Untunglah sudah berada di depan rumah

Sasya melompat keluar dari mobil dan berlari dengan ketakutan.

"Sya....sya....ini aku,"

"Hus! Hus! Sana!" Jerit Sasya sambil melemparkan sepatunya kepadaku yang berjalan dibelakangnya

"Mamah!!!!" Panggil Sasya ketakutan setengah mati

"ada apa?"

Aku melihat seorang wanita lain keluar dari rumah kami bersama suamiku

"Daddy....Aku takut. Kucing itu ada di dalam mobil!"

Aku berusaha mendekat, tapi suamiku mengambil senapan lalu mengarahkannya kepada tubuhku. Aku diam tak bergerak.

Jatuh tanpa darah sama sekali.

Apakah ini Cuma mimpi?

Tidak ada rasa sakit ketika aku terbangun. Malah tubuhku terasa ringan. Indraku begitu tajam. Penglihatanku, penciumanku bahkan napasku terasa begitu kentara.

Aku membuka mataku dan menatap rembulan. Di depan pintu aku berdiri dan mengawasi.

"apakah putriku baik -- baik saja?"

Aku melompat ke atas tembok dan meniti sepanjang pagarnya lalu berhenti di depan jendela kamar Sasya.

Sasya sedang buat apa? Aku mendekat, lalu sasya menjerit.

"Mamah....!!"

Aku diam tak bergeming. Sampai seorang wanita memandangku dan mengusirku

"Hus!Hus!"

Sakit hati aku meloncat turun dari pagar. Ku tinggalkan mereka berdua di dalam kamar. Entah Sasya sedang bersama siapa, aku tidak tahu. Aku menangis... mengeong dan gemetaran di udara yang dingin. Sampai melihat mobil dengan napas yang hangat berdiam di depan rumah. Aku menggulung tubuhku dibawa mesinnya yang berbau bensin. Berharap pagi cepat datang dan Sasya muncul dengan kepolosannya.

 Selesai

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun