Penguasa  Dalam Islam adalah pelayan
Para pejabat di masa Khilafah, meski syariat Islam tidak melarang umatnya untuk menjadi kaya, namun mereka adalah orang-orang yang ketakwaannya tinggi sehingga mereka malu untuk memanfaatkan jabatan demi menikmati fasilitas negara. Mereka lebih memilih hidup sederhana karena mereka sadar amanah menjabat sangat besar dan berat pertanggungjawabannya di sisi Allah.
Pada masa pemerintahan Umar bin Khaththab, Salman Al Farisi diangkat menjadi amir di negeri Madain. Salman berbaur di tengah masyarakat tanpa menampilkan diri sebagai seorang amir.
Sehingga banyak yang tidak tahu bahwa yang sedang keluar masuk pasar, yang duduk-duduk di kedai, bercengkrama dengan para kuli itu adalah sang gubernur. Seorang pedagang dari Syam meminta seorang pria yang dikiranya kuli bangunan untuk membawa barangnya ke kedai di seberang jalan. Dia terkejut ketika mengetahui bahwa orang tersebut adalah Salman Al Farisi seorang gubernur.
Begitulah seharusnya sikap seorang pemimpin menurut ajaran Islam. Tidak bersombong diri dengan kedudukannya, namun ia dituntut merendah di depan rakyatnya. Karena sejatinya, menjadi pemimpin adalah pelayan. Ya seperti, Salman Al Farisi, Gubernur Zuhud yang menjadi kuli di Pasar.
Pemimpin yang hanya fokus pada urusan rakyatnya tidak akan lahir dari sistem kapitalisme ini, sebab asasnya adalah sekuler, memisahkan agama dari kehidupan. Maka, sudah bisa dipastikan, hawa nafsu yang berbicara sedang perintah Tuhannya dibuang.
Â
Rasulullah saw mengingatkan, "Tidaklah seorang hamba diserahi oleh Allah urusan rakyat, kemudian dia mati, sedangkan dia menelantarkan urusan tersebut, kecuali Allah mengharamkan surga untuk dirinya". (HR Muslim). Wallahualam bissawab.