Mohon tunggu...
Rut Sri Wahyuningsih
Rut Sri Wahyuningsih Mohon Tunggu... Penulis - Editor. Redpel Lensamedianews. Admin Fanpage Muslimahtimes

Belajar sepanjang hayat. Kesempurnaan hanya milik Allah swt

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Negeri Krisis Akidah

10 Januari 2022   21:13 Diperbarui: 10 Januari 2022   21:18 984
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: desain pribadi

Viral video yang menunjukkan seorang pria bertopi hitam menendang seonggok sesajen di tepi sungai aliran lahar Semeru, Desa Supit Utang Pronojiwo, Lumajang, Jawa Timur. Sembari menendang dan membuang sesajen yang terletak tepat di sebelah sebuah stupa itu ia mengatakan sesajen inilah yang mengundang murka Tuhan.

Bupati Lumajang segera memerintahkan aparatnya untuk mencari siapa pria tersebut. Pertanyaannya apakah yang dilakukan pria itu salah? Sudah seharusnya ia amar makruf nahi mungkar, sebagai Muslim jelas menjadi kewajibannya dimana pun berada. Mungkin caranya saja yang kurang ahsan atau familiar di lingkungan masyarakat kita. 

Beberapa waktu lalu setiap Ramadan kita juga diingatkan ada satu kelompok yang rajin sweaping warung-warung yang tetap buka. Himbauan hormatilah mereka yang puasa sepertinya tak terlalu digubris di negeri ini, maka muncullah gerakan itu, bagian dari amar makruf nahi mungkar juga, sekali lagi masyarakat kita tak terbiasa dengan ketegasan itu sehingga sedikit gusar. 

Padahal di sisi lain, kelompok itu setiap kali terjadi bencana alam selalu berada di garda terdepan. Namun bak debu terhapus hujan meskipun hanya sekali dan sebentar. Yang tampak adalah keburukannya. Bisa jadi, apa yang dilakukan pria penendang sesajen itu akan berujung pada buruknya Islam. Mereka yang munafik atau sekadar ikut-ikutan tanpa paham konteks aslinya akan menggiring opini yang makin memojokkan Islam. 

Kitalah yang semestinya harus muhasabah. Mengapa kita yang mengaku Muslim tak bergerak untuk memusnahkan berbagai kesyirikan itu? Bukankah keimanan seharusnya bergandeng erat dengan amal shalih? Rasulullah mengajarkan kepada kita agar selalu mengubah kemungkaran atau kebatilan yang kita temui dengan apa yang kita mampu. 

'Jika di antara kamu melihat kemungkaran maka ubahlah dengan tanganmu, dan jika kamu tidak cukup kuat untuk melakukannya, maka gunakanlah lisan, namun jika kamu masih tidak cukup kuat, maka ingkarilah dengan hatimu karena itu adalah selemah-lemahnya iman." (HR Muslim).

Negeri ini memang sedang krisis akidah. Marah dan sukanya pada sesuatu beragam, padahal semestinya satu. Semisal tentang pemikiran, pemahaman atau ide yang menyesatkan dan mengguncang akidah, yang berbau klenik, seperti penyuka arwah yang dimasukkan ke dalam boneka, ramalan masa depan, hingga sesajen seperti video yang sedang viral tersebut. 

Faktanya memang masih membudaya di berbagai wilayah negeri ini dengan apa yang mereka sebut kearifan budaya lokal. Padahal jelas-jelas mereka mempraktikkan mengundang setan sekaligus bersekutu dalam bentuk tari-tarian, solusi berupa ramalan, Larung sesajen, memandikan gaman (senjata), penamaan benda dengan kyai atau nyai seolah mereka punya kekuatan dan lain sebagainya. 

Semakin klenik semakin dikapitalisasi, dengan menjadikannya sebagai salah satu daya tarik wisata. Ada kampung sintren, kota santet, kampung debus, kota paranormal dan lain sebagainya. Tak peduli lagi maknanya apa. Bahkan makanan supaya viral dilabeli rawon setan, mie setan dan lain sebagainya. 

Meski penamaan tempat dan makanan hanya untuk sensasi menarik pelanggan, namun menunjukkan kecenderungan orang kini dengan yang berbau setan, klenik dan bukannya yang baik, sehingga juga menciptakan suasana kebaikan. Memang memrihatinkan, bagian dari kemunduran kaum Muslimin yang sangat, sebab gambaran Islam yang penuh kebaikan dan kemuliaan telah hilang ratusan tahun yang lalu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun