Kabupaten Gresik selama ini dikenal dengan aroma semen dan deru truk yang saban hari membuat jalanan mengeluh. Tapi siapa sangka, di balik wajah industri itu, ada permata yang ironisnya justru understated: Pulau Bawean. Sebuah pulau yang lebih pantas masuk bucket list wisatawan dunia, tapi entah kenapa masih terselip di catatan kaki brosur pariwisata nasional.
Bawean sering disebut sebagai “Surga Tersembunyi di Laut Jawa.” Bukan sekadar gimmick marketing yang biasa dipakai biro travel, melainkan label yang lahir dari realita. Pulau ini seperti gadis desa cantik yang belum sadar dirinya memesona.
Pasir pantainya putih bersih, seputih halaman CV influencer yang suka pamer liburan di Maldives. Danau alaminya jernih, nyaris setransparan janji pejabat saat kampanye. Bedanya, keindahan Bawean nyata, bukan fatamorgana politik. Lupakan kalimat terakhir, ya!
Air terjunnya jatuh dengan ritme yang tidak butuh koreografi K-pop, sementara bawah lautnya menyajikan karang-karang yang masih perawan. Bagi pencinta snorkeling, ini ibarat menjemput surga tanpa harus antre dengan seribu turis mancanegara yang sibuk selfie di spot yang sama.
Pulau ini pun punya julukan unik, yaitu Pulau Putri. Sebagian besar penduduknya adalah perempuan. Ada romantika tersendiri di sana, seakan pulau ini memang ditakdirkan untuk jadi cerita rakyat baru tentang keanggunan dan keteguhan.
Tambahkan rusa Bawean, satwa endemik nan gagah, yang jadi ikon kebanggaan. Sungguh, ini lebih layak jadi maskot nasional daripada karakter kartun instan yang diciptakan demi event dadakan.
Belum puas? Silakan nikmati snorkeling di air sebening kristal. Terumbu karangnya masih sehat, belum disentuh tangan-tangan jahil yang sibuk menginjak hanya demi konten.
Lalu tutup petualangan dengan ikan bakar segar hasil tangkapan nelayan lokal. Rasanya? Lebih jujur daripada sushi all you can eat di mall yang penuh MSG.
Pantai-pantainya pun ramah keluarga. Luas, bersih, dan teduh berkat deretan pohon kelapa yang seakan tahu kapan harus melambai. Tidak ada hiruk-pikuk klub malam ala Bali, tidak ada keriuhan pesta pantai, yang ada hanyalah ketenangan, sepi yang mahal, dan ruang untuk benar-benar bernapas.
Meski Bawean disebut terluar, jangan bayangkan serba terbatas. Fasilitas wisata mulai tertata; akomodasi tersedia, transportasi lokal ada, dan bahkan geliat masyarakat setempat sudah mengarah pada kesadaran pariwisata.