"Nurul Wana sahabatku, mungkin puisi tak bisa membuatmu jatuh cinta kepadaku, dan bunga ini pun tidak akan bisa membuatmu dalam sekejap mata menerimaku.Tapi apa yang kita lalui selama enam tahun membuatku nyaman tanpa alasan, dan tiba tiba aku takut kehilangan. Telah ku urungkan niatku untuk berangkat kuliah di ambon, demi menjagamu agar tetap bahagia di sini. Hari ini akan menjadi bukti bahwa kita saling mencintai, maka aku meminta kepadamu terimalah permintaanku untuk menjadi kekasihmu." kata irfan
Siang tak lagi memberi teriknya padaku, begitupun mendung tidak bisa melampiaskan rintik hujannya kepadaku. Karena hari itu ada sosok pelindung yang sudah ku anggap sebagai kakaku sendiri. Jaket hitam lusuhnya telah melindungiku dari panasnya terik matahari dan rintik hujan yang seakan membawa kenangan.Â
Muhammad irfan namanya, orang biasanya memanggilnya dengan sebutan king. Bukan karena dia seorang raja, namun karena dia kurus atau bahasa kerennya ceking. Dan aku sendiri adalah Nurul wana orang biasa memanggilku dengan sebutan ana. Kami siswa kelas 12 di SMA 1 TONGKUNO. Dan sedikit lagi kami akan lulus dari SMA itu, yang aku takuti hanyalah perpisahan, aku takut kehilangan sosok pelindungku itu.
Irfan adalah sahabat sekaligus kakak bagi ku karena di saat aku ada masalah atau pun di saat sedang bahagia, dia pasti ada di sampingku. Sayangnya dia sudah memiliki pacar, sementara aku belum. Sebenarnya apa yang Irfan telah beri kepadaku membuatku nyaman dengannya, membuatku cemburu jika dia dekat dengan orang lain. Sampai suatu ketika di acara ulang tahunku dia membuat aku cemburu sampai lupa akan persahabatan kami,
"Selamat ulang tahun ana, semoga panjang umur kamu, dan cepat di panggil." Kata irfan
"Di panggil siapa king?. Gila kamu yah?."
"Haha. Di panggil jalan sama pacarnya lah, eh btw ini kenalin pacar baru aku windi."
"Hai Wana, aku Windi."
Dengan wajah cemberut aku pun menjawab
"Hai, windi."
"Jiah, kok mukanya kaya gitu sih senyum dong." Kata irfan, memaksa