2. Utang dan Defisit
Pasca pandemi, utang pemerintah melonjak. Pembayaran bunga makin besar, sehingga ruang fiskal untuk subsidi rakyat semakin sempit.
3. Ketimpangan Sosial
Data BPS menunjukkan 1% orang terkaya menguasai hampir separuh kekayaan nasional. Kelas menengah hidup "gaji ke gaji", tanpa tabungan memadai. Krisis global bisa membuat jutaan orang turun kelas dalam sekejap.
4. Polarisasi Politik
Seperti AS, Indonesia juga rawan politik populis yang memanfaatkan krisis. Polarisasi agama dan identitas bisa menjadi pemicu chaos sosial.
5. Ekologi dan Iklim
Krisis iklim memperparah kerentanan. Banjir, kebakaran hutan, dan gagal panen dapat memicu konflik agraria dan migrasi paksa.
Interregnum Indonesia: Tatanan Lama Belum Usai, yang Baru Belum Jelas
Indonesia saat ini juga sedang mengalami fase "interregnum". Demokrasi elektoral berjalan, tetapi oligarki ekonomi makin kuat. Pertumbuhan ekonomi tinggi, tapi ketimpangan makin tajam. Elite politik masih wajah lama, sementara generasi muda menuntut perubahan.
Kondisi ini rawan chaos bukan karena rakyat "suka ribut", tetapi karena ada kekosongan hegemoni. Jika negara tidak mampu memberi arah jelas, ruang kosong itu akan diisi oleh populisme, politik identitas, bahkan kekerasan sosial.