Pendidikan yang Relevan dan Terkoneksi dengan Dunia Kerja
Salah satu penyebab utama mengapa SDM Papua tertinggal adalah karena pendidikan belum terkoneksi dengan dunia kerja. Banyak lulusan sekolah atau universitas yang hanya menguasai teori, tetapi tidak dibekali keterampilan praktis yang dibutuhkan industri.
Menurut saya, ini harus segera diubah. Ada empat langkah realistis yang bisa dilakukan:
- Pendidikan vokasi yang relevan. Kurikulum sekolah dan perguruan tinggi di Papua harus disesuaikan dengan kebutuhan nyata: pertambangan, energi, kesehatan, teknologi, pertanian modern, dan pariwisata.
- Pelatihan kerja terstruktur. Pemerintah harus menyiapkan program pelatihan singkat yang fokus pada skill spesifik. Misalnya: operator alat berat, teknisi listrik, tenaga medis, atau manajemen proyek.
- Program afirmasi penempatan kerja. Perusahaan yang beroperasi di Papua, terutama tambang dan BUMN, wajib mempekerjakan anak-anak Papua. Bukan sekadar formalitas, tetapi prioritas nyata.
- Link-and-match pendidikan--industri. Dunia pendidikan harus terhubung dengan dunia kerja. Mahasiswa Papua harus punya jalur jelas: setelah lulus, langsung bekerja sesuai bidangnya.
Dengan cara ini, lulusan Papua tidak lagi menjadi penonton, tetapi pemain utama dalam pembangunan.
"Anak Papua tidak kekurangan semangat untuk belajar, tetapi mereka sering kekurangan akses untuk membuktikan kemampuan."
NKRI Harus Hadir dengan Keadilan
Dalam wawancara saya di majalah Gerakan beberapa tahun lalu, saya pernah mengatakan:
"Konsep NKRI yang benar adalah mensyaratkan dan memberi keadilan kepada setiap warga negara."
Kalimat ini saya ulang kembali karena relevansinya masih sangat kuat hingga hari ini. NKRI tidak boleh hanya dipahami sebagai kesatuan wilayah, tetapi juga sebagai kesatuan kesempatan dan keadilan.
Selama orang Papua masih merasa menjadi penonton, maka rasa keindonesiaan itu tidak akan tumbuh sempurna. NKRI harus membuktikan diri dengan keadilan ekonomi.
"NKRI sejati bukan hanya soal wilayah, tetapi soal menghadirkan keadilan di setiap jengkal tanahnya."