Mohon tunggu...
aris moza
aris moza Mohon Tunggu... Guru - menekuni dunia pendidikan sebab aku percaya dari sanalah mulanya segala keberhasilan itu bermula

seorang yang lantang lantung mencari arti dan makna dalam setiap langkah kecilnya. lalu bermimpi menjadi orang yang dikenal melalui karya-karyanya, bukan rupa, bukan harta, bukan panggkat atau jabatan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Memaknai Politik

7 Mei 2018   17:21 Diperbarui: 7 Mei 2018   18:18 522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Apasih yang tidak boleh dalam politik?

Sepengetahuan penulis yang tidak boleh dalam politik ya kebolehan itu sendiri. Jadi semua dalam politik mempunyai unsur kebolehan dan kenenaran.

Meskipun bila hal itu di teropong dalam pandangan Agama menjadi salah, maka tidak ada yang di sebut partai setan atau partai Allah.

Karena semua partai mempunyai kebenaran masing-masing, dan semua partai tidak ada salahnya, hal itu dilihat dari masing-masing partai tersebut.

Belajar dari pesta demokrasi DKI jakarta, yang menjalar sesentro Negeri. Berpolitik dan berdemokrasi mungkin tidak ada etikanya, sehingga menciptakan atsmofer yang panas dari kedua kubu. kalo dalam agama penyebaran berita bohong dan caci memaki itu dilarang, tetapi dalam konteks politik semua di mungkinkan untuk jadi benar.

Sebab itulah politik bisa di maknai sebagai siasat untuk meraih sesuatu. Namanya saja sudah siasat, maka segalanya dimungkinkan, klimaksnya ketika tujuan tercapai. Dalam konteks pemilu misalkan, karena yang di butuhkan adalah masa yang banyak untuk dukungan suara calon tertentu, maka digunakanlah siasat bagaimana mempengaruhi masa.

Banyak metode yang digunakan untuk mendapatkan masa. Semuanya dalam konteks politik menjadi benar, menggunakan uang, propaganda, hoax, sara, memelintir berita, doktrin. kesemuanya adalah cara kotor yang dalam praktek berpolitik menjadi hal jamak kita jumpai.

Dalam politik tidak ada yang disebut kawan sejati. Kawan hari ini lawan di kemudian hari atau bisa saja sebaliknya. Janganlah mendendam, karena bisa jadi besok ia menjadi kawan.

Intinya, sangat di sayangkan bila hanya karena beda pilihan, membuat kita menjadi seolah berbeda. aku dan kamu beda. itu adalah ujung keburukan yang ada dalam dunia demokrasi.

sewajarnya saja, bukankah kita diajarkan untuk menjadi yang di tengah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun