Mohon tunggu...
Jeffry Papare
Jeffry Papare Mohon Tunggu... Buruh - The Commen

Vox Populi Vox Dei

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tinjauan Refleksi Paradigma Papuaku, Papuamu, Papua kita

22 Juli 2020   23:16 Diperbarui: 22 Juli 2020   23:38 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Faktor penghambat ini adalah antara lain, sikap saling curiga, sikap saling tuduh-menuduh, sikap saling menyalahkan, dan segala sesuatu yang dijalankan dengan tidak berdasarkan kepada adanya sikap dan rasa saling percaya antara satu dengan yang lainnya. Bisakah hal-hal esensial yang menjadi keprihatinan , melalui proses yang sangat sukar, akhirnya diterima sebagai "Papua Kita", dengan penerimaan suka rela yang tidak bersifat pemaksaan pandangan.

Ketergantungan Terhadap Substansi Konstitusi

Kecenderungan yang terjadi di kalangan masyarakat Indonesia secara umum, dan khususnya Papua adalah terlalu menggantungkan segala usaha dan proses untuk menuju kesejahteraan masyarakat secara bersama-sama adalah melalui substansi konstitusi yang dibuat oleh pemerintah dalam suatu negara sebagai institusi tertinggi yang memiliki kekuatan sebagai pemaksa untuk menjalankan substansi konstitusi tersebut. 

Keterbatasan sumber daya alam, telah menjadi pemicu bagi Ibnul Choldun, Jhon Lock dan Thomas Hobbes untuk merumuskan sebuah konsep yang dapat menjaga tatanan dan keharmonisan masyarakat agar tidak saling berkonflik dalam memenuhi kebutuhan hidup dari sumber daya alam yang memang terbatas tersebut. 

Pada awalnya peran ini di atur dalam kelompok-kelompok kecil masyarakat, dan pada akhirnya peran itu diserahkan kepada institusi atau kelompok yang lebih tinggi, yang diberikan kewenangan untuk memaksa, mengatur, dan di percayakan untuk mendistribusikan kekuasaanya secara adil dan merata kepada setiap individu ataupun kelompok masyarakat, institusi inilah yang kita kenal dengan nama negara.

Papua adalah salah satu wilayah yang paling konsumtif dan sangat bergantungan terhadap segala aturan-aturan dalam bentuk UU, PP, KEPPRES, KEPMEN, PERDA, yang dibuat oleh negara. Sehingga akhirnya masyarakat Papua sendiri lupa bahwa kesehjateraan itu dapat dicapai tidak harus melalui aturan-aturan tersebut. 

Sikap bergantung dan konsumtif terhadap aturan-aturan ini, secara tidak sadar telah membunuh secara perlahan-perlahan kesempatan masyarakat Papua untuk berkreatifitas dan berkarya bagi orang Papua sendiri. Masyarakat Papua, khususnya elite politik merasa bahwa, aturan-aturan itu merupakan hal terpenting untuk menuju kepada kesejahteraan. 

Walaupun sebenarnya, elite politik Papua ini hanya mencari keuntungan dari setiap aturan-aturan yang diperjuangkan tersebut. Elite terkadang hanya memikirkan bagaimana caranya agar mereka dapat memperoleh kekuasaan, seperti yang dikatakan oleh Machiavelli bahwa kekuasaan itu identik dengan 3 hal, yaitu merebut, memperluas dan mempertahankan, yang pada akhirnya masyarakat sering kali diabaikan oleh elite-elitenya sendiri.

Merubah Paradigma Berpikir

Papua Kita adalah sebuah refleksi, tentang perbedaan suku, agama, adat, budaya yang ada di Papua utuk bagaimana bisa saling menerima perbedaan itu menjadi sesuatu yang khas dan indah dalam membangun diri masyarakat Papua. Kedewasaan berpikir untuk mencapai Papua Kita yang sejahtera bukanlah bagaimana caranya memaksakan perbedaan-perbedaan tersebut kepada orang lain, sebagai usaha untuk mempertahankan diri. 

Tetapi kedewasaan berpikir untuk menuju Papua Kita yang sejahtera adalah bagaimana caranya agar perbedaan-perbedaan itu bisa saling berkorelasi antara perbedaan yan satu yang satu dengan perbedaan yang lain tanpa adanya paksaan kepada yang lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun