Mohon tunggu...
Jean Rachman
Jean Rachman Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Life,is full surprises, unpredictable, sometimes can be like puzzle

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Mengenangmu...Ayah

12 Februari 2011   02:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:41 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Saya benci Ayah...saya benci...kenapa dia selalu marah dan curiga terus sama aku Ibu..." ucapan ini sering saya katakan dulu saat masih remaja sambil menangis, dan ini seringkali terjadi . "Sabar nak...bagaimanapun juga Ia adalah ayahmu, dia begitu karena sangat menyayangimu.." ini perkataan Ibu sambil memeluk saya kala saya menangis sesaat setelah ayah memarahi saya...dan apa jawaban saya...: "Coba Ibu pilih jodoh yang pas...yang sabar enggak pemarah seperti Ayah...pasti aku tak pernah dapat marah darinya, aku ingin punya Ayah lain ....!!!" jawaban Ibu sambil tersenyum dan mengusap air mata saya yang mengalir..."pasti juga yang lahir bukan kamu nak...Ibu pasti punya anak yang lainnya...yang tidak setangguh, sebaik dan secantik anak Ibu sekarang...". Dan sayapun tersenyum, tangis sayapun reda....belaian Ibu dan kelembutan kasih sayang Ibu sangat bertolak belakang dengan karakter Ayah yang sangat keras, pemarah dan sangat otoriter.

Alm Ayah seorang anggota TNI dan beliau mempunyai jabatan yang erat hubungannya dengan dunia kriminalitas, ayah sangat terkenal dan terpandang di kota kami, tetapi kami putrinya sangat sedikit mengetahui dunia kerja Ayah kami...karena memang Ayah tak pernah bercerita dan sedikit merahasiakannya pada kami, bahkan saya ingat Ibu kami juga tak boleh ikut terjun dalam dharma wanita di kantor ayah...beliau tidak ingin kami keluarganya mengetahui dan bergaul dengan teman-teman di lingkungan kerja Ayah. Alm Ayah saya seorang yang sangat dan terlalu mengekang kebebasan saya, beliau selalu curiga dan tak pernah memberikan kepercayaan penuh pada saya putrinya, dari mulai saya kecil sampai saat saya telah bersuami...kehidupan saya selalu dalam pengawasannya...dan seperti yang sudah-sudah penjelasan Ibu selalu sama..: Karena Ayah sangat mencintai saya....saya selalu berontak dan tak pernah menerima cara beliau...Ibu sangat mencintai saya juga, tapi tak pernah marah, mengekang kebebasan pilihan saya dan selalu mempercayai saya. Saya bukan seorang putri yang tak penurut juga, apalagi yang sampai nakal...nilai prestasi saya disekolah juga selalu sesuai dengan keinginan Ayah...dan saya juga sering mengharumkan nama Ayah, karena prestasi saya.

Ada satu kejadian yang paling saya ingat dalam memori saya sampai saat ini...biasanya walaupun marah dan sangat emosi, alm ayah tak pernah sampai memukul saya, tapi sore itu ayah sempat mendaratkan tangannya di pipi saya...hanya karena informasi yang salah. Saat itu saya sudah menjadi wanita...saya sudah bekerja , saya tahu tanggung jawab dari pekerjaan saya pastinya dan usia saya sudah dewasa, Ayah sangat marah dan menuduh saya tak disiplin dalam bekerja, seorang teman dikantor menelepon kerumah,mencari saya...katanya seharian ini saya tak masuk kerja, apa saya sakit...ayah sangat marah sekali ketika malam itu saya pulang dari kantor...tanpa sempat saya menjelaskan beliau sudah mendaratkan tangannya kepipi saya...dan saya saat itu ingat, sangat marah sekali dan langsung masuk kamar dan tak mau menjelaskan pemasalahannya...sampai Ayah tahu sendiri, bahwa saya seharian ada tugas luar kantor...saya tak mau protes tentang tamparan itu...saya hanya ingin Ayah berubah sikap...mempercayai dan jangan terlalu melindungi kehidupan saya, karena saya sudah dewasa, ini yang saya sampaikan kepada Ayah melalui Ibu. Selama saya bekerja hampir setiap hari Ayah selalu mengantarkan saya pergi ketempat kerja....alasan yang ayah utarakan adalah mengisi waktu luang Ayah, karena saat itu beliau sudah Purnawirawan dari tugasnya...entalah saya menyebutnya apa ini...mungkin pepatah bagai burung dalam sangkar mas...itulah yang saya alami.

Ada lagi yang selalu saya ingat dari sosok Ayah...Kesederhanaan. "Hidup didunia sementara nak...jangan foya-foya, jangan gengsi, jangan suka sombong, rendah hatilah selalu pada sesamanya...jangan pernah meninggalkan sholatmu...karena hidupmu tak akan berguna dan tak akan punya arah, jika kau tinggalkan sholatmu..."Nasehat dan obrolan ini hampir tiap hari selalu dia katakan kala kami makan...persis porsinya sama dengan waktu makan kami.... Saya ingat dulu sewaktu usia 17 th, banyak teman-teman yang merayakan hari jadinya yang sweet seventeenthnya...dan Ayah sampai marah besar melihat dandanan saya yang menurutnya terlalu berlebihan...padahal saya waktu itu hanya sedikit mengoleskan pemulas bibir milik Ibu...saya ingin terlihat cantik dan menarik di pesta ulang tahun teman saya...tapi Ayah menilainya lain..."hapus...hapus...!!! bedak dan dandanan di wajahmu jika kamu ingin pergi...!!!

Sesaat saya setelah menemukan jodoh saya, betapa bahagia dan girangnya saya, karena saya tentunya bisa bebas dari 'doktrin' hidup Ayah. Apalagi suami dan saya harus tinggal di luar Pulau Jawa, saya bisa mandiri dalam berpikir dan menentukan pilihan hidup saya...benar-benar saya merasakan "kekebasan" saat itu. Dan yang saya ingat Ayahpun selalu rajin menelepon saya, mungkin sekitar 3-4 kali dalam seminggu menanyakan bagaimana keadaan saya dan keluarga..benar-benar Ayah sangat dan terlalu perhatian pada hidup saya.

Pagi itu 5 tahun yang lalu, bertepatan dengan hari Ulang tahun saya yang ke 33 tahun...setelah sholat Shubuh, saya mendapat ucapan selamat ulang tahun dari beliau melalui telp...Ayah orang yang pertama memberikan ucapannya..."Jadilah istri yang baik selalu ya nak...jaga dirimu, walaupun jauh dari pengawasan Ayah...kau harus jadi wanita yang baik dan jaga nama keluarga ..."itu pesan yang Ayah sampaikan saat ditelepon...entah kenapa saya saat itu menangis....ingin rasanya memeluk Ayah...Ayah sangat galak kepadaku...tapi saat itu yang saya rasakan ada perasaan lain. Dan di pagi itu juga sekitar jam 8 pagian saya dapat telepon dari rumah lagi...saya pikir, pasti Ayah...lagi..Ayah lagi...dan ternyata bukan...Kakak saya memberikan kabar.... "Ayah telah meninggalkan kita untuk selamanya"...tepat di hari ulang tahun saya... Ayah ternyata kau benar...kau sangat menyanyangiku.... Semalam aku sangat merindukanmu Ayah...Hanya catatan untuk mengenang kembali Ayah saya....semoga yang simple ini bermanfaat.

**************************************

Tulisan ini saya persembahkan untuk seorang sahabat jiwa yang mengingatkan saya pada alm Ayah...kata-katanya sama persis dengan kata-kata Alm Ayah pada saya..."Saya memang galak dan keras....pada orang-orang yang sangat aku sayangi..."

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun