Mohon tunggu...
Zayyan TA
Zayyan TA Mohon Tunggu... Lainnya - kuliah

jeee

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mehami Aliran Konservatif dan Fundamentalisme

9 Juli 2023   19:20 Diperbarui: 9 Juli 2023   19:47 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sedangkan Aliran Fundamentalisme menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah berasal dari kata "Fundamental" sebagai kata sifat yang memberikan pengertian "bersifat dasar (pokok); mendasar", diambil dari kata "fundament" yang berarti "dasar, asas, alas, fondasi".Dengan demikian, fundamentalisme dapat diartikan dengan paham yang berusaha untuk memperjuangkan atau menerapkan sesuatu yang dianggap mendasar. Adapun menurut Mahmud Amin al-Alim, istilah fundamentalisme secara etimologi berasal dari kata "fundamen", yang berarti dasar. 

Secara terminologi, berarti aliran pemikiran keagamaan yang cenderung menafsirkan teks-teks keagamaan secara rigid (kaku) dan literalis (tekstual). Menurutnya, pemikiran fundamentalisme telah kehilangan relevansinya karena zaman selalu berubah dan problematika semakin kompleks. Perlu dilakukannya penafsiran ulang terhadap teks-teks keagamaan dengan mengedepankan ijtihad, membongkar teks-teks yang kaku, dan mengutamakan maslahah serta maqashid al-Syari'ah.

Dalam tulisan ini, fundamentalisme Islam diartikan sebagai gerakan-gerakan Islam yang secara politik menjadikan Islam sebagai ideologi dan secara budaya menjadikan Barat sebagai The Others. Faktor yang melatarbelakangi lahirnya gerakan fundamentalis adalah situasi politik, baik di tingkat domestik, maupun di tingkat internasional. Ini dapat dibuktikan dengan munculnya gerakan fundamentalis pada masa akhir khalifah Ali bin Abi Thalib, di mana situasi dan kondisi sosial politik tidak kondusif. 

Pada masa khalifah Ali, perang saudara sedang berkecamuk hebat antara kelompok Ali dan Muawiyyah. Kedua 8 belah pihak bersengketa pendapat tentang masalah pembunuh Usman dan masalah khilafah. Kelompok Ali bersikeras mengangkat khalifah terlebih dahulu lalu menyelesaikan masalah pembunuhan. Kelompok Muawiyyah menuntut penyelesaian masalah pembunuhan terlebih dahulu sebelum khalifah dipilih. Karena masing-masing kelompok sudah seperti air dengan minyak, maka rekonsiliasi-perdamaian tak berarti lagi. Sesama muslim itu saling bunuh, lalu damai dengan sistem tahkim (arbitrase).

Ciri ciri Aliran Fundamentalisme

1. Cenderung melakukan interpretasi literal (tekstual) terhadap teks-teks suci agama, dan menolak pemahaman kontekstual atas teks agama karena pemahaman seperti ini dianggap akan mereduksi kesucian agama. Dari segi metodologi, pemahaman, dan penafsiran teks-teks keagamaan, kaum fundamentalis mengklaim kebenaran tunggal. Menurut mereka, kebenaran hanya ada di dalam teks dan tidakada kebenaran di luar teks, bahkan sebetulnya yang dimaksud adalah kebenaran hanya ada pada pemahaman mereka terhadap hal yang dianggap sebagai prinsip-prinsip 9 agama.

Mereka tidak memberi ruang (space) kepada pemahaman dan penafsiran selain mereka. Tidak ada kebenaran di luar itu, baik pada agama lain, maupun dalam aliran lain atau denominasi lain dari agama yang sama. 2. Memonopoli kebenaran atas tafsir agama. Kaum fundamentalis cenderung menganggap dirinya sebagai penafsir yang paling absah atau paling benar sehingga memandang sesat kepada aliran yang tidak sepaham dengan mereka. Mereka juga tidak bisa membedakan antara din(agama) dan dini(pemikiran keagamaan) yang berbentuk tafsir. 

Adapun yang lebih parah adalah adanya klaim hanya tafsir dan pendapat mereka sendiri yang paling benar, sementara tafsir dan pendapat orang lain/kelompok lain salah. Padahal, dalam khazanah Islam perbedaan tafsir merupakan sesuatu yang biasa sehingga dikenal banyak mazhab. Sikap keagamaan yang seperti ini berpotensi untuk melahirkan kekerasan. Dengan dalih atas nama agama, atas nama membela Islam, atas nama Tuhan, mereka melakukan tindakan kekerasan, pengrusakan, penganiayaan, bahkan sampai pembunuhan.

3. Setiap gerakan fundamentalisme hampir selalu dapat dihubungkan dengan fanatisme, eksklusifisme, intoleran, radikalisme, dan militanisme. Kaum fundamentalisme selalu mengambil bentuk perlawanan yang sering bersifat radikalterhadap ancaman yang dipandang membahayakan eksistensi agama dalam bentuk modernitas atau modernisme, sekularisasi atau tata nilai Barat pada umumnya. Kaum fundamentalisme sebenarnya tidak serta-merta mesti memilih jalan kekerasan, namun banyaknya fundamentalis yang tidak sabar melihat penyimpangan dalam masyarakat dan melakukan tindak kekerasan.

Selanjutnya, kekerasan dan fundamentalisme dalam kesadaran banyak orang- sangat sulit untuk dipisahkan. Sikap militan dan intoleran tidak jarang terlihat dengan jelas dalam gerakan fundamentalisme. Orang-orang fundamentalis merasa terpanggil, bahkan terpilih untuk meluruskan penyimpangan dalam bentuk pembelaan terhadap agama. 

Hal ini tampaknya sangat wajar. Menurut mereka,pesan-pesan dasar agama sudah sangat jelas, yang harus dilakukan adalah melakukannya dengan konsekuen, termasuk meluruskan orang-orang yang dianggap berusaha memikirkan kembali pesan-pesan keagamaan. Orang-orang semacam itu menurut kaum fundamentalis sangat membahayakan agama dan harus dihadapi dengan sikap tegas tanpa toleransi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun