Kapan Anda terakhir kali dimarahi oleh atasan karena tidak menyelesaikan tugas penting?
Kapan Anda terakhir kali tidak didengarkan oleh anak-anak Anda?
Kapan Anda terakhir kali dikecewakan oleh pasangan Anda?
Kapan Anda terakhir kali merasakan antara harapan tidak sesuai dengan realita?
Pertanyaan-pertanyaan di atas adalah sebagian kecil dari begitu banyak yang dihadapi oleh kebanyakan orang. Merasa apa yang telah diupayakan terbaik namun hasil yang diharapkan ternyata tidak berbanding lurus. Lantas bila kesemua pertanyaan diatas ternyata jawabannya adalah seindah dengan harapan, atau tidak terjadi dalam diri kita, maka kita menyimpulkan hidup akan bahagia? Semua yang kita lakukan tidak pernah terbentur dengan namanya kekecewaan, kegagalan, atau ketakutan lalu kita merasa hidup bahagia dan berarti? Kita baru bisa merasakan syukur bila jauh dari kata gagal?Â
Saya yakini bahwa tidak sama sekali! Dan bila patokan kehidupan adalah semua selaras dengan apa yang telah direncanakan atau pikirkan maka saya menyarankan agar anda segera keluar dari kehidupan. Kemudian mati.
Hidup itu sendiri adalah penuh dengan kegagalan dan tidak pernah pas! Seperti telah tayang artikel saya sebelumnya : Hidup Yang Tidak Pernah Pas(s)Â (https://www.kompasiana.com/jbsoke0694/6047968c8ede485e43189dc2/hidup-yang-tidak-pernah-pas-s). Tidak pernah ada yang tahu misteri manusia yang berdosa dengan seluruh nafsu duniawi yang selalu mencari kegagalan demi kegagalan. Kondisi apapun dengan namanya keberhasilan atau kebahagiaan selalu dihantui keresahan akan ketakutan kegagalan. Hakikat manusia yang adalah pendosa, tidak pernah bersyukur, dan ingin menjadi tuhan terhadap dirinya sendiri.Â
Bahkan tidak ada pernah kisah di dunia ini yang oleh karena tidak pernah gagal menjadi bahagia. Justru dalam puncak keberhasilan atau kesuksesan adalah akar terjadinya kegagalan. Sebuah realita yang masing-masing dari pengalaman kita berbicara.
"Seandainya saja dia tidak lulus menjadi perwira, mungkin anak saya tidak mati di medan konflik", ucapan lirih dari seorang ibu yang anaknya tewas saat penugasan di daerah konflik. Yang lain berkata, "Seandainya dulu saya tidak menjadi direktur, tentulah punya waktu banyak untuk mendidik anakku yang sakit ini"Â sebuah konfesi seorang direktur yang menyesal karena super sibuk dan kurang perhatian kepada anaknya yang terjerat narkoba. Banyak dan banyak lagi kata-kata "gagal" dan penyesalan akan memaknai kehidupan. Kita merasa gagal, frustasi, putus asa dan terluka.
Manusia Egois dan Kekanak-kanakan