Mohon tunggu...
Jayanti M. Sagala
Jayanti M. Sagala Mohon Tunggu... Dosen - Performing Arts Studies, Western Classical Music

Music, Arts, Music Phycology, Film, Fashion.

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Eksistensi Zulkaidah Harahap: Kreativitas dalam Reservasi Seni Maskulin

2 Agustus 2022   17:13 Diperbarui: 4 Agustus 2022   15:48 615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Zulkaidah Harahap, Amerika Serikat 1991 (Dokumentasi: Sekretariat PLOt Siantar, 7 februari 2014)

Kedua faktor di atas menjadi alasan bagi perempuan ini untuk menyerah, selain karena tidak memiliki modal (harta benda) lagi dan tumpukan hutang yang harus di tanggungnya. Kebangkrutan Serindo dan dirinya bahkan sempat membuatnya ingin mengakhiri hidup. 

Kegagalan ini, apakah menunjukkan dirinya sebagai pemimpin yang gagal pula? Terlepas dari apapun yang terjadi di dalam grup mereka, kegagalan suatu tim organisasi tetaplah menjadi kegagalan dari pemimpinnya. Apakah bakat musikalitas luar biasa yang ia miliki tidak serta merta di ikuti oleh kemampuan memimpin pula? Kemungkinan untuk jawaban ini pasti selalu ada.

Arti Penting Zulkaidah Harahap dalam Opera Batak

Kehadiran dan kepiawaian Zulkaidah Harahap didefinisikan sebagai suatu 'kreativitas' dalam panggung seni pertunjukan Batak Toba di lihat dari perspektif seni tradisi. Sebagaimana yang di tuliskan oleh George Herzog bahwa kreativitas bertentangan dengan representasi, sama halnya antara individualis dengan pandangan komunal masyarakat. 

Argumen yang di timbulkan oleh konflik ini adalah bahwa tindakan individu cenderung akan membawa kepada perubahan, sedangkan masyarakat komunal cenderung menolak perubahan (Herzog, 1988:74).

"The creative process is not one begun and finished by a single individual; it is spread over many individuals and generations, and it never comes to an end as long as the tradition is alive."(Herzog, 1988:69)

Menurut George Herzog, beberapa seniman dapat kreatif dengan cara yang di sengaja, dengan sadar berusaha memperkenalkan perubahan atau setidaknya kepada varian gaya tradisional. Ada juga seniman lainnya yang kreativitasnya tidak disengaja, meskipun hasil akhirnya terdapat inovasi dan perubahan yang luas, karena alasan untuk kreativitas yang tidak di sengaja juga bervariasi (Herzog, 1988:75). 

Seperti yang di kemukakan Herzog, kehadiran dan kepiawaian Zulkaidah Harahap dalam memainkan instrumen musik tradisional Batak Toba, yang mungkin tidak ia sadari sebagai suatu tindakan yang mampu mengubah tatanan yang ada pada kesenian masyarakat Batak Toba, yang cenderung konservatif terhadap suatu perubahan. 

Tidak sedikit pujian dan cemooh yang di terima Zulkaidah Harahap selama hidup sebagai paropera. 

Setelah keberhasilannya menjadi paropera dengan maskot 'Ratu Opera Batak,' dan kemudian jatuh kedalam kehidupan 'Seniman Penjual Kacang goreng,' sebagai akibat kebangkrutan Opera Batak Serindo yang sempat ia pimpin, hingga diangkat kembali dengan pengakuan sebagai 'Maestro Opera Batak' oleh negaranya sendiri, tidak menjadikan perempuan ini lupa siapa dirinya yang sebenarnya. 

Perjuangan Zulkaidah Harahap tidaklah sia-sia, kesenian ini tidak putus hanya ditangannya saja. Setelah keberadaannya di panggung Opera Batak, maka kemudian lahirlah paropera-parmusik perempuan yang mahir memainkan instrumen tradisional Batak Toba. Keduanya adalah Hotania Nainggolan dan Tiurma Nainggolan, putri dari partner sejatinya dalam panggung Opera Batak, Maestro Opera Batak, Alister Nainggolan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun