Mohon tunggu...
Jayanti M. Sagala
Jayanti M. Sagala Mohon Tunggu... Dosen - Performing Arts Studies, Western Classical Music

Music, Arts, Music Phycology, Film, Fashion.

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Eksistensi Zulkaidah Harahap: Kreativitas dalam Reservasi Seni Maskulin

2 Agustus 2022   17:13 Diperbarui: 4 Agustus 2022   15:48 615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Zulkaidah Harahap, Amerika Serikat 1991 (Dokumentasi: Sekretariat PLOt Siantar, 7 februari 2014)

Menurut Zulkaidah, lingkungan tempat tinggalnya Tapanuli Selatan termasuk daerah yang didominasi penganut agama fanatik yang menabuhkan perempuan berkumpul diantara banyak laki-laki. 

Selain karena faktor agama, tradisi masyarakat lokal juga menjadi alasan kuat mengapa perempuan pada jaman Opera Batak terdahulu masih termarginalkan.

Sebagian besar paropera perempuan yang berkumpul di tengah-tengah para laki-lakinya, umumnya memiliki kebiasaan sebagai perokok dan peminum seperti perilaku laki-laki di zamannya. 

Ditambah lagi jika harus mengadakan pertunjukan keliling diluar daerah mereka, paropera perempuan harus meninggalkan suami dan anak-anaknya, karena jika membawa keluarga maka tanggungan biaya hidup sehari-hari selama pentas akan membebani tauke grup atau pemilik grup Opera Batak tersebut (Alister Nainggolan, wawancara 25 November 2013).

Pandangan masyarakat lokal memandang kebiasaan paropera perempuan tersebut sebagai perilaku yang menyimpang dan tidak sesuai dengan kaidah agama dan budaya setempat. Kehadiran mereka seolah menjadi bagian yang identik dengan pelanggaran susila (Rachmat, 2003:87). 

Perilaku sebagian paropera perempuan tersebut memang masih melekat sampai saat ini, sama halnya seperti perilaku seniman laki-laki umumnya. Nampaknya pandangan masyarakat lokal pun semakin akrab dengan perilaku pekerja seni tersebut. 

Kehadiran paropera perempuan dipanggung kesenian tradisi Batak Toba, tidak lagi di pandang sebagai sesuatu yang tabuh, hanya saja perilaku sebagian paropera perempuan diluar panggunglah yang membuat mereka dinilai menyimpang dari norma sosial mengenai perempuan, terkait peran dan fungsi mereka dalam tradisi masyarakat Batak di masa itu.

Zulkaidah Harahap sebagai Parmusik Perempuan

"Saya satu-satunya perempuan dalam grup Serindo yang bisa memainkan alat musik." (Wulandari, 2008:87)

Zulkaidah Harahap, kehadirannya sebagai paropera perempuan pertama yang berhasil mencapai kedudukan sebagai parmusik bukanlah suatu penyimpangan, terdapat proses pencapaian yang tidak mudah dibaliknya. Zulkaidah mengawali kesenimanannya di Serindo sejak usia 15 tahun sebagai tukang masak dan penjaga anak para pemain selama tiga bulan. 

Suaranya adalah musikalitas pertama yang dimilikinya dan membuat Tilhang Gultom tertarik untuk melatihnya. Zulkaidah Harahap pertama kali tampil pada tahun 1967 di pentas Opera Batak Serindo menyanyikan lagu 'Onang-Onang' saat itu ia baru berusia dua puluh tahun (Zulkarnaen Gultom, wawancara 30 Januari 2014). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun