Mohon tunggu...
Rika Anita Jayanti
Rika Anita Jayanti Mohon Tunggu... -

Tak ada yang sempurna..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Di Tempat Tidur Kubuka Satu Persatu, Hasilnya Terasa

1 Mei 2012   20:56 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:52 2023
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13359059191275636169

Malam mulai larut. Capek dan kantuk mulai terasa setelah seharian mencuci, menjemur, menyetrika dan melipat baju-baju orang di tempat kerja. Saya lepaskan lelah di ruang istirahat sambil mendengarkan radio. Informasi mengenai Hari Buruh yang diwarnai aksi hampir ada di setiap channel. Mata semakin berat untuk dibuka. Saya mencoba membaringkan tubuh di atas lantai beralas tikar dari daun pandan dan berbantal buku tiga lapis. Walaupn ngantuk, namun tidak bisa tidur juga. Saya ambil satu buku yang dibuat bantal, membacanya sambil tidur-tiduran telentang. Buku itu berisi tentang sejarah Indonesia.

Saya baca buku itu halaman-demi halaman. Tujuan membaca supaya saya cepat tertidur. Sampai beberapa halaman, saya tertidur, tidak terasa buku itu jatuh di atas dada. Rupanya saya tertidur pulas. Saya terbangun,  melihat jam pukul 24:02 WIB. Buku masih tergeletak di atas dada. Saya mengambilnya dan meneruskan bacaan tadi. Ada banyak cerita sejarah Indonesia dalam buku itu. Setalah selesai membaca, saya ingin berbagi dengan teman-teman Kompasiana, mungkin bermanfaat, yah paling tidak bisa tahu dari apa yang sebelumnya tidak diketahui.

Dari buku yang saya baca, esensinya seperti ini, pada hari Sabtu,30 November 1957, Perguruan Cikini sedang merayakan Ulang Tahun ke 15. Berbagai acara digelar untuk merayakannya, salah satunya adalah kegiatan bazaar amal yang bertujuan mengumpulkan dana. Bazaar ini selain dihadiri oleh para murid, guru dan karyawan sekolah juga dihadiri oleh para orangtua murid. Salah satu orangtua murid yang hadir adalah Bung Karno, Presiden Republik Indonesia pertama. Ir. Soekarno hadir sebagai orangtua dari Guntur, Megawati, Rahmawati, Sukmawati dan Guruh.

Pesta sekolah SR Tjikini termasuk meriah masa itu, beberapa hari sebelumnya telah ramai dibicarakan murid-murid dan penduduk sekitarnya. Publikasi gencar yang dilakukan panitia penyelenggara membuat semua orang ingin datang, termasuk Ibu Ani dan kedua anaknya. Berita kedatangan Bung Karno menarik perhatian, termasuk penduduk sekitar sekolah. Mereka datang berbondong-bondong ingin melihat sang proklamator. Salah satunya Mak Ani dan kedua anaknya, Mariani dan Julia.

Walau bukan murid Perguruan Cikini, Mak Ani dan anak-anaknya merasa bangga bisa melihat presiden mereka. Seakan larut dalam pesta ulangtahun SR Tjikini mereka berjejer di pinggir jalan. Mereka terus menunggu sampai Bung Karno keluar sekolah dan bersiap pulang. Hasrat melihat wajah presiden dari dekat membuat ketiga anak beranak ini berdesak mendekat ke rombongan kepresidenan. Saat Bung Karno berhenti dan melambaikan tangan serta tersenyum kea rah masa yang mengelilinginya, Mak Ani merasakan itulah senyuman untuk mereka beriga, kepuasan melanda bathinnya.

Saat suasana kebanggaan sedang memenuhi hati dan pikiranya, tiba-tiba saja ledakan keras berbunyi, beberapa kali. Tanah terasa bergetar, tak lama terdengar jeritan di sana-sini, beberapa orang termasuk anak-anak berjatuhan. Mak Ani yang sedang menggendong Julia, adik Mariani, merasakan darah mengalir dari perut anak di pelukannya. Sementara ia mendengan keluhan Mariani yang kesakitan dan memanggil-manggil Mak Ani. Tak lama Mariani jatuh dalam pelukan Mak Ani, ia tak lagi memanggil ibunya dan saat itu Mak Ani sadar bahwa Mariani telah tiada.

Mariani tewas sementara adiknya, Julia, luka parah. Seseorang tak dikenal membantu Mak Ani dan membawa mereka ke RSUP, sekarang RSCM dimana teman kita Akmal Taher menjadi direkturnya. Malam itu juga Julia ditangani dokter, perutnya dioperasi besar. Mak Ani yang juga luka terus-menerus berdoa memohon kesembuhan Julia sepanjang malam. Tuhan mendengarnya, Julia tidak mengikuti kakaknya.

Walaupun kemudian Mak Ani mendapatkan santunan dari pemerintah, namun kepedihan hati karena ditinggal Mariani tak terobati.  Sukarno dan putra-putrinya selamat,akan tetapi dipihak lain terdapat korban jatuh meninggal dunia sekitar 9 orang dan sekitar 100 orang lainnya luka-luka berat.Korban yang terbanyak adalah murid-murid sekolah itu. Kisah nyata ini merupakan salah satu dari sekian banyak korban berjatuhan akibat usaha pembunuhan Bung Karno di Perguruan Cikini. Walau beliau selamat, namun korban yang berjatuhan cukup banyak dan beritanya menjadi gema di seluruh Indonesia sampai berbulan-bulan. (ref)

******

Granat yang dilemparkan Tasrif tak cuma meledakkan halaman depan sekolah Perguruan Cikini di Jl Cikini Raya 76 Jakarta, tapi juga meledakkan amarah Presiden Soekarno. Betapa tidak, hanya beberapa jengkal dari dirinya, ia mesti menyaksikan sembilan anak dan seorang ibu yang tengah hamil merenggang nyawa. Seorang pengawalnya terluka berat dan ia mesti merelakan lengannya tergores kawat berduri saat lari mengamankan diri. Soekarno murka.

Telunjuk segera diedarkan. Mayor Dachyar selaku Komandan Militer Jakarta ketika itu langsung menyodorkan jawaban hanya berselang 3 hari setelah kejadian. Ia menuding percobaan pembunuhan presiden itu buah tangan kelompok teroris yang didesain Kolonel Zulkifli Lubis. Motifnya apalagi kalau bukan perseteruan perwira daerah (baca; PRRI dan Permesta) dan pusat. Zulkifli Lubis dikenal sebagai salah satu dedengkot perwira pro daerah yang berseberangan dengan Nasution.

Menurut keterangan resmi pemerintah tentang Kejadian Cikini, organisasi Lubis mencerminkan upayanya untuk membangun kelompok para militer yang anti-komunis di Jakarta yang dinamakan Gerakan Anti Komunis (GAK), yang juga anti Nasution dan anti Sukarno.

Ini bukan tuduhan serampangan. Tokoh yang dibidik bukanlah militer ecek-ecek. Zulkifli dikenal sebagai salah satu perwira cerdas – selain Kolonel Bambang Supeno – yang merintis dasar-dasar organisasi intelijen di Indonesia. Jabatan terakhirnya sebelum kabur ke daerah adalah Wakil KSAD. Tak pelak, tuduhan itu membuat Jakarta makin gencar mengganyang PRRI dan Permesta. Zulkifli Lubis Komandan Intelijen Pertama).

Saat itu pemerintahan Soekarno sedang runyam karena ancaman pemberontakan oleh  militer di daerah yang kemudian dikenal dengan PRRI/Permesta. Sementara Wapres Bung Hatta sudah mengundurkan diri. Karena itu akan diadakan  dialog Musyawarah Nasional dengan para panglima yang akan memberontak di Sumatera dan Sulawesi di Gedung Bappenas di Jalan Imam Bonjol Jakarta sekarang, untuk mencegah kemarahan mereka.

Tapi rencana dialog tersebut gagal karena saat keluar dari Perguruan Cikini, Presiden Soekarno dibom dengan granat oleh kelompok yang menamakan dirinya Gerakan Anti-Komunis. Pelaku pemboman presiden itu dikoordinir oleh seorang guru dan beberapa anak buahnya yang berasal dari Sumbawa. Di sebelah sekolah itu memang terletak asrama anak Sumbawa.

Kejadian Cikini tersebut menewaskan 9 orang tewas dan 100 lainnya luka-luka yang kebanyakan anak sekolah. Tapi menarik dari kejadian tersebut, kontan Kolonel Zulkifli Lubis, pendiri intelijen yang saat itu sedang bersembunyi di Jakarta Barat jadi tertuduh.  Kabar pemboman itu disampaikan anak buahnya Ibrahim Saleh. Zulkifli Lubis saat itu sedang dicari-cari militer karena terlibat usaha pendongkelan KSAD Mayjen AH Nasution bersama temannya Mayor Bratamanggala dan Kemal Idris di Melawai Jakarta, tapi gagal.

Zulkifli sendiri salah seorang yang diundang dalam rencana Musyawarah Nasional. Tapi semuanya berantakan. Zulkifli membantah keterlibatannya dalam Kejadian Cikini tersebut. Tapi beliau merasa wajar saja dijadikan tertuduh, karena posisinya memang sedang tidak disukai saat itu. Pengadilan kemudian membuktikan Zulkifli tak terlibat. Para terdakwa penggranatan itu menyatakan tak ada hubungannya dengan Zulkifli.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun