Mohon tunggu...
Jawani Eka Pyansahcilia
Jawani Eka Pyansahcilia Mohon Tunggu... Administrasi - Resensor Pemula

Seorang statistisi yang terjebak di dunia akuntansi, mencoba lari sejenak menjadi peresensi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Resensi Novel] "Titip Rindu pada Allah di Tanah Suci, Mak"

18 Oktober 2018   23:27 Diperbarui: 6 November 2018   06:45 1187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Mak masih ingat-," Mak Siti meneruskan, "-sepuluh tahun yang lalu, di hari Intan masuk SMP, mak berjanji pada diri emak sendiri untuk menabung. Emak tak pandai menabung, tak berani ke bank, tak tahu caranya. Waktu itu, emak memohon pada Gusti Allah supaya emak bisa memenuhi panggilan-Nya. Berhaji. Naik haji. Ya, Allah..."

Keinginan Mak Siti memang bukan sesuatu yang sederhana, bahkan cenderung luar biasa mengingat profesinya yang hanya berjualan nasi megono di stasiun saja. Pun statusnya sebagai janda beranak satu, membuat penghasilannya hanya cukup untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Namun, Emak tak pernah berputus asa.

Saat orang-orang tahu tentang mimpinya, tak pelak cibiran-cibiran datang dari segala arah kepada Mak Siti. Ditambah ujian yang menimpa pernikahan sang putri semata wayang, membuat energi serasa lenyap dari tubuh tuanya.

Rindunya pada tanah suci yang begitu besar, memang membuat Mak Siti tergerak untuk terus belajar mengaji dan mendekatkan diri pada-Nya. Namun, bila kemalangan bertubi-tubi menimpanya dan kini hidup anak dan cucunya juga ikut digunjingkan, apa yang harus dilakukan Mak Siti?

***

Titip Rindu ke Tanah Suci, sebuah novel religi karya Aguk Irawan MN yang bagus untuk dimasukkan ke dalam daftar bacaan teman-teman. Dilihat dari judulnya, kita bisa tahu novel ini menceritakan tentang sebuah rindu untuk beribadah lebih dekat kepada-Nya di Tanah Suci.

Mak Siti yang menjadi tokoh utama dalam novel ini. Mak Siti ini hanya seorang emak penjual nasi megono di Stasiun Cakung. Ia telah sabar menunggu selama 10 tahun untuk menunaikan cita-cita yang sungguh mulia, yaitu pergi haji ke Tanah Suci. Namun, banyak ujian yang dihadapi Mak Siti hingga hampir membuatnya patah semangat untuk menunaikan impiannya tersebut.

Mak Siti memiliki anak bernama Intan, memiliki wajah putih merah merona, yang menjadi wanita idaman pemuda-pemuda gang kampung dimana tempat mereka tinggal. Termasuk Rizal, pemuda yang sering mabuk-mabukan bersama sahabat-sahabatnya di ujung gang kampung. Rizal diam-diam memendam rasa terhadap Intan. Namun, tak mampu ia ungkapkan hingga akhirnya ia harus merasakan 'sakit' ketika Intan menikah dengan Zulkarnain. Hal ini pula yang menjadi sebab permulaan Rizal merubah hidupnya menjadi pengajar anak-anak mengaji di mushala.

Sebelum Intan menikah dengan Zul, Zul melamar Intan dengan kalimat romantis yang disaksikan langsung oleh pelanggan-pelanggan nasi megono Mak Siti di Stasiun Cakung.

"Dek, karena Allah aku mencintaimu. Karena Allah pula aku hendak mempersuntingmu. Apakah harapan dan keinginanku ini engkau setujui?" (hlm.44)

Zulkarnain ini berpenampilan selalu rapi. Rambut diolesi minyak dengan potongan model terkini. Tinggi semampai, sedikit kurus, tetapi tampak tegap,. Hidungnya mancung, kulitnya bersih. Alis sedikit tebal dan bibir agak tipis. Jambangnya tipis. (hlm.41) Namun, sesempurnanya penampilan Zul, tapi tidak diikuti dengan akhlak yang baik karena Zul telah menuduh Intan berselingkuh, yang mana sebenarnya tuduhan tersebut untuk menutupi perselingkuhannya sendiri. Ini salah satu yang menjadi bahan gunjingan tetangga Mak Siti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun