Mohon tunggu...
Jati Kumoro
Jati Kumoro Mohon Tunggu... Wiraswasta - nulis di podjok pawon

suka nulis sejarah, kebudayaan, cerpen dan humor

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Rumah Pocong Kotagede: Kisah dari Mereka yang Pernah Menempatinya

15 Desember 2020   18:54 Diperbarui: 16 Desember 2020   04:20 4149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah Mbah Digdo (Dokpri)

Waktu itu, sekitar tahun 1980 an keluarga ini tinggal menumpang gratis di rumah Mbah Digdo sambil menunggu rumah yang sekarang ditempatinya itu rampung dibangun.

Menurut Mbah Sal, yang juga ditemani salah satu putranya yang bernama Mas Kun, tidak ada yang menakutkan selama keluarganya tinggal di rumah Mbah Digdo. 

Paling paling hanya suara sandal diseret dengan bunyi srek, srek, srek yang muncul di malam hari. Atau kalau tidak suara gemericik air yang seperti keluar dari bekas wastafel kuno yang masih terpasang dan tak berfungsi di kamar sebelah timur.

Mbak Har, putri Mbah Sal yang waktu itu juga kebetulan datang ke rumah ibunya, menambahkan bahwa selain suara sandal yang diseret dan suara gemericik air, sering juga di rumah Mbah Digdo itu jika malam terdengar suara seperti ada orang yang mandi di kamar mandi. Namun ketika ditengok, di dalam kamar mandi tidak ada siapa-siapa, lantai kamar mandi tetap kering akan tetapi air yang ada di dalam bak mandi itu masih bergerak-gerak seperti habis dipakai untuk mandi.

Tak ada lagi peritiwa yang aneh yang terjadi di rumah Mbah Digdo selain suara-suara yang muncul sebagaimana telah diceritakan keluarga Mbah Sal. Justru yang aneh adalah cerita pengalaman Mbah Sal sewaktu mau pindahan dari rumah lama yang berada di sebelah barat Ndalem Tumenggungan Citran. 

Di luar pintu regol kayu ndalem Tumenggungan, di pohon mangga yang besar, Mbah Dowo sang Buto Ijo yang berdiam di pohon itu menampakkan diri dan melambaikan tangannya kepada Mbah Sal. “Itu mungkin itu semacam salam perpisahan,” cerita Mbah Sal sambil tertawa.

Mbah Sal juga bercerita bukan hanya keluarganya saja yang pernah tinggal di rumah Mbah Digdo. Disebutkannya nama Pak Nar, Kang Tri, dan juga sebuah keluarga yang mempunyai anak kembar yang tinggal pada sekitar pertengahan tahun 1980-an, beberapa tahun setelah keluarganya meninggalkan rumah tersebut.

3. Mbak Fit

Foto Mbak Fit (Dok. Mbak Fit)
Foto Mbak Fit (Dok. Mbak Fit)
Untuk mencari keterangan tentang mereka yang tinggal di rumah Mbah Digdo, baik sebelum keluarga Kang Tri ataupun sesudah keluarga Mbah Sal, penulis menghubungi Mbak Fit, warga desa Jagalan yang rumahnya tepat berada di sebelah barat rumah Mbah Digdo. 

Alasan penulis menghubungi Mbak Fit ini karena Mbak Fit semenjak lahir hingga sekarang ini tetap tinggal di rumanya tersebut dan tentunya mengenal lebih banyak orang-orang yang pernah tinggal di rumah Mbah Digdo di era tahun 1970-an hingga sebelum gempa bumi tahun 2006 yang membuat rumah ini menjadi rumah kosong.

Cerita Kang Tri dan Mbah Sal soal Pak Nar misalnya, oleh Mbak Fit dibenarkan karena ia juga mengenal keluarga Pak Nar yang pernah menempati rumah Mbah Digdo sekitar tahun 1972 sampai 1977. Mbak Fit juga bercerita tentang keluarga Kang Tri dan keluarga Mbah Sal yang pernah tinggal di rumah itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun