Mohon tunggu...
Jati Kumoro
Jati Kumoro Mohon Tunggu... Wiraswasta - nulis di podjok pawon

suka nulis sejarah, kebudayaan, cerpen dan humor

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Keris dan Cerita Kiasan yang Mengikutinya

5 April 2019   13:07 Diperbarui: 5 April 2019   13:24 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber http://www.wacana.co/2009/06/peran-keris-dalam-sejarah/

Cerita rakyat yang berkembang dari mulut ke mulut dan menjadi legenda pada umumnya menceritakan sebuah keadaan atau peristiwa yang terjadi pada jaman dahulu. Demikian pula halnya dengan kisah keberadaan beberapa buah keris yang konon dibuat pada waktu yang berdekatan.

Kisah keris Naga Sasra, Sabuk Inten, Sengkelat dan Condong Campur yang menurut ceritanya dibuat pada jaman Prabu Brawijaya V di akhir kerajaan Majapahit ini pun sebenarnya mengandung cerita tentang kondisi sosial masyarakatnya. Ada sesuatu hal yang ingin disampaikan tetapi dengan cara tidak berterus terang. Dalam istilah jawanya disebut sanepan atau kiasan.

Keris Naga Sasra yang juga disebut Naga Sisik Sewu itu melambangkan kondisi kerajaan Majapahit yang waktu itu sangat heterogen. Berbagai etnis dan agama bercampur jadi satu masyarakat yang mendiami bumi yang sekarang kita sebut nusantara ini. Selain menggambarkan kondisi sosial masyarakatnya, keris ini juga melambangkan seorang penguasa dan bahwa penguasa itu harus mampu mengayomi semua golongan yang ada di dalam masyarakat yang sudah sangat kompleks itu.

Keris Sabuk Inten itu adalah perlambang bagi orang-orang yang menjadi elit ekonomi dan bangsawan yang kaya raya.

Keris Condong Campur melambangkan adanya kehendak para mpu atau orang-orang yang pandai yang menginginkan adanya percampuran diantara penduduk Majapahit. Ingin adanya kehidupan sosial yang hamonis antara satu sama laiannya di dalam masyarakat yang heterogen. Tak ingin adanya sekat-sekat dan pertentangan antara golongan yang satu dengan golongan yang lain.

Keris Sengkelat yang dibuat pada jaman itu tidak berpamor, atau biasanya disebut keris kelengan. Hal ini untuk melambangkan rakyat jelata atau rakyat pada umumnya. Nama sengkelat ini berasal dari kata sengkel atine atau jengkel hatinya.

Kisah pertempuram antara keris Kyai Sabuk Inten melawan Kyai Condong Campur dan antara Keris Kyai Condong Campur melawan Kyai Sengkelat, sebenarnya menceritakan tentang permusuhan antara para elit bangsawan dan elit ekonomi melawan para mpu atau kaum . Sementara itu sang raja atau penguasa yang dilambangkan sebagai keris Kyai Nagasasra tidak bisa berbuat apa-apa.

Dalam kondisi yang demikian maka rakyat pada umumnya yang dalam hal ini dilambangkan sebagai keris Kyai Sengkelat, merasa jengkel dan melawan para cerdik pandai yang hanya ingin mempertahankan status quo kekuasaan raja yang semakin hari makin melemah.

Benar tidaknya kisah kiasan ini tentu masih perlu dikaji lebih lanjut. Akan tetapi fakta menunjukkan bahwa kekuasaan Prabu Brawijaya V di Majapahit itu memang akhirnya surut dan runtuh.

podjok pawon, April 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun