Mohon tunggu...
Angel Sang Pemenang
Angel Sang Pemenang Mohon Tunggu... -

demokrasi telah mati

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Terlalu Matre, AHY Kehilangan Panggung Pilpres 2019

16 November 2018   09:39 Diperbarui: 16 November 2018   10:25 534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto diambil dari trimbunnews diberi komentar oleh penulis

Pileg dan Pilpres 2019 si selenggarakan serentak, disisi lain electoral threshold yang tinggi memaksa adanya pemerkosaan politik. Siapapun tentu tidak suka diperkosa, tetapi jika itu terpaksa dan tidak bisa dihindari bata batas tertentu? Politik dan idealisme tentu berbeda, seperti cita - cita dan kenyataan. Terkadang kenyataan lebih indah dari cita cita semula, tetapi juga bisa sebaliknya.

Walapun pileg dan pilpres dilakukan serentak tetapi gaung dan greget pilpres jauh lebih tinggi dibanding pileg. Orang tidak akan terlalu sensitif jika membandingkan PDIP dan Gerindra. 

Tetapi mata bisa tiba tiba melotot, urat - urat leher menonjol keluar jika yang dibahas, Prabowo/Sandi dan Jokowi/Maruf. Magnet pilpres jauh lebih banyak diperbincangkan di media TV, koran, medsos, sampai warung kopi. Lihat saja acara jalan - jalan ke pasar yang banyak dilakukan Sandiuno, terlihat jelas antusiasme, bukan saja pedagang pasar tetapi juga, kalangan millenia dan entrepreneur muda.

Sejarah Kekeluargaan Partai Demokrat
Jika AHY masih sakit hati tidak bisa menjadi capres, hal ini tentu salah internal mereka sendiri. Jika mengulas balik sejarah partai Demokrat. Tentu tidak bisa dilepaskan dari melodrama Anas Urbaningrum. Saat itu hampir semua pimpinan pusat partai Demokrat masuk bui karena proyek hambalang. 

Sebut saja, Anas, Angelina, Nasarudin, Malarangeng, Kecuali putra Pak SBY si Ibas. Tentu publik boleh bertanya, karena ini mirip cerita roman "Perawan di Sarang Penyamun". Apa mungkin uang besar yang beredar di kongres partai Demokrat yang melibatkan banyak pengurus partai, ada satu pengecualian yaitu Ibas?

Jumlah Harta AHY
Saat maju di pilkada DKI, sebenarnya publik di kejutkan oleh jumlah harta AHY. Sepanjang karirnya sebelum ikut Pilkada DKI, AHY adalah seorang militer karir, tidak ada rekam jejak sebagai pengusaha. Tetapi melihat jumlah harta yang melimpah, tentu orang bertanya, TIPS HEMAT AHY sehingga bisa mengumpulkan harta secara cepat dalam waktu relatif singkat. Begitu juga tentu SBY. Silahkan cek di google, politisi dengan jumlah harta papan atas. Ada baiknya kita berbaik sangka saja, walaupun sebagai seorang panutan dan mantan presiden, tidak ada salahnya menyebutkan sumber sumber penghasilan yang berlimpah.

Kehilangan Panggung di Pilpres 2019
Dengan mengkampanyekan Prabowo/Sandi, sebenarnya AHY memiliki panggung yang lebih luas secara nasional. Panggung itu bisa menjadi media masuk dalam pusaran kuat Pilpres, sehingga ide, nilai - nilai dan perspektif AHY sebagai calon pemimpin masa depan bisa dikenali publik tidak saja konstituen partai Demokrat. 

Alasan SBY bahwa konsep kampanye Prabowo/Sandi yang disebut tidak jelas, menurut saya terlalu mengada - ngada. Dalam banyak kesempatan Prabowo/Sandi selalu menjabarkan masalah bangsa adalah ekonomi dan keadilan sosial. Itu sebabnya Sandiuno banyak mengunjungi sentra sentra ekonomi kecil, pengusaha millenial dan selalu menekankan pentingnya eksport.

Tuduhan Andy Arief, bahwa Prabowo tidak bekerja sekeras Sandiuno, jelas pendapat yang tidak memahami strategi pertempuran yang baik. Jika apa yang dilakukan Sandiuno harus dilakukan Prabowo juga, tentu ini akan overlapping dan tidak menimbulkan sinergisitas keduanya. Justru pembagian kerja antara seorang goal getter dan libero ini yang menyebabkan tim ini bekerja dalam kesetimbangan optimal.

Sebaliknya daripada meributkan "saya dapat apa ala Demokrat", kenapa tidak melakukannya? Saat ini baik Sandiuno maupun Prabowo sudah banyak berkeringat, soal safari ke pusat pusat suara tentu tidak perlu dipertanyakan lagi. Jika Prabowo hanya tidur di rumah tentu tidak ada juga ceramah "Tampang Boyolali yang digoreng heboh". 

Harunya Demokrat tahu, bahwa aktivitas Prabowo tidak tercover media ya karena memang Prabowo Sandi tidak punya afiliasi atau deal deal politik dengan pemilik media. Sedangkan Sandiuno pun terlihat aktivitasnya juga bukan karena cover media mainstream tetapi oleh unggahan Medsosnya.

Demokrat Bisa Mendapat Tumpahan Suara Golkar, PDIP dan wong cilik, jika masuk panggung Pilpres Prabowo Sandi.
Sebenarnya dengan deferensiasi yang kuat untuk mendukung Prabowo Sandi, Demokrat memiliki peluang mendapatkan tumpahan suara dari  GOlkar dan PDIP sebagai partai nasionalis dan partai birokrat. 

Sepanjang sejarahnya sebenarnya DNA Golkar dan PDIP itu berseberangan, jadi ketika Golkar memutuskan gabung Jokowi, ada elemen partai dan akar rumput yang tidak bisa terima. Ke mana mereka menyeberang? Partai yang paling dekat platform dan DNA nya tentu saja Demokrat. 

Begitu juga dengan PDIP. Saat ini di internal PDIP pun banyak yang tidak suka dengan Jokowi. kok bisa? Dalam banyak kesempatan Jokowi lebih terang - terangan mengendorse partainya ahok dibanding partai PDIP. Lihat saja jaket merah yang dipakai, mirip siapa? Artinya Jokowi dituduh oleh banyak internal PDIP sengaja menggembosi PDIP untuk kepentingan politik pribadinya. Kemana tumpahan suara PDIP yang kecewa dengan Jokowi?

Saat ini wong cilik dan para pekerja level rendah banyak kecewa dengan Jokowi, Kenaikkan tarif listrik yang berlipat tentu saja telah merampok kesejahteraan wong cilik. Padahal listrik adalah kebutuhan dasar wong cilik. Sedangkan jalon toll? Jangankan lewat jalan toll, kartu toll elektronik pun mereka tidak akan punya. Buat apa kartu toll kalau mobil saja tidak punya, Memang naik motor bisa masuk toll?

Tanpa atau dengan keluarga SBY, Rakyat tetap Mendukung Prabowo/Sandi
Survei menunjukkan peluang menang Prabowo/Sandi terus naik secara tajam. Kampanye efektif dan efisien sudah dilakukan. Tentu batas batas tertentu Prabowo/Sandi akan merespon rengekan SBY dan AHY. Tetapi tanpa mereka pun pertempuran sudah dimulai. Sangat mengherankan, ibarat pertandingan sepakbola sudah dimulai ada satu pemain masih meributkan warna sepatunya tidak cocok dengan seleranya, masih meributkan posisinya memakai formasi 4-4-2 atau 5-3-2.

Bangun Pak SBY, negara ini bukan soal keluarga anda saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun