Mohon tunggu...
Angel Sang Pemenang
Angel Sang Pemenang Mohon Tunggu... -

demokrasi telah mati

Selanjutnya

Tutup

Money

Etiskah "Kampanye" di Bioskop Pakai APBN?

16 September 2018   03:57 Diperbarui: 16 September 2018   04:21 564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
diambil dari kompas dot com

Pemimpin itu dinilai selain soal hukum tertulis juga soal kepatutan dan etika.. Misalkan, apakah ada hukum yang melarang pemimpin nongkrong di diskotik di kawasan lampu merah, sambil hahaha hihihi dengan perempuan berpakaian minim disana? Tentu tidak ada hukum yang melarang selama tidak melanggar hukum, seperti human trafficking atau pemakaian nakoba. Tetapi patut atau etiskah tindakan tersebut? Jawabnya tentu tidak etis, karena pemimpin itu selain bekerja untuk rakyatnya, juga harus menjadi contoh yang positif bagi rakyatnya.

Begitu juga soal iklan komersial di gedung bioskop untuk pejabat publik. Apakah hal itu melanggar secara hukum? Sulit untuk mendifinisikan karena banyak contoh - contoh kasus hukum akhir - akhir ini yang diluar logika orang normal. Contohnya: Ada seseorang yang diburu penegak hukum karena rekaman konspirasi soal saham untuk PAPA. 

Tidak jelas endingnya dimana, tiba - tiba beliaunya ditemukan sudah akrab dengan orang yang dulu merasa difitnah dan yang memburunya sampai ke luar negeri. Ya... sandiwara yang makin menjelaskan bahwa mafianya hanya berganti juragan saja.

Kembali ke soal iklan komersil untuk pejabat publik. Apakah sudah sedemikian rendah capaian pemimpin tersebut, sampai harus mengiklankan diri seolah sudah bekerja? Tentu rakyat tidak perlu angka - angka yang mereka juga tidak paham realitanya. Apa gunanya jumlah bendungan jika kedelai saja masih import. Bahkan bukan cuma kedelai, ada deretan panjang dan masif hasil pertanian yang justru angka importnya naik signifikan pada empat tahun terakhir. Jadi adakah hubungan jumlah bendungan dengan hasil pertanian? Harusnya ada, tetapi karena sekarang ini angka lebih mudah diproduksi dan terkesan mengelabuhi. Maka realitanya jumlah bendungan tidak berbanding lurus dengan hasil pertanian.

Sebagai pejabat publik yang sudah menghabiskan banyak uang pajak untuk membiayai dan memfasilitasi untuk dirinya bekerja. Sungguh tidak etis, menonjolkan angka angka absurd yang tidak ada hubungannya dengan kesejahteraan rakyat. Karena esensi pemimpin itu bekerja untuk kesejahteraan rakyat, bukan membangun beton yang justru menghambur - hamburkan uang rakyat, jika apa yang dibangun tersebut sebetulnya salah secara sistem.

Ibarat seorang bapak yang membelikan anaknya handphone tercanggih, playstation terbaru, tetapi membiarkan anaknya putus sekolah karena tidak punya sepatu untuk pergi ke sekolah.

Salam #2019GantiPresiden

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun