Klik!.
Hand phone ditutup.
Mereka pun bergegas masuk ke dalam plaza.
***
Kayla berlari kencang menuju ke arah lift sambil menenteng barang belanjaan yang baru saja dia buru. Mudah-mudahan liftnya tidak penuh, doa Kayla dalam hati. Lift pun terbuka. Syukurlah, hanya tiga orang saja yang ada di dalam lift. Kayla masuk dan memencet tombol lantai dasar. Sambil menunggu, dia berusaha mencari karcis parkir dan kunci mobil dalam tas Bonia kesayangannya. Dapat. Oke, sekarang tinggal pulang ke rumah.
“Tik tok, tik tok…” Bunyi jam kesayangan Kayla seperti memecah keheningan suasana. Inilah saat-saat yang membosankan. Turun dari lantai 3 menuju lantai lower ground (LG) bukanlah saat-saat yang menyenangkan bagi Kayla yang sedang dikejar setan waktu. Lift berhenti di lantai 2. Sepasang kekasih yang sedang dicandu asmara memasuki lift dengan santainya. Di belakangnya seorang lelaki berkumis dan berkaca mata hitam ikut memasuki lift. Sekarang lift mulai penuh.
Please, jangan lagi ada yang memasuki lift ini. I’m in hurry, pinta Kayla dalam hati. Dan doa itu tidak pernah terwujud. Lift terbuka di setiap lantai. Keluar masuk orang-orang itu sedikit membuat Kayla pusing. Sampai akhirnya di lantai paling dasar, orang-orang pun keluar berdesak-desakan.
“Menyebalkan!” gerutu Kayla pelan.
Setelah keluar dari lift, Kayla berusaha mencari mobilnya. Banyaknya orang-orang yang mengunjungi plaza ini membuat Kayla terpaksa memarkirkan mobilnya di tempat yang agak jauh dan tersembunyi.
“Itu dia !” teriak Kayla senang.
Kayla mempercepat langkahnya menuju ke blok parkir tempat dimana mobilnya berada. Suasana mulai berubah sepi. Hanya Kayla sendiri yang berjalan menuju ke blok parkir yang letaknya paling ujung tersebut. Samar-samar ia mendengar suara langkah kaki di belakangnya yang seperti mengikutinya. Bulu kuduknya berdiri. Ia merinding. Karena penasaran, ia memutuskan untuk menengok ke belakang. Zap!. Tidak ada siapa-siapa.