Mohon tunggu...
Jannatun Nisah
Jannatun Nisah Mohon Tunggu... Mahasiswa

Seorang Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tentang Perempuan dalam Cerpen "Sagra" Karya Oka Rusmini

5 Juli 2025   10:06 Diperbarui: 5 Juli 2025   10:06 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Membaca cerpen Sagra karya Oka Rusmini seperti menelusuri lorong sunyi yang dipenuhi gema. Gema yang diibaratkan tubuh perempuan yang disakralkan, dirayakan, sekaligus dikekang oleh budaya yang mengaturnya sejak lahir. Cerpen ini tidak hanya menyajikan satu kisah tokoh bernama Sagra tetapi juga Dayu, Sita, Cenana, dan yang lain. Cerpen ini mengambil konflik batin yang dalam tentang perempuan dalam lingkaran adat dan tradisi khususnya di wilayah Bali.

Oka Rusmini adalah penulis yang akrab dengan isu-isu perempuan, terutama dalam konteks budaya Bali. Dalam kumpulan cerpen Sagra, ia menghadirkan suara perempuan yang tidak menggelegar, melainkan lirih dan mendalam. Para tokoh yang melawan dengan amarah atau pemberontakan terang-terangan namun lirih melalui perenungan dan jarak antara dirinya dan tubuhnya sendiri. Kekuatan cerpen ini terletak pada cara perempuan menyuarakan luka.

Tubuh menjadi simbol yang utama dalam cerpen ini. Tubuh bukan sekadar wujud fisik, tetapi juga medan tafsir. Tubuh perempuan dalam Sagra tidak bebas melainkan dibentuk untuk menjadi persembahan, bukan untuk menjadi rumah bagi dirinya. Sebagian besar tokoh sadar akan keterasingannya dari tubuhnya sendiri, dari sanalah mereka mulai bergulat dengan apa yang selama ini dianggap sebagai kehormatan dan kemuliaan seorang perempuan dalam budaya. Bagaimana budaya memandang tubuh perempuan sebagai hal yang memang seharusnya mengikuti aturan. Beberapa dari mereka menyelipkan isi pikirannya dalam narasi sebagai bentuk perlawanan, seperti "Kawin atau tidak, bukan masalah. Dia berusaha meyakini komitmennya." Kutipan tersebut terdapat dalam cerpen "Ketika Perkawinan Harus Dimulai".

Sebagai pembaca, saya merasa ditarik masuk ke dalam kesedihan dan kegundahan yang tak bisa diekspresikan dengan bebas oleh tokoh seakan ada yang menjeratnya. Bahasa yang digunakan puitik, namun tidak berbelit, meskipun beberapa menggunakan bahasa bali membuat cerpen ini hidup sebagai karya sastra yang menyentuh dan menggugah, serta memberikan pengetahuan baru pada pembaca. Cerpen ini tidak hanya memberi pembaca sebuah emosi, tapi menanamkan rasa yang terus tumbuh bahkan setelah cerpen selesai dibaca.

Cerpen Sagra berhasil menampilkan potret perempuan dalam tradisi, untuk menunjukkan bahwa di balik adat yang dilanggengkan dalam masyarakat, sebenarnya ada yang merasa dirugikan. Ada perempuan yang tubuhnya dianggap milik bersama, padahal seharusnya ia memiliki kehendaknya sendiri. 

Cerpen ini menjadi cermin bagi banyak perempuan yang mengalami hal serupa, meskipun dalam konteks yang berbeda. Melalui Sagra, Oka Rusmini tidak hanya menulis cerita pendek, tapi juga membuka ruang dialog antara perempuan dan tubuhnya, antara tradisi dan kebebasan, serta antara diam dan suara.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun