Mohon tunggu...
Joya J
Joya J Mohon Tunggu... wiraswasta -

pengen jadi penulis, suka baca novel dan nonton film

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Secangkir Kopi Sore Hari dan Sepotong Kenangan Tentangmu

26 Februari 2014   23:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:26 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kopi mocca rasanya gurih memenuhi setiap sudut lidahku, menyesap dengan baik dan begitu kunikmati. Yaaa aku tahu aku sedang bermasalah dengan lambungku namun aku selalu tak berdaya menolak hasrat hati dengan minuman yang sangat menggoda ini. Kali ini aku pilih mocca karena stok white coffee itu sudah habis, not bad meski jenis kopi yang ini agak berat. Tapi tak masalah bagiku baik kopi jenis apa pun aku suka. Aroma dan rasanya dari rasa yang manis karena takaran gulanya yang ditambah maupun kopi pahit yang pekat di lidah. Dari semua hal itu yang membuat kopi ini menjadi istimewa adalah sepotong kenangan tentangmu yang ikut larut di dalamnya dan semerbak aromanya.

Drinking water is healthy, tea is classic, chocolate is moody and coffee is sexy .... itu menurutku meski aromanya bagiku lebih beraroma maskulin. Ritual yang selalu ku lakukan di pagi dan sore hari, pagi dikala awal membuka hari bersanding dengan sarapan entah itu setangkup roti selai coklat atau sepiring kecil nasi goreng. Kemudian di sore hari disaat penat menguasai tulang punggung ini dan otak yang butuh rehat sejenak, kopi adalah teman terbaik untuk menikmati udara sore yang menyegarkan kepenatan. Lalu kenanganmu yang manakah yang kerap turut larut dalam adukan kopi ini ? senyummu kah ? tawamu kah ? dan maaf aku harus mengakui satu hal, kenangan tentangmu kini mulai habis tergerus waktu karena tak ada ada pembaruan, reload, restart, refresh, dan atau recharge antara kita. Kiat hanya berpikir jalani saja semuanya dan biarkan saja tetap seperti ini. Namun jangan khawatir segala kenangan baik tentangmu telah ku patenkan agar dapat ku ulang ceritanya kepada siapa saja.

Mengapa kopi ? karena aroma maskulinnya... walau tak ada dasar apa-apa namun aku memilih tuk mengkategorikan jika kopi itu identik dengan aroma maskulin, aroma yang pernah ku miliki saat bersamamu, sebelum semua hal itu terjadi. Yaaaa... aku tahu kau lebih suka teh, teh manis yang hangat tuk sarapanmu dan teh di sore harimu. Mungkin kau tak akan pernah tahu jika setelah kepergianmu itulah aku berpaling kepada kopi, menyusuri segala kenangan tentangmu yang masih bisa ku ingat. Pahit manis yang pernah ku jalani bersamamu, derai tawa dan derai air mata yang terjadi dalam hidupku di sisimu. Selayaknya kopi... pahit... manis... gurih... dan berbagai campuran yang membuatnya berbeda namun tetap kopi dan aroma khasnya. Aaahhh.... aku merasa kini menjadi pecandu kopi, dan memasukkan sepotong demi sepotong kenangan tentangmu membiarkannya ikut larut dan menguap di udara. Namun tak harus selalu tentangmu... tak harus kenangan itu berpendar di pusaran adukan kopi, tak semua tentangmu di asap tipis yang menghilang di udara, dan tak harus dirimu yang yang kadang manis kadang pahit mengisi cawan kehidupanku menjadi jejak di gelas kopiku.

Surya sudah menghilang ritual soreku sudah selesai dan kopi mocca ini pun telah tandas menyisakan ampas. Teriring helaan nafasku yang berat dan mendadak mataku yang basah ku berbisik lirih maafkan aku.... jalani saja semuanya dan kita lihat apakah ini ada ujungnya...

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun