Mohon tunggu...
Ahmad J Yusri
Ahmad J Yusri Mohon Tunggu... Penerjemah - Mahasiswa Fisika UIN Malang

Mahasiswa Biofisika Succesfulness is only result from mature preparation

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tamiya Impian

3 Juli 2022   22:49 Diperbarui: 3 Juli 2022   23:34 719
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Sumber: mobimoto.com

            "Emang lu punya duit berapa tong?"

            "Cuma 35 ribu om?"

            "Ya udah, gak papa ambil aja ini. Kayanya lu orang jauh ya ?"

            "iya om dari Kampung Beji. Makasih ya om"

Tak disangka olehnya, rupanya Pak Malik memerhatikan Ocin melalui jendela kaca tokonya. Ia merasa kasihan dengan napas Ocin yang tersengal-sengal naik sepeda. Setelah itu ocin sangat merasa bahagia dan senang. Melihat kilatan motif petir di badan tamiyanya langsung membuat ia bugar kembali dan sumringah. Ia melanjutkan perjalanan ke rumahnya dan tak sabar untuk merakit Tamiya kesukaannya.

            "Assalamualaikum Mak, Ocin pulang!"

            "Darimana aja lu Cin, si Arif nih jagain kek gantian."

            "Waalaikumsalam Cin, Hushh, jangan dibentak gitu dong adeknya Yasir!,"

Abangnya yang satu ini nampak tidak senang pada adiknya. Namun ocin menghiraukannya dan langsung pergi kekamarnya di belakang membawa kantong plastik dan kotak didalamnya. Ocin sangat gembira melihat onderdil tamiya dan segera merakitnya menjadi satu bagian. Tetiba "Ocinnn, oy ocin, beliin jajan adeknya nih! Arif nangis mulu!.

Ocin pun menuruti abangnya itu, dia pergi ke warung ujung gang untuk membeli jajan adiknya. Pikirannya ia dipenuhi tamiya. Sehingga ia buru-buru menuju toko dan buru buru pula balik ke rumahnya. Sesampainya di rumah ia tak lagi mendengar suara keributan dan tangis adiknya Arif. Suasana hening seketika. "Mak, Arif kemana? Ini jajanannya". Ia melihat di jalan depan rumah tak ada siapa-siapa. Lalu segera ia kebelakang dan alangkah kagetnya Ocin. Arif adeknya sedang mempreteli dan mematah-matahkan onderdil dari tamiya barunya. Semuanya berhamburan. Kerangka utamanya patah. Tak hanya itu Arifpun ngompol dan membasahi dinamo yang masih baru.

Seketika dunia gelap, Ocin tak dapat berkata-kata. Dalam hati ia menghujat dirinya dan juga abangnya. "Kenapa dibiarkan begitu saja?". Mata Ocin mulai berkaca-kaca. Bulir air asin mulai menetes keluar dari kelopaknya. Sakit dan sakit tapi tak berdarah. Ia duduk berpangku memandang adiknya asik merusak tamiya. Ocin mulai tak kuat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun