“iya akhi”. jawabku sambil tersenyum malu, sedangkan kawanku malah tertawa terkekeh-kekeh.
Memang punya badan kecil suka menjadi bahan ledekan. Terutama kawanku Rahmat yang berbadan agak tinggi suka meledek walaupun terbilang hanya bercanda.
Tapi tetap itu tak membuatku menjadi alasan untuk berprestasi . Badan boleh kecil tapi otak harus berisi. Itu nasehat ibu tiap kali aku mengadu padanya saat kecil.
Diakhir penghujung semester ada sebuah perlombaan ,yaitu KULIMA kuliah lima menit . Lomba itu diadakan oleh bagian Bahasa dimana tiap tiap kelas diadu menjadi yang terbaik. Melihat peserta yang hebat-hebat membuatku agak sedikit ragu untuk tampil. Mereka kebanyakan dari kakak kelas yang sudah berpengalaman dibidangnya. Fasih, lancar dan banyak hafal dalil .
Tapi sekali lagi aku memantapkan hati untuk tampil kali ini, dengan membawa pidato berjudul maulid nabi aku melantangkan suara dan diperkuat dengan gestur tangan yang kokoh .Setahap demi setahap sampai penghabisan pidato dengan intonasi yang naik turun juga sikap kaki dan badan kuperhatikan hadirin dengan seksama yang mendongak ingin melihatku.
Tak diduga saat pembacaan juaraku disebut .
“Bonar Siregar dari kelas 2 B “ ucap MC dihadapan beratus ratus santriwan. Dan itu pertamakalinya aku menjadi juara pidato dipondok ini.
Tahun berikutnya aku senantiasa berlatih walaupun terkadang tidak selalu ikut lomba. Hingga sampai kelas 4 aku sempat mengikuti lomba Lomba Pidato 3 Bahasa (LP3B) dan ini tingkat tertinggi dipondokku. Hanya orang orang khusus yang terpilih untuk bisa mengikutinya dari tiga ribu lebih santiwan- santriwati.
Dan syukur Alhamdulillah aku meraih juara 3 pidato bahasa Arab, dengan perolehan nilai yang beda tipis.
Puncaknya ketika aku sudah kelas 5 . Dimana saat itu aku telah menjadi mudabbir[3] memegang koperasi. Dan berlatih sudah mulai jarang. Sampai suatu ketika Ustad Imamul Awthon memanggilku.