Mohon tunggu...
Ahmad J Yusri
Ahmad J Yusri Mohon Tunggu... Penerjemah - Mahasiswa Fisika UIN Malang

Mahasiswa Biofisika Succesfulness is only result from mature preparation

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bangkit Usai Pupus

20 Juli 2020   11:32 Diperbarui: 20 Juli 2020   11:26 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 (sumber : ESQ tour travel )

            Lembayung senja menerpa tirai bambu langgar sore itu .Rintikan hujan membuatku termenung dan melupakan pulpen hitech yang dipakai untuk mencoret berbagai kitab kuning . Semua santri rehat setelah mendengar pengajian Romo Kyai di senjakala ini . Sambil memandangi sajadah made in turky akupun mengingat angan-angan pupus dimasa lalu dan kembali ke masa remaja dulu.

            Namaku Munib Rosadi seorang anak lelaki yang bernasab ulama terpandang di kampungku. Tentu sudah seharusnya jika seorang Kyai menyekolahkan anaknya di Pesantren. Oleh karena itu dimasukkanlah aku di Pondok Tanwirotul Qulub , pondok Modern yang telah cukup lama berdiri.

            Tak senyaman dan seindah yang dibayangkan , hidup dipondok memang tak mudah .  Banyak cobaan dan aral menghadang , termasuk juga dari teman-teman .

            “Oy kebo ,coba jangan makan melulu !” 

            “Awas pegangan ! nanti gempa kalau dia lewat”

            Ucapan seperti itu sering kali kudengar bahkan sampai membuat telinga panas.  Pernah ada saat itu ada temanku yang terus terusan mengejekku dan langsung aku balas dengan ocehanku yang kasar dan pukulan terkepal , akhirnya malah ia yang kesal dan marah. Memang begitu seterusnya , mulutku tak bisa diam dan akan terus berkicau jika ada orang yang menyinggungku.

            Dipondok modern ini banyak materi yang diajarkan ,tapi yang membuatku tertarik adalah bahasa inggris; bahasa resmi yang diajarkan selain bahasa arab.Nampaknya aku lebih suka berbahasa inggris yang sesuai dengan lidahku yang cerewet.  Dan salah satu kegiatan pondok yang aku tunggu-tunggu adalah pidato yang diadakan dua kali dalam seminggu. Di acara itu semua beban lidah dapat tersampaikan sehingga bisa membuatku lega.

            Pada tahun kedua nampaknya bakatku mulai terlihat . Berbicara dipodium telah menjadi sesuatu yang menyenangkan bagiku sekalipun ditertawakan . Karena disitu bukan hanya sekedar pidato bahkan lawakan pun sering kali kubawakan untuk sekedar menghibur penonton.

Suatu hari Ustadku yang bernama Ustad Ridho mengadakan seleksi pidato untuk partisipan lomba di luar kota . Banyak dari santriwan dan santriwati yang diseleksi termasuk aku. Beliau adalah guru baru disini dan belum begitu mengenal karakter santri-santri yang ada.

Tibalah saatnya aku maju ke podium untuk diseleksi .

“Hahahahhahahha , Awas lantai retak Nib” Sahut Rahmat ,temanku yang selalu mengejek  dan kebetulan ia muncul .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun