Mohon tunggu...
Rully Arnando
Rully Arnando Mohon Tunggu... -

kopi hitam, tempe mendoan , paper berserakan.. dan malamku tak berujung..

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Ari Soemarno di Balik Pencopotan Dwi Sutjipto dan Elia Massa Manik

24 April 2018   13:19 Diperbarui: 24 April 2018   22:02 25671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ari soemarno. Sumber: Kabari.co

Penghancuran Petral sangat penting agar posisi ISC sebagai makelar minyak Pertamina bisa ia kuasai. Perhitungannya bila lima tahun ISC berhasil mengumpulkan duit, maka Rini Soemarno tak akan lagi kesulitan menggalang dana, karena Ari Soemarno sudah menjadi supplier logistik kepada kandidat kandidat capres 2019 yang bisa diandalkan, tidak seperti pada tahun 2014 dimana Rini masih mengumpulkan banyak pengusaha untuk menggalang dukungan pada Jokowi dan Prabowo, perlu diketahui pada tahun 2014 Rini Soemarno berdiri di dua kaki, ia mendukung Jokowi tapi juga menyalurkan dana ke Prabowo, catatan politik dua kaki Rini ini sempat meledak di awal terpilihnya Jokowi dan banyak dimuat di ruang ruang publik.

Pemecatan Dwi Soetjipto dan Elia Massa Manik

Salah satu karakter khas Rini Soemarno dalam meletakkan manajemen  kepentingan di Pertamina yaitu melakukan "penempatan kamuflase" untuk menutupi permainan sesungguhnya dengan menempatkan orang-orang yang bukan bagian dari kelompoknya, namun mengimbangi orang yang sudah "dikader" untuk dijadikan subordinat kepentingan Rini di Pertamina. Sekaligus menjadi bagian dari jaring-jaring kakaknya Ari Soemarno.

Presiden Jokowi sendiri kerap tidak sadar atas permainan Rini Soemarno, dan ini terjadi pada kasus Dwi Soetjipto. DS adalah pilihan Presiden Jokowi, awalnya Rini bisa menyetir DS, dan membiarkan DS merapat juga ke Ari Soemarno, ada semacam komitmen diam-diam DS memberikan sedikit ruang pada Ari Soemarno untuk tetap bermain, agar posisi DS aman.

Namun DS mulai bermain disini, ia membiarkan Sudirman Said perang dengan Petral namun juga pelan-pelan menggebuk 'orang-orang Ari Soemarno' di tubuh ISC. Dalam permainan ini, DS berharap kendali perdagangan Pertamina tidak dilakukan lagi oleh para makelar-makelar minyak seperti Riza Chalid dan Ari Soemarno, dua orang makelar minyak paling kakap di negeri ini. DS mulai membangun Pertamina seperti BUMN yang sehat, transparan dan akuntabel. Namun ia juga harus pintar pintar dalam semua intrik di Pertamina. DS dengan cerdas membiarkan Sudirman Said dengan koneksi koneksi KPK-nya yang mendapatkan rekaman soal Novanto dan Riza Chalid, tapi disisi lain DS juga mulai mencari data permainan Ari Soemarno. 

Namun aksi DS ini dibaca oleh Ari Soemarno lewat informan di dalam manajemen Pertamina, bahwa DS mulai menyoroti soal perdagangan gelap Ari Soemarno, dari sinilah kemudian Ari Soemarno meminta adiknya Rini Soemarno untuk menghadang aksi DS, lalu Rini memasang posisi Wakil Direktur Utama, Ahmad Bambang. Posisi Ahmad Bambang atau lebih dikenal AB ini menjadi heboh di kalangan internal Pertamina, karena dibaca sebagai upaya merontokkan DS dengan politik "Matahari Kembar".

Ada catatan Ari Soemarno dan Sudirman Said, soal minyak Libya yang dibangunnya sejak 2006, dan pernah menjadi penyebab ditendangnya Ari dan Dirman keluar Pertamina, karena melakukan proses impor minyak Libya tanpa tender, dari sinilah kemudian permainan diulang kembali.

Dwi Soetjipto rupanya sudah membaca bahwa ia sedang mendapat serangan dari kelompok Ari Soemarno lewat penempatan AB, tapi entah kenapa DS seakan punya naluri untuk menyelamatkan Pertamina dari kangkangan mafia Ari Soemarno, ia ingin mengembalikan Pertamina sebagai khittah-nya sebagai Perusahaan Minyak Nasional yang bertanggung jawab terhadap jutaan rakyat Indonesia, karena jantung dari Pertamina saat ini adalah "politik impor minyak" karena adanya system perdagangan rente didalamnya, dinilai bisa menyengsarakan banyak orang. Namun Ari Soemarno, juga menolak kalah terhadap DS, ia terus melaju dengan mempermainkan impor minyak.

Puncak dari perseteruan Dwi Soetjipto dengan kelompok Ari Soemarno adalah pada saat RUPS 20 Oktober 2016, DS menolak ajuan impor minyak 2 juta barel minyak jenis Mesla-Sarir dan mencoret Glenncore sebagai pemasok ke Pertamina. Inilah yang membuat Ari Soemarno marah besar, dan meminta Rini Soemarno untuk mencopot DS apapun yang terjadi. Disinilah kemudian Rini menempatkan Ahmad Bambang sebagai Wadirut, sehingga nanti tercipta konflik dengan DS, sekaligus mengamankan proyek-proyek Ari Soemarno.

Dwi Soetjipto, sukses membawa Pertamina mencetak laba sekitar US$ 2,5 Milyar atau Rp. 40 Trilyun, mengalahkan Petronas yang hanya mencetak keuntungan US$ 1,6 Milyar. Tapi tampaknya Ari Soemarno tak peduli dengan keuntungan Pertamina, lewat jaringannya mereka terus mencari celah mencopot Dwi Soetjipto. Akhirnya Dwi Soetjipto tergeser dengan alasan yang sudah bisa diduga sebelumnya, "adanya perseteruan dengan Ahmad Bambang". Sekali lagi Ari dan Rini memenangkan pertarungannya di Pertamina. Sementara Ahmad Bambang ditarik ke ring satu Rini, sementara DS ditenggelamkan dan tidak dilindungi nama DS seperti hilang bersama angin.

 Digesernya Dwi Soetjipto memberikan nafas lega bagi Ari dan Rini, mereka kemudian merancang agar Ahmad Bambang untuk diajukan sebagai Dirut Pertamina. Disini kemudian Jokowi meminta tiga menteri untuk ikut "cawe-cawe" dalam tubuh Pertamina, agar ia tidak sepenuhnya mendapatkan pertimbangan hanya dari Rini Soemarno. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun