Mohon tunggu...
Rully Arnando
Rully Arnando Mohon Tunggu... -

kopi hitam, tempe mendoan , paper berserakan.. dan malamku tak berujung..

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Ari Soemarno di Balik Pencopotan Dwi Sutjipto dan Elia Massa Manik

24 April 2018   13:19 Diperbarui: 24 April 2018   22:02 25671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ari soemarno. Sumber: Kabari.co

Saat itu Jokowi mendapatkan lima masukan, empat nama memuat Ahmad Bambang, dan dikabarkan Jokowi geleng-geleng kepala karena insting politiknya tidak ingin Pertamina jatuh ke tangan keluarga Soemarno sepenuhnya. Presiden ingin Pertamina dikelola secara professional. Atas rekomendasi tiga menteri yaitu : Mensesneg, Seskab dan Menko Maritim muncul nama Elia Massa Manik, saat itu Presiden membaca narasi rekomendasi reputasi Elia Massa Manik.

Di kalangan para CEO BUMN, nama Elia Massa Manik tidak asing lagi. Ia dikenal sebagai "dokter restrukturisasi" kerjaannya adalah menghidupkan perusahaan kolaps menjadi perusahaan yang menguntungkan. Talenta utamanya adalah "membereskan manajemen perusahaan". Ia pernah membenahi PT Elnusa, dari posisi diambang kebangkrutan menjadi hidup kembali, dalam 2,5 tahun ia bisa membenahi Elnusa sehingga berjalan normal.

Kemudian ia dipindahkan ke PTPN III, saat itu induk perusahaan BUMN Perkebunan dalam kondisi amat parah. Gaji pegawai tak terbayar, hutang sampai Rp. 33,24 Triliun pada semester pertama 2016.  Konsolidasi berbagai perusahaan perusahaan perkebunan inilah yang kemudian membuat bengkaknya posisi hutang perusaaan induk. 

Dengan lihai Elia melakukan langkah langkah efisiensi, mengurangi posisi direktur sehingga mengurangi gerbong manajemen yang tidak efektif, mengurangi biaya produksi dan habis habisan menaikkan tingkat produktivitas perkebunan. Efisiensi ini ternyata berhasil, dan catatan inilah yang membuat Presiden Jokowi mengambil keputusan untuk memilih Elia Massa Manik sebagai Dirut Pertamina sekaligus membuat kecewa Ari dan Rini.

Masuknya Elia Massa Manik ke dalam manajemen Pertamina, ditandai dengan satu hal. Wawasannya yang visioner tentang arah Pertamina dalam 20 tahun ke depan. Ia melihat cadangan minyak Indonesia hanya cukup 10 sampai 15 tahun, ini artinya Pertamina harus mencari cadangan minyak baru di seluruh penjuru Nusantara, eksplorasi menjadi politik utama kebijakan besar di Pertamina, agar mengurangi impor minyak. Bila eksplorasi tidak berhasil dilakukan, maka sudah menjadi takdir sejarah Indonesia akan bergantung banyak dengan Minyak Impor, dan bila ini terjadi gagal cita-cita Indonesia untuk berdaulat di bidang energy.  

Elia Massa Manik membuat road map strategy kedaulatan energy, namun dibalik langkah Elia membuat Road Map itu tersimpan langkah penting yaitu meniadakan peran calo calo minyak impor yang berkumpul di ISC (Integrated Supply Chain) bentukan Ari Soemarno. Elia ingin mengembalikan kembali Pertamina sebagai satu satunya pengimpor minyak bukan lagi lewat para makelar makelar minyak. Disini Elia membuat skema terbuka dan bisa diakses masyarakat luas soal impor minyak, karena bila impor minyak dilakukan tertutup dan dimainkan lewat banyak tangan, maka keamanan energy rakyat banyak terancam.

Penghapusan makelar makelar impor minyak menjadi agenda utama Elia Massa Manik, disitu Elia juga tidak memberikan ruang bagi Ari Soemarno. Seluruh proyek proyek Ari Soemarno yang cenderung tidak benar dibereskan. Penertiban proyek proyek Ari Soemarno dilakukan dengan tegas seraya memperkuat Pertamina sebagai penghasil minyak baik konvensional maupun energy terbarukan.

Di Blok Mahakam, Pertamina mampu mengelola pengeboran langsung, ini artinya di sektor hulu diperkuat, dalam kasus Blok Mahakam Pertamina menunjukkan bukti bahwa bisa menjalankan pengerjaan pengeboran minyak.

Lalu ekspansi ekspansi ke ladang-ladang minyak baru, ia juga  menjaga aset-aset Pertamina sehingga secara aset, Pertamina memiliki aset di 12 negara : Malaysia, Algeria, Irak, Perancis, Italia, Kanada, Gabon, Tanzania, Kanada, Myanmar, Namibia dan Kolombia.

Prestasi Elia Massa Manik dalam mempertahankan laba nyaris Rp. 70 Trilyun ditengah badai harga minyak, menunjukkan kemampuan efisiensi manajemen di tubuh Pertamina. Seluruh kekuatan Pertamina diarahkan dalam program langkah demi langkah Road Map Kedaulatan Energy. Fokus Elia Massa adalah soal energy terbarukan, secara cepat di masa kepemimpinannya masuk geothermal, biodiesel, biomass, mini hydro dan solar PV.

Namun jelas Ari dan Rini terganggu dengan keberhasilan Elia Massa ini, ia tetap mencalonkan Ahmad Bambang sebagai calon Dirut Pertamina, beberapa kasus yang sebenarnya tidak besar seperti tumpahan minyak di Balikpapan yang merupakan kejadian Force Majeur, dijadikan alasan pencopotan Elia Massa padahal operasi pemberesan dilakukan dengan cepat, begitu juga dengan kasus kelangkaan premium yang sebenarnya tidak lagi disubsidi lagi oleh pemerintah. Banyak pihak menganggap pencopotan Elia Massa Manik sama nasibnya dengan Dwi Soetjipto, yaitu adanya kepentingan keluarga Soemarno di tubuh Pertamina.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun