Kalau dijual dengan harga Rp 8.000--Rp 10.000 per kilogram, omzet bisa tembus Rp800 ribu sampai Rp 1 juta per produksi.Â
Kalau dalam sebulan bisa produksi 10 kali, tinggal kalikan aja, omzetnya bisa jutaan rupiah.
Belum lagi kalau masuk pasar ekspor. Permintaan arang briket dari luar negeri seperti Jepang, Korea, dan Timur Tengah sangat tinggi.Â
Mereka suka karena arang jenis ini tahan lama, lebih bersih, dan ramah lingkungan.
Mendukung Target Nasional Pengelolaan Sampah
Selain menghasilkan uang, usaha ini juga mendukung program pemerintah untuk mengurangi sampah.
Indonesia punya target pengurangan sampah 30% dan penanganan 70% sisanya secara ramah lingkungan pada tahun 2025.Â
Dengan mengolah daun kering dan kertas bekas jadi arang, kita ikut mengurangi beban TPA sekaligus menciptakan nilai ekonomi baru.
Jadi, jangan anggap remeh daun kering yang berserakan atau kertas bekas yang numpuk di sudut rumah.Â
Dengan sedikit kreativitas dan niat serius, keduanya bisa diubah jadi arang hemat energi yang bermanfaat buat banyak orang.Â
Bukan cuma sekadar solusi untuk sampah, tapi juga pintu menuju peluang bisnis dengan omzet jutaan rupiah tiap produksi.
Siapa sangka, dari sesuatu yang dianggap remeh, bisa lahir ide besar yang bikin dompet tebal sekaligus bikin bumi lebih sehat.Â
Nah, siap coba bisnis arang ramah lingkungan ini?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI