Biasanya mereka menjual Ampo di pasar tradisional atau menawarkan langsung ke wisatawan yang berkunjung.Â
Harganya relatif terjangkau, tapi nilai utamanya bukan pada harga, melainkan pada cerita dan filosofi di baliknya.Â
Menyaksikan langsung proses pembuatan Ampo juga jadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.Â
Mulai dari memilih tanah liat, mencetak dengan alat sederhana, hingga proses pembakaran, semuanya terasa autentik dan penuh makna.
Antara Rasa dan Budaya
Kalau ditanya, apakah Ampo enak? Jawabannya relatif. Bagi lidah modern yang terbiasa dengan makanan penuh bumbu, mungkin rasanya terlalu hambar dan aneh.Â
Tapi kalau melihat dari sisi budaya, Ampo jelas punya daya tarik luar biasa.Â
Ia adalah simbol bagaimana manusia berinteraksi dengan alam, bagaimana tradisi bisa bertahan di tengah arus modernisasi, dan bagaimana sebuah daerah punya identitas unik yang membedakannya dari tempat lain.
Menjaga Warisan Unik
Di tengah gempuran makanan cepat saji dan tren kuliner kekinian, Ampo masih bertahan sebagai warisan budaya yang eksotis.Â
Keunikan inilah yang membuat Ampo tidak tenggelam. Justru semakin langka, semakin banyak orang penasaran.Â
Pemerintah daerah maupun komunitas budaya juga sering menjadikan Ampo sebagai bagian dari promosi wisata, terutama untuk menarik minat wisatawan yang suka hal-hal berbeda.
Ampo mungkin bukan camilan yang bisa bikin ketagihan seperti keripik atau kue manis, tapi jelas punya nilai sejarah dan budaya yang tinggi.
Dari sekadar tanah liat yang diproses dengan sederhana, Ampo mampu bercerita banyak tentang masyarakat Tuban: tentang filosofi hidup yang menyatu dengan alam, tentang tradisi yang diwariskan turun-temurun, dan tentang cara mereka menjaga identitas di tengah perubahan zaman.